Share

Bab 11

Author: Benjamin
Ketika dia kembali ke kamarnya, dia berbaring di ranjang dan terus memikirkan perkataan Bram.

Ketika dia membuka matanya, sudah hari Minggu malam. Daffa memeriksa jadwalnya dan memastikan bahwa walaupun dia tidak ada kelas di hari Senin, dia perlu kembali masuk kelas di hari Selasa. Artinya, dia tidak bisa tinggal lebih lama di rumah besar Halim dan waktunya di sini sudah habis.

Selama akhir pekan, tidak hanya menerima kartu hitam dan dua mobil super baru, kakek Daffa, Jauhar Halim juga memberikannya ponsel baru. Itu adalah ponsel keluaran terbaru yang diproduksi oleh perusahaan teknologi terkemuka PT Nix. Ponsel itu berwarna hitam dan bertuliskan ‘H’ indah di belakangnya yang berwarna emas, bukti bahwa ponsel itu juga telah dikustomisasi.

Kemudian, tidak hanya 150 triliun rupiah di kartu hitam itu, kakeknya juga telah mentransfer 75 triliun rupiah tambahan di rekening biasanya, yang berarti dia memiliki total saldo sebanyak 225 triliun rupiah.

Akhir pekan yang penuh kejadian itu akhirnya berakhir dan dia akan meninggalkan rumah besar itu sekarang. Dari dibuang oleh wanita yang dia pacari selama kurang dari sebulan, dia sekarang telah menjadi kepala dari Konsorsium Halim. Dia juga bertemu dengan kakeknya dan mendengar berita penting mengenai orang tua kandungnya. Secara keseluruhan, itu adalah akhir pekan yang bagus baginya.

Setelah perpisahan yang singkat, yang mana Jauhar sempat menangis, Bram menawarkan untuk mengantarnya ke asramanya di kampus, tapi Daffa menolaknya. Dia telah memeriksa komentar tentang kampus setelah mendapatkan ponsel baru dan tahu bahwa sekarang dia adalah bahan ejekan. Dilan juga sudah berjanji akan membuatnya hidup tersiksa ketika dia kembali.

Dia tahu ide Bram untuk menjatuhkan Dilan adalah dengan mengantarnya ke kampus dengan mobil Rolls-Royce yang mungkin seharga tiga kali lipat dari kebanyakan mobil mewah di kampus mereka. Namun, itu hanya akan menarik perhatian yang tidak diinginkan padanya dan mungkin memicu amarah semua mahasiswa. Yang dia perlu lakukan adalah menjauh dari mata orang-orang yang ingin ikut campus sampai rumor-rumor tersebut mereda. Dengan begitu, dia bisa pelan-pelan mengungkap kekayaannya tanpa menaruh terlalu banyak perhatian pada dirinya.

Setelah mengucapkan selamat tinggal terakhirnya pada keluarganya, dia berbalik dan meninggalkan rumah besar itu. Bram dan Jauhar terus mengamati Daffa sampai dia tidak bisa terlihat di pandangan mereka. Jauhar menghela nafas sebelum balik badan dan mulai berjalan menuju pintu masuk rumah besar, diikuti oleh Bram di dekatnya. Mereka telah melakukan tugas mereka dan akhirnya menemukan pewaris dari Konsorsium Halim. Sekarang, semuanya telah diserahkan kepada Daffa.

Daffa menaiki taksi yang membawanya kembali ke asrama. Dia harus terus memandangi ponsel di tangannya untuk mengingatkan dia bahwa dia sudah bukan lagi rakyat jelata, tapi pria kaya raya. Daffa tersenyum. Dia sudah tidak akan menjalani kehidupan yang menyedihkan lagi.

Taksi itu berhenti di depan asramanya. Karena itu hari Minggu malam, asrama itu sedikit sepi. Tidak mengherankan, karena di saat itu para orang kaya di kampus sedang membawa pacar mereka kencan makan malam atau para pasangan sedang melakukan kegiatan mereka. Daffa menghela nafas. Sebelum dia mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya, dia juga akan menjadi salah satu orang yang membawa pacarnya kencan makan malam dengan jumlah uang menyedihkan yang dia punya.

Daffa masuk ke dalam kamarnya, memikirkan hal tersebut dan membuka pintunya. Namun, dia disapa oleh beberapa pelukan yang menyadarkan dia dari lamunannya.

“Daffa!” seru Raka, memeluk Daffa dengan sangat erat. Dia telah merindukan Daffa dan mengkhawatirkannya setiap hari.

“Raka,” jawab Daffa pelan. Dia senang ternyata teman-temannya merindukannya.

Gilang dan Miko juga memeluk Daffa dengan hangat sebelum memisahkan pelukannya. Mereka juga telah merindukan teman mereka.

Mereka benar-benar khawatir ketika dia meninggalkan mereka di kantor polisi setelah kandasnya hubungannya dengan Sarah yang sangat tiba-tiba dan tidak bisa dihubungi selama dua hari. Akan tetapi, setelah melihatnya sekarang, mereka akhirnya bisa santai dan hati mereka merasa tenang.

“Aku yakin kamu pasti belum makan,” kata Raka. Dia beranjak ke meja di kamar dan mengeluarkan sebuah bingkisan dan menyerahkannya pada Daffa.

“Ini makanan kesukaanmu yang kubeli di AGL,” ujar Raka, tersenyum lebar.

Daffa mengingat AGL yang merupakan singkatan ‘Ayam Goreng Lezat.’ Itu adalah perusahaan makanan terkemuka yang mendapat peringkat ke-67 di dunia. Daffa dulu bahkan tidak bisa membeli apa pun di sana dan harus menabung uangnya dari hasil kerja paruh waktu selama beberapa bulan sebelum bisa membeli makanan kesukaannya di sana, karena harganya tiga juta rupiah. Karena itu, dia hanya membeli AGL sebagai hadiah bagi dirinya ketika telah mencapai sesuatu yang luar biasa dan patut dirayakan. Selain itu, terkadang Raka atau teman-teman asramanya membelikan itu untuknya di masa-masa seperti ini.

Namun, itu di masa lampau. Dia ingat melihat AGL di daftar perusahaan di bawah Konsorsium Halim dengan keuntungan tahunan sebesar sekitar 1,35 kuadriliun rupiah, yang berarti kurang lebih dia adalah pemilik AGL sekarang. Dia sekarang bisa membeli makanan mewah mana pun di AGL tanpa perlu khawatir.

Daffa tersenyum dan meraih makanan itu dari tangan Raka. Dia sangat bersyukur bahwa dia memiliki tiga teman yang tidak memedulikan latar belakangnya dan kemiskinannya.

Dia menimbang-nimbang untuk memberi tahu mereka identitas dia yang sebenarnya sebagai kepala dari Konsorsium Halim.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Suherman Syah
bagus temannya krennnn....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status