Share

Sang Penunggu Pengantin
Sang Penunggu Pengantin
Author: Liya liyana

Bab 1 Sarah

"Kemana mereka? Kenapa mereka belum menemuiku juga setelah empat hari yang lalu aku menikah? Apa mereka benar-benar marah dan tak akan pernah kembali mendampingiku lagi, karena tidak mendengarkan saran mereka untuk menolak perjodohanku dengan Mas Bayu, suamiku ini?” tanyaku dalam hati.

Aku menoleh pada Mas Bayu yang sedang duduk di sebelahku mengendarai mobil, yang akan membawa kami ke Desa dimana rumah keluarga Mas Bayu berada.

Mas Bayu yang sedang menyetir mobil sepertinya menyadari aku sedang menoleh padanya, dengan kecemasan yang aku rasakan pun sepertinya Mas Bayu merasakannya, Mas Bayu lalu bertanya, “Kenapa sayang? Apa yang sedang kamu cemaskan?” tanya Mas Bayu sambil tersenyum.

Aku hanya menggelengkan kepala dan membalas senyumannya, meyakinkan pada Mas Bayu bahwa aku baik-baik saja. Karena tidak mungkin aku mengatakan pada Mas Bayu apa yang sedang aku pikirkan, sedangkan kecemasan yang tidak dapat aku sembunyikan ini adalah, tentang kedua makhluk tak kasat mata yang mendampingiku selama belasan tahun dan Mas Bayu tidak mengetahui hal itu.

“Inget lo kita tuh sudah menikah, kamu itu sekarang istri dari Bayu Anggara. Aku berhak membawamu kemana saja, walau ke ujung dunia sekalipun, lagipula aku sudah minta ijin kok sama Mamah kamu. Mamah kamu sudah tahu kemana kita pergi dan mengijinkannya. Jadi gak ada yang perlu dicemaskan,” lanjut Mas Bayu.

Dia berpikir aku hanya sedang mencemaskan kepergian kami karena aku tidak sempat menemui keluargaku, untuk pamit pergi ke desa tempat rumah orang tuanya Mas Bayu berada dan tempat masa kecil Mas Bayu

Sekali lagi aku mengangguk, kali ini menyetujui perkataannya dan kupastikan agar dia tidak khawatir, dengan tersenyum manis padanya lalu menyandarkan kepalaku di pundak Mas Bayu.

Penuh kasih sayang Mas Bayu mengusap lembut rambutku dengan sebelah tangannya, sambil sebelah tangan nya lagi memegangi stir mobil yang dia kendarai.

Matahari yang masih malu-malu menampakan cahayanya mengiringi laju mobil yang di kendarai suamiku yang baru kunikahi tiga hari yang lalu, perkenalan kami sangat singkat tidak lebih dari satu bulan, mungkin baru tiga minggu yang lalu.

Saat itu aku baru pulang dari tempatku bekerja, di salah satu Hotel ternama di Jakarta sebagai asisten Manajer Hotel.

“Sayang kamu sudah pulang, ayo cepat masuk ada seseorang yang ingin Mamah kenalkan sama kamu,” ujar Mamah menyambut kedatanganku.

Dengan menautkan kedua alis mata dan lalu sambil mendelikan mata aku membalas, “Mamah…, siapa lagi…?”

Ibu kandungku ini memang sudah beberapa kali berusaha menjodohkan putri semata wayangnya ini. Aku sudah berusia dua puluh lima tahun dan belum pernah dekat dengan seorang pria apalagi berpacaran untuk segera menikah.

Aku mengerti apa yang Mamah khawatirkan dia takut anak perempuan nya ini akan menjadi perawan tua, karena terlalu sibuk bekerja hingga tidak ada waktu untuk mencari pasangan hidup.

Bahkan hanya untuk sekedar berkenalan atau berteman dengan seorang pria aku tak ada waktu, atau mungkin entahlah aku hanya berpikir bukankah jodoh akan datang pada waktunya?.

Aku tidak merasa keberatan dengan rencana perjodohan yang sudah beberapa kali terjadi ini, meskipun setelah beberapa kali pertemuan dengan pria yang Mamah kenalkan, belum juga mendapatkan pria yang bisa meluluhkan hatiku.

Setidaknya walaupun dijodohkan apakah berlebihan jika aku berharap ingin merasakan sedikit saja getaran rasa suka pada pria yang akan kunikahi? Lagi pula Mamah tidak pernah memaksa, semua keputusan ada di tanganku.

Namun hari itu, di saat pertama kali bertemu Mas Bayu aku baru percaya bahwa cinta pada pandangan pertama itu memang ada dan itu terjadi saat itu, ketika aku yang baru saja masuk melangkah kan kaki ke ruang tamu rumah, panah cinta itu mendarat tepat di jantungku.

Langkah kakiku terpaku dan detak jantung ini terasa berhenti sejenak, ketika mataku bertemu dengan tatapan mata Mas Bayu yang tajam namun sendu dan senyuman nya yang membuat jantung ini kembali berdetak namun iramanya lebih cepat.

“Mamah yakin kalau yang ini kamu gak akan bisa nolak,” bisik Mamah di telingaku, namun tak dapat menyadarkan aku yang sedang terhipnotis tatapan dan senyuman Mas Bayu.

“Sarah … Sarah ….” panggil Mamah, dengan menyikut lenganku, berusaha untuk menyadarkan ku.

“I–iyaa, Mah…,” balas ku, akhirnya tersadar juga dan langsung menoleh pada Mamah yang kini sedang tersenyum puas. Sepertinya Mamah yakin kalau kali ini pilihannya tidak akan gagal lagi.

{Bersambung}

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Ririichan13
cinta pada pandangan pertama, nih
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
jatuh cinta pada pandangan pertama ...
goodnovel comment avatar
MAF_0808
wah kayak aku dulu dijodohin sama Mama
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status