Share

Sang Pewaris Konsorsium
Sang Pewaris Konsorsium
Author: Benjamin

Bab 1

Author: Benjamin
Saat itu pukul 10 malam di gedung asrama putra kampus. Empat laki-laki sedang berbaring di kasur mereka, saling berbincang dan bersenang-senang. Tiba-tiba, pintu kamar mereka dibuka dan seseorang bergegas masuk.

“Hei kalian! Coba lihat ini! Dilan Handoko sedang menembak Sarah Kusuma! Sedang ditayangkan di akun sekolah di Groove!” katanya, melambaikan ponsel di tangannya.

Dengan segera, ketiga dari empat laki-laki yang sedang bersenang-senang itu menyerbu si pendatang dan duduk di sekitarnya, ingin tahu hasil dari ajakan tersebut.

Alasan mereka penasaran itu sangat sederhana. Sarah Kusuma merupakan seseorang yang diakui sebagai salah satu wanita tercantik di kampus. Walaupun dia tidak masuk ke dalam lima besar dari daftar wanita cantik di kampus, dia masih termasuk dalam 10 besar.

Dilan Handoko yang sedang menembak Sarah Kusuma cukup terkenal di seluruh kalangan Universitas Praharsa. Dia tinggi, tampan, dan yang paling penting sangat kaya. Dia lahir dari latar belakang yang kaya dan keluarganya, Keluarga Handoko memiliki dan mengelola banyak macam perusahaan.

Sebagai bukti dari kekayaannya, mobil yang dia kendarai ke kampus, Porsche Carrera GT dilaporkan bernilai 30 miliar rupiah. Itu sudah cukup menunjukkan kekayaan yang dimiliki oleh keluarganya.

Banyak mahasiswa menggunakan Groove, sebuah platform siaran langsung populer yang merupakan sumber berita tersebut. Ini bisa jadi momen lahirnya sebuah pasangan yang hebat, pria kaya dan tampan dengan wanita cantik. Siapa yang ingin ketinggalan berita seperti itu?

Namun, ketika para pria di asrama putra itu menonton siaran langsung dengan seksama, seorang pria terdiam di kasurnya.

Semua anggota asrama putra yang ada di sana berpakaian dengan baik. Walaupun mereka tidak teramat kaya, jelas sekali dalam sekali lihat bahwa mereka pun berkecukupan. Akan tetapi, pria yang terdiam di kasurnya berpakaian agak berbeda dari mereka. Sekali melihat pun orang-orang bisa tahu kalau dia sangat miskin karena pakaiannya tidak sebagus teman-teman sekamarnya. Pria itu tidak lain adalah Daffa Halim.

Daffa Halim merupakan pria berumur 20 tahun yang sedang menjalani tahun ketiga kuliahnya. Tingginya 191 sentimeter dan dia sangat tampan. Namun, ketampanan dan tingginya yang menjulang itu tertutupi oleh kemiskinannya. Dia dikenal sebagai orang miskin di kampus.

Sebagai seseorang yang tidak mengetahui siapa orang tuanya dan dibesarkan di panti asuhan, Daffa sudah hidup miskin sejak dulu. Dia telah bekerja dengan sangat keras ketika dia mencapai umur 18 tahun dan masa tinggalnya di panti asuhan telah habis. Dia mengincar Universitas Praharsa, universitas terbaik di negara ini. Karena dia sangat pintar, dia berhasil lulus ujian masuk dan diterima di universitas itu. Dia bahkan lolos di pilihan pertamanya, Manajemen Bisnis.

Karena dia sendiri yang membiayai semuanya, dia hanya memiliki sedikit waktu untuk dirinya sendiri dan selalu bekerja paruh waktu di mana-mana untuk menghidupi dirinya sendiri. Di salah satu pekerjaan paruh waktunya, dia bertemu Sarah Kusuma, salah satu wanita tercantik di kampus.

Dia langsung jatuh cinta saat melihat wanita itu dan mulai merayunya, mengabaikan tujuan awalnya untuk menjadi sukses sebelum menjalin hubungan. Dia telah merayunya selama enam bulan sebelum akhirnya dia setuju untuk menjalin hubungan dengannya.

Dia membuat syarat untuk tidak pernah mempublikasikan hubungan mereka dan membuatnya bersumpah untuk merahasiakannya. Dia meyakinkan Daffa untuk melakukannya karena dia ingin hubungan mereka bebas dari mata orang-orang yang suka ikut campur. Namun, hubungan mereka hanya bertahan kurang dari sebulan sebelum situasi ini terjadi.

Awalnya Daffa skeptis ketika dia mendengar nama Sarah Kusuma, tapi dia tidak menghiraukannya. Bahkan jika pria terkaya di kampus sekalipun melamarnya, dia percaya Sarah akan menolaknya. Lagi pula, hubungan mereka tidak didasari oleh kekayaan material, tapi cinta sejati.

Namun, dia masih mengeluarkan ponselnya dan memasuki akunnya di Groove. Dia ingin melihat sendiri hasil ajakan tersebut.

Siaran langsungnya dimulai dan videonya ditayangkan. Siaran itu menunjukkan latar belakang yang sangat mewah, dengan Sarah dan Dilan yang sedang makan malam di sana. Daffa memeriksa kolom komentar dan terkejut melihatnya.

“Wahhh. Bukannya itu Hotel Sky Golden? Satu-satunya hotel bintang tujuh di seluruh daerah ini?”

“Benar. Kudengar sekali makan di sana bisa menghabiskan setidaknya 150 juta rupiah.”

“Wah. Mahal sekali. Sarah sangat beruntung, ya. Apakah menurutmu dia akan menolak ajakannya?”

“Apa? Tentu saja tidak, di mana lagi dia akan menemukan pria sekaya dan setampan Dilan di kampus ini?”

“Benar juga. Dia pasti akan menerima lamarannya.”

Saat Daffa membaca komentar-komentar di siaran itu, jantungnya mulai berdegup kencang. Dia tidak tahu ada tempat semahal itu! Bagaimana bisa sekali makan bisa menghabiskan setidaknya 150 juta rupiah? Itu konyol sekali. Selama bertahun-tahun dia bekerja paruh waktu, dia tidak pernah mengumpulkan uang sebanyak 15 juta rupiah yang hanya sepuluh persen dari nilai tersebut.

Daffa merasa kepercayaannya pada Sarah di awal mulai terguncang setelah membaca komentar-komentar tersebut. Dia telah mengajak Sarah makan beberapa kali, tapi dia tidak pernah menghabiskan lebih dari 750 ribu rupiah untuk sekali makan. Walaupun dia tidak pernah mengeluh, Daffa merasa dibandingkan dengan apa yang sedang dia terima sekarang, dia bahkan tidak pantas untuk disebutkan.

Siaran itu tayang selama beberapa jam, termasuk adegan ketika kedua dari mereka makan makanan mewah, minum minuman mahal, dan bahkan berbincang tentang hal-hal sepele bersama. Akhirnya, momen yang ditunggu-tunggu tiba dan Dilan meminta Sarah untuk menjadi pacarnya.

Semua orang, termasuk Daffa merasa jantung mereka berhenti. Dari siaran yang sedang mereka tonton, Daffa sudah merasakan Sarah mulai tergelincir dari tangannya, tapi dia masih berpikir positif bahwa dia akan menolak Dilan.

Namun, itu semua sia-sia. Sarah setuju untuk menjadi pacarnya.

Daffa merasakan hatinya tersayat-sayat ketika mereka berdua berciuman begitu dalam di siaran tersebut. Termasuk enam bulan ketika dia mencoba merayunya, hanya ada sedikit sentuhan fisik yang terjadi di antara mereka berdua. Namun, belum satu menit berlalu sejak dia menerimanya, mereka sudah berciuman.

Daffa merasakan air mata mengalir dari matanya, tapi teman-teman asramanya tidak menyadarinya karena mereka terlalu berfokus pada siaran langsung tersebut. Setelah beberapa detik, Daffa mengelap matanya dan berhenti menangis. Dia meninggalkan asrama dan beranjak ke Hotel Sky Golden.

Dia akan bertanya pada Sarah kenapa dia setuju untuk berpacaran dengan orang lain ketika mereka masih menjalin hubungan.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Liberto Lait
imajinasi yg spektakuler
goodnovel comment avatar
Suherman Syah
saya suka sekali critanya,
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 659

    “Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 658

    Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 657

    “Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status