Share

Bab 3

Author: Benjamin
”Kamu mau putus denganku?” tanya Daffa, masih tidak bisa memercayai apa yang dia baru saja dengar.

“Benar, Daffa, aku mau putus denganmu. Hubungan ini telah berakhir,” kata Sarah tanpa perasaan sedikit pun di suaranya.

“Seperti yang bisa kamu lihat, sekarang aku sudah menjalin hubungan dengan pria kaya dan tampan yang bisa membiayaiku. Semoga kamu bisa segera mendapatkan yang terbaik untukmu, Daffa,” kata Sarah dengan nada yang sudah mantap. Dia sudah memutuskan hubungan apa pun yang mereka jalani bersama dan menegaskan pendiriannya.

Tanpa sepengetahuan Daffa dan Sarah, siaran langsung itu masih disiarkan, jadi adegan kecil ini diketahui oleh semua mahasiswa yang sedang menonton siarannya. Kolom komentarnya sangat berapi-api.

“Apa maksudnya itu? Putus? Kalau begitu, Sarah sedang berpacaran dengan seseorang sebelumnya?”

“Tidak mungkin. Lihat saja pakaian orang itu. Aku berani bertaruh keseluruhan pakaiannya tidak sampai 450 ribu rupiah. Bagaimana mungkin seseorang seperti dia bisa berpacaran dengan Sarah Kusuma?”

“Benar juga. Tunggu, bukannya itu Daffa Halim?”

“Daffa Halim? Siapa itu? Kamu mengenalnya?”

“Tentu saja! Wah, aku tidak pernah menyangka dia adalah orang yang seperti itu. Dia adalah mahasiswa paling miskin di departemen Manajemen Bisnis kami.”

“Apa? Sungguh?”

“Iya. Dia bahkan tidak bisa membeli makan seharga 1,5 juta rupiah. Aku tidak habis pikir bisa-bisanya dia mengaku-ngaku berpacaran dengan Sarah.”

“Benar. Jelas sekali dia hanya mengincar apa yang tidak bisa dia dapatkan. Kalau tidak, untuk apa dia menunggu hingga Sarah menerima Dilan sebelum dia mendatangi mereka?”

Komentar-komentar terus berdatangan dan semua orang yang menonton siaran tersebut segera mulai melihat Daffa Halim dengan cara yang berbeda.

Namun, teman-teman asrama Daffa terkejut. Mereka tidak tahu kapan Daffa meninggalkan ruangan dan pergi ke Hotel Sky Golden. Jika mereka menyadarinya pun, mereka akan mencoba menghentikannya. Mereka juga tidak tahu harus memercayai siapa karena mereka benar-benar tidak tahu apakah dia sungguhan berpacaran dengan Sarah atau tidak.

Daffa tentu saja tidak mengetahui apa yang sedang terjadi di kolom komentar dan hanya berfokus pada Sarah dan Dilan sepenuhnya. Setelah Sarah mengatakan bahwa dia putus dengannya, Dilan meninggalkan tempatnya dan berdiri di depan Sarah, bersikap protektif. Tidak masalah bagi Dilan jika mereka pernah menjalin hubungan sebelumnya. Sarah sekarang adalah miliknya dan dia tidak akan membiarkan orang jelata seperti Daffa mendekati wanitanya.

“Kamu sudah mendengarnya, bung. Terimalah. Dia tidak menginginkanmu yang miskin itu lagi,” kata Dilan, mengusap garam pada luka Daffa.

Daffa mengabaikannya dan mencoba berjalan mendekati Sarah, ingin mencoba membujuknya. Dia tidak mau membiarkan hubungan mereka berakhir seperti ini. Namun, Dilan tidak membiarkannya.

Dia mendorong Daffa mundur, membuatnya menjauh dari Sarah. Pada saat itu, Daffa akhirnya kehilangan akalnya. Dia mendorong Dilan dan akhirnya mereka saling berkelahi.

Karena Daffa adalah orang miskin sehingga harus bekerja serabutan, tubuhnya menjadi bugar dan memukau. Badannya sehat dan dia memiliki kekuatan yang besar di tubuhnya.

Dilan lahir di keluarga yang kaya, jadi dia diwajibkan untuk mempelajari bermacam-macam seni bela diri seperti taekwondo, tinju tendang, Krav Maga, dan semacamnya. Karena itu, dia selalu merasa percaya diri bahwa dia akan menang jika terlibat perkelahian.

Namun, setelah beberapa kali saling meninju, Dilan ternyata berada di pihak yang terlihat akan kalah. Akan tetapi, itu tidak begitu mengejutkan karena Dilan tidak pernah menganggap teknik-teknik tersebut secara serius. Dia adalah pengikut setia doktrin bahwa uang bisa menyelesaikan segalanya. Dia percaya bahwa selama dia memiliki uang, tidak ada satu pun atau apa pun yang tidak bisa dia kuasai.

Namun, memercayai doktrin tersebut malah membawanya pada kekalahan sekarang. Dia berada di pihak yang kalah ketika sedang melawan orang jelata seperti Daffa.

Dilan-lah yang mengatur kencan mereka untuk disiarkan secara langsung di Groove. Dia ingin menetapkan posisinya sebagai mahasiswa paling populer di kampus, jadi dia mengatur kencan mereka untuk disiarkan secara langsung.

Rencananya adalah menunjukkan pada seluruh kampus bagaimana dia menembak salah satu wanita tercantik di kampus dan hal tersebut akan meningkatkan popularitasnya. Akan tetapi, dia menyadari bahwa rencananya akan sia-sia jika dia tidak bisa mempertahankan reputasinya di sini.

“Sarah! Kenapa kamu diam saja di sana? Panggil satpam sekarang!” perintah Dilan.

Sarah bergegas melakukan perintahnya. Mereka masih berada di dekat Hotel Sky Golden sehingga satpamnya tidak jauh dari mereka. Akan kacau sekali jika Dilan kalah dari mantan pacarnya, Daffa, di sebuah perkelahian di hari pertama mereka berpacaran.

Sarah dengan cepat memanggil para satpam. Mereka bergegas menghampirinya karena mereka melihat Dilan dan wanita tersebut datang dengan mobil sport yang terlihat mewah. Mereka tiba di lokasi dan melihat Daffa sedang memukuli Dilan.

Mereka buru-buru menghampiri Daffa dan menariknya menjauh dari Dilan. Sebelum Daffa menyadari apa yang sedang terjadi, dua tamparan pedih mendarat di wajahnya. Dia melihat ke sekitar untuk mencari siapa yang menamparnya, tapi dia mendapati Sarah menatapnya dengan geram. Hatinya terasa seperti sedang diperas dengan menyakitkan. Tamparan itu sepertinya membuatnya sedikit lebih tenang dan dia membiarkan para satpam membawanya pergi.

Sarah buru-buru menghampiri Dilan yang tergeletak di tanah dan membantunya bangkit.

“Astaga, Dilan, apakah kamu baik-baik saja?” tanya Sarah, suaranya terdengar sangat khawatir.

Dilan tidak menjawab. Tatapannya melekat pada Daffa yang sedang dibawa pergi oleh para satpam. Pada saat itu, rasa benci yang teramat dalam tumbuh di hatinya. Seluruh rencananya telah hancur karena orang jelata itu! Dia telah menghabiskan lebih dari 750 juta rupiah dalam satu malam untuk membuat hari ini hari yang sempurna hanya untuk dihancurkan oleh orang jelata itu! Dia bersumpah akan membuat hidupnya menderita ketika dia kembali ke kampus.

Dia berbalik dan beranjak ke mobilnya yang diikuti oleh Sarah dari dekat. Dia tidak mengetahui apa yang akan Dilan lakukan. Namun, dia tahu sesuatu yang besar akan terjadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Suherman Syah
siiiip banget
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status