Share

Bab 2

Author: Benjamin
Hati Daffa dipenuhi oleh rasa sakit ketika dia beranjak ke Hotel Sky Golden. Dia tidak bisa percaya bahwa seseorang yang dia cintai dan dia telah berikan segalanya bisa mengkhianatinya seperti ini. Dia telah mencintai Sarah dengan sepenuh hati dan dia kira Sarah juga mencintainya. Dia harus mengetahui apa yang salah dari hubungan mereka.

Setelah berjalan selama 30 menit, Daffa akhirnya tiba di Hotel Sky Golden. Karena hotel tersebut hotel bintang tujuh, bangunannya sangat mewah dan mengesankan. Dia masih mengagumi bangunannya ketika dia melihat Sarah dan Dilan berjalan keluar dari gedung mewah itu.

Daffa merasa hatinya berdebar-debar dengan menyakitkan ketika dia melihat David melingkarkan tangannya di pundak Sarah. Dia sangat marah pada Dilan dan ingin menghajar wajahnya saat itu juga. Namun, dia tetap menahan diri. Dia kemari untuk meminta jawaban, bukan untuk bertengkar ataupun membuat masalah.

Daffa menarik nafas dalam sebelum menghampiri mereka yang sedang tertawa-tawa dan tersenyum pada satu sama lain. Daffa tidak bisa mengingat kapan terakhir kali Sarah tersenyum seperti itu ketika mereka masih berpacaran. Waktu itu masih agak ambigu, tapi sekarang dia melihat tanda-tanda yang sangat jelas bahwa Sarah tidak pernah bahagia dalam hubungan mereka. Akan tetapi, dia tetap melangkah maju. Dia perlu mendengar penjelasan dari Sarah langsung.

Sarah masih menertawakan apa yang baru saja Dilan bisikkan padanya ketika dia melihat sosok familier berjalan menghampirinya. Saat itu sudah larut sekali sehingga dia tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang tersebut dari jauh. Dilan menyadari bahwa Sarah telah berhenti tertawa dan sekarang sedang menatap ke sebuah arah. Dia mengalihkan pandangannya ke arah yang sama dan melihat sosok yang sedang berjalan menghampiri mereka. Setelah beberapa detik, sosok tersebut akhirnya berada cukup dekat dengan mereka sehingga wajahnya sekarang bisa terlihat dengan jelas. Tidak lain itu adalah pacarnya, Daffa Halim!

Jantung Sarah langsung berdegup dengan kencang. Kenapa pacarnya, atau mantan pacarnya berada di Hotel Sky Golden? Dia tidak pernah memberi tahu siapa pun dia akan berkencan dengan pria terkaya di kampus, Dilan Handoko. Bagaimana pria itu bisa tahu kalau dia sedang di sini?

Tanpa persetujuan Sarah, kencan makan malamnya dengan Dilan Handoko disiarkan secara langsung di Groove. Semua orang yang mengikuti siaran langsung di Groove sekarang tahu bahwa dia sedang menjalin hubungan dengan Dilan Handoko. Bahkan sekarang pun siarannya masih berlangsung sehingga semua orang bisa melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi.

Daffa menghampiri Sarah dan Dilan dan menatap mereka berdua sebelum berbicara.

“Sarah, kenapa kamu melakukan ini padaku?”

Dilan menatap Daffa dan mengerutkan alisnya. Dia tidak tahu siapa pria itu karena dia tidak pernah berinteraksi dengan orang-orang yang dia anggap berada di bawah levelnya. Setelah dia perhatikan pakaian orang tak dikenal itu dengan singkat, dia sudah tahu bahwa orang itu sangat miskin. Harga keseluruhan pakaian yang sedang dia kenakan bahkan tidak sampai 450 ribu rupiah, jadi tidak mengejutkan jika Dilan tidak mengenalnya.

Namun, dia masih penasaran kenapa pria miskin itu bisa mengenal Sarah. Dari caranya berbicara pada Sarah, terlihat bahwa dia cukup akrab dengannya.

“Sayang, apakah kamu mengenal orang jelata ini?” tanya Dilan, mengencangkan cengkeramannya pada bahu Sarah untuk menunjukkan kepemilikannya. Daffa menyadarinya dan merasakan matanya berubah merah karena amarah, tapi dia tidak berbuat apa-apa. Dia hanya datang kemari untuk mendengar penjelasan Sarah.

Sarah merasa sangat malu ketika Daffa menanyakan hal itu padanya. Dia menatap pakaian yang pria itu kenakan dan merasa makin malu. Orang ini sungguh tidak tahu malu, mendatangi hotel bintang tujuh dengan pakaian seperti itu. Ditambah, dia mencoba membongkar hubungan mereka berdua pada Dilan!

Sarah bertemu dengan Daffa ketika dia sedang bekerja di salah satu pekerjaan paruh waktunya. Namun, ada satu kekurangan besar yang dia miliki. Dia sangat miskin.

Sarah tidak ingin berpacaran dengannya karena dia hanya bisa menghidupi dirinya sendiri dengan pas-pasan, tapi Daffa sangat gigih. Dia terus mengganggunya supaya mereka bisa menjalin hubungan dan setelah enam bulan, dia tidak bisa menahannya lagi. Dia setuju untuk menjalin hubungannya dengan syarat dia merahasiakannya. Sebagai salah satu wanita tercantik di kampus, dia tidak bisa memperbolehkan hubungannya dengan orang jelata seperti Daffa diketahui publik. Kalau tidak, itu akan menodai reputasinya.

Walaupun hubungan mereka belum sampai satu bulan, Daffa sudah membuktikan ketakutannya. Dia tidak bisa memenuhi kebutuhan Sarah yang mahal karena dia hampir tidak bisa membiayai makanannya sendiri. Dia tidak bisa membelikannya tas desainer dan kosmetik mewah yang dia inginkan.

Dalam satu malam, Dilan telah menghabiskan lebih dari 375 juta rupiah untuknya. Daffa tidak akan pernah bisa melakukan itu. Dia hanya bisa hidup pas-pasan, lalu bagaimana dia bisa membiayai kebutuhan-kebutuhan Sarah?

Ketika dia sedang menimbang-nimbang lagi hubungan mereka, seorang pangeran menawan, Dilan Handoko datang dan langsung menggendongnya. Dia ingin putus dengan Daffa diam-diam setelah kencannya dengan Dilan berakhir, tapi Daffa malah sudah menghampirinya.

Dia menghela nafas. Keberadaannya di sini tidak mengubah apa pun. Cepat atau lambat, hal itu pasti akan terjadi padanya.

“Daffa, maafkan aku, tapi sekarang kita putus,” kata Sarah.

Dengan perkataan itu, dunia Daffa runtuh dalam sekejap.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Wijaya
lanjutkan...hilangkan penasaran
goodnovel comment avatar
Suherman Syah
kren critanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status