Share

003 | Cerita tentang Naga yang Tersegel

Jalanan terjal yang dipenuhi bebatuan licin adalah yang menyambut Ailfrid dan Seth ketika mereka tiba di hutan Chinia. Rerumputan tumbuh hingga nyaris separuh tinggi badan mereka. Tempat ini jelas sekali tidak pernah dilalui oleh manusia. Sejak dulu orang-orang lebih memilih untuk ke arah perbatasan barat dan memutar jalan melewati perbukitan jika ingin ke Nuada, walau sebenarnya waktu perjalanan akan terasa lebih singkat jika melewati Chinia.

Tapi, memangnya siapa yang akan melewati tempat dimana ada naga di dalamnya?

Segel itu dibentuk puluhan tahun yang lalu, tidak ada jaminan kekuatan segelnya akan tetap sama kuatnya seperti waktu itu. Daripada mengambil resiko yang tidak pasti, lebih baik melewati jalan yang lebih jauh tapi keselamatan lebih terjamin.

Pepohonan di kanan dan kiri jalan tumbuh cukup lebat, membuat bias sinar matahari tidak banyak masuk. Tempat ini cukup gelap, bahkan di waktu tengah hari seperti sekarang ini.

“Hei, ini jalan yang benar kan?”

Ailfrid yang berjalan di depan Seth mengendikkan bahunya, “Tidak tahu. Tidak ada peta, dan tidak ada literasi apapun yang menggambarkan Chinia, jadi kalau boleh jujur aku hanya mengandalkan instingku untuk mengambil jalan.”

Karena tidak pernah ada lagi yang melewati jalan ini sejak sang naga dikurung di sini.

“Hah?!”

Seth pikir ia akan menjadi terbiasa dengan pemuda berambut coklat kemerahan itu setelah dua tahun dilalui oleh mereka bersama, bepergian nyaris ke seluruh tempat di enam kerajaan. Tapi ternyata, tidak. Ia masih berambisi untuk setidaknya memukul kepala orang ini agar setidaknya lebih waras. Orang bodoh mana yang masuk ke hutan antah-berantah ini bahkan tanpa memiliki informasi apapun. Jangankan mencari sesuatu, mereka bisa keluar tanpa menjadi gila dari sini saja mungkin sudah keajaiban.

“Daripada itu, mau kuceritakan sesuatu?”

Seth mengerjapkan kedua matanya. Tudung yang sedari tadi dikenakannya sejak masih di Rockfell sudah ia lepas. Tempat ini tidak terlalu banyak terpapar sinar matahari, jadi setidaknya ia aman di sini.

“Apa?” Tumben sekali orang ini punya inisiatif untuk bercerita, biasanya kalau tidak dipaksa Ailfrid akan lebih memilih diam.

“Dengarkan saja, lalu setelahnya coba kau tebak apa yang sebenarnya ingin kucari di sini.”

Ailfrid menatap teman seperjalannya itu sambil tersenyum tipis, sedangkan Seth masih menatapnya ragu.

Sebenarnya ada setitik keraguan mengenai Ailfrid, tepatnya sebelum mereka menuju Rockfell. Tujuan perjalanan mereka sebenarnya acak, hanya melangkahkan kaki sesuai insting saja dari satu kota ke kota lainnya dan sesekali kembali ke kota Freyvein, kampung halaman sang ibu dari pemuda berambut coklat ini. Namun sesuatu tiba-tiba berubah, tepatnya ketika mereka masih ada di kerajaan utara dan orang itu menerima sebuah surat yang dikirim melalui seekor burung elang, Ailfrid langsung mengajaknya ke perpustakaan terdekat. Entah apa yang dicarinya, karena tidak lama orang itu langsung memutuskan bahwa Rockfell adalah tujuan mereka selanjutnya.

“Bagaimana? Ini lebih baik daripada kita hanya sekedar berjalan tanpa tahu arah seperti ini. Kau kan bukan manusia, siapa tahu kau bisa lebih mudah untuk mencarinya.”

“Apa aku punya pilihan untuk menjawab tidak ingin? Bahkan walau kubilang tidak mau pun, kau tetap akan memaksa untuk bercerita. Orang sepertimu tidak akan menceritakan apapun tanpa inisiatif sendiri, dan kalau kau memaksa, itu sama saja dengan mengatakan hal ini penting, aku benar kan?”

Senyum di wajah Ailfrid terlihat lebih lebar, “Oh, kau sudah mengenaliku dengan baik rupanya.”

Langkah keduanya terhenti di depan aliran sungai yang lebarnya tidak lebih dari satu meter. Mereka memutuskan untuk berhenti sejenak. Seth tidak masalah jika harus berjalan jauh, tapi Ailfrid tetaplah seorang manusia yang akan lelah di titik tertentu.

“Kau tahu, Chinia ini dulunya adalah hutan tempat tinggal Elf. Setidaknya sampai tiga puluh tahun yang lalu.”

Ailfrid menatap ke arah langit yang mulai berganti warna menjadi warna senja. Mereka memulai perjalanan ke hutan ini sejak tengah hari, dan waktu cepat sekali berlalu hingga tanpa terasa malam akan segera datang. Tempat ini sejujurnya menyesatkan. Orang yang menciptakan segel pada sang naga jelas sekali tidak ingin ada siapapun yang mencapai tempat makhluk itu dikurung, hingga akhirnya menggunakan sihir lain untuk membuat orang-orang yang bersikeras masuk ke sini tersesat.

“Tiga puluh tahun yang lalu, ada seekor naga yang menyerang Aldrand.”

“Apa?” Seth sontak menoleh ke arah Ailfrid yang kini sedang duduk di atas bebatuan, orang itu balas menatapnya sambil menopang dagu, “Tunggu, apa maksudmu?”

Seingatnya, naga bukan makhluk yang akan menyerang manusia. Harga diri mereka tinggi, bagi makhluk itu manusia mungkin adalah makhluk dengan status rendah. Kalaupun sampai mereka menyerang, kenapa… hal itu tidak terdengar kabarnya sama sekali? Serangan naga bukan serangan kecil, satu ekor saja sanggup untuk menghancurkan satu kota dalam semalam. Hal besar semacam itu akan dengan mudah terdengar hingga kerajaan lain.

Ailfrid menyeringai, “Karena memang bukan seperti itu cerita yang sebenarnya.”

Seth mengerutkan alisnya, hal yang paling dibenci dari sosok ini adalah kebiasaannya yang selalu berputar-putar ketika bercerita. Orang ini memang cocok sekali beralih profesi menjadi seorang pendongeng jalanan daripada traveler.

“Yang sebenarnya terjadi adalah, naga itu dikendalikan untuk menyerang Nuada. Seseorang membuat sebuah kejadian seolah ibukota kerajaan diserang oleh sang naga. Tapi bukankah terasa aneh karena kabar tersebut tidak terdengar sama sekali bahkan ke kerajaan tetangga?”

Ailfrid berhenti bicara, tangannya merogoh saku celananya dan mengambil sebuah jam saku berwarna perak. Jarum jamnya berputar terus menerus, pertanda bahwa ada pergerakan sihir di sekitarnya. Hutan ini dulunya tempat tinggal para Elf, jadi tidak heran kalau udara di sini pun mengandung sihir.

“Tapi untuk apa?”

“Politik kerajaan mengharuskan anggota kerajaan memiliki image yang baik di masyarakat untuk mendapat kepercayaan publik, kesalahan sedikit saja hanya akan membuat masyarakat meragukan kerajaan, memangnya apa lagi?”

Seth tidak habis pikir, jangankan dengan orang-orang kerajaan, ia bahkan tidak pernah sekalipun berhubungan dengan para bangsawan. Untuk makluk semi-immortal sepertinya, mereka adalah sekelompok orang-orang yang berbahaya. Karena terlalu terobsesi akan kekuasaan, keabadian akan menjadi tujuan mereka setelahnya.

“Seseorang akhirnya mengalahkan naga itu, lalu menyegelnya di tempat ini. Maka dari itu, para Elf memutuskan untuk pergi dari sini. Sihir yang menyegelnya terlalu kuat, dan sihir lain yang tujuannya untuk menyesatkan siapapun yang masuk ke tempat ini. Ditambah dengan sihir sang naga, makhluk mana yang akan tahan tinggal di tempat ini?”

“Tapi apa tujuannya menggunakan hutan ini? Tidak ada untungnya sama sekali kan? Kalau hanya untuk imagenya saja bahkan dengan berbuat kebaikan saja itu sudah cukup.”

“Tempat ini jauh dari Nuada, dan…” Ailfrid menatapnya sendu, alasan lainnya tentu saja berhubungan dengan alasan kenapa ia akhirnya terusir sebagai anggota kerajaan, “Kekuatan naga itu kuat. Ada dua cara untuk penyihir bisa menggunakannya. Pertama, membuat sang naga mempercayaimu, maka ia akan mempercayakan kekuatannya untuk digunakan. Kedua, memaksanya. Segel dia di suatu tempat, dan biarkan kekuatannya terhubung dengan tubuhmu, maka kau juga bisa menggunakannya.”

Seth melotot. Naga itu termasuk makhluk yang agung, sama seperti burung phoenix atau harimau putih atau kura-kura legenda. Memaksanya dengan cara keji seperti itu benar-benar seperti penghinaan. Mana ada orang yang seperti itu?

“Dan orang yang mengalahkan naga itu, ironisnya adalah orang yang juga menjadi dalang dari bencana itu sendiri—dia adalah raja Aldrand yang sekarang.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status