Jalanan terjal yang dipenuhi bebatuan licin adalah yang menyambut Ailfrid dan Seth ketika mereka tiba di hutan Chinia. Rerumputan tumbuh hingga nyaris separuh tinggi badan mereka. Tempat ini jelas sekali tidak pernah dilalui oleh manusia. Sejak dulu orang-orang lebih memilih untuk ke arah perbatasan barat dan memutar jalan melewati perbukitan jika ingin ke Nuada, walau sebenarnya waktu perjalanan akan terasa lebih singkat jika melewati Chinia.
Tapi, memangnya siapa yang akan melewati tempat dimana ada naga di dalamnya?Segel itu dibentuk puluhan tahun yang lalu, tidak ada jaminan kekuatan segelnya akan tetap sama kuatnya seperti waktu itu. Daripada mengambil resiko yang tidak pasti, lebih baik melewati jalan yang lebih jauh tapi keselamatan lebih terjamin.Pepohonan di kanan dan kiri jalan tumbuh cukup lebat, membuat bias sinar matahari tidak banyak masuk. Tempat ini cukup gelap, bahkan di waktu tengah hari seperti sekarang ini.“Hei, ini jalan yang benar kan?”Ailfrid yang berjalan di depan Seth mengendikkan bahunya, “Tidak tahu. Tidak ada peta, dan tidak ada literasi apapun yang menggambarkan Chinia, jadi kalau boleh jujur aku hanya mengandalkan instingku untuk mengambil jalan.”Karena tidak pernah ada lagi yang melewati jalan ini sejak sang naga dikurung di sini.“Hah?!”Seth pikir ia akan menjadi terbiasa dengan pemuda berambut coklat kemerahan itu setelah dua tahun dilalui oleh mereka bersama, bepergian nyaris ke seluruh tempat di enam kerajaan. Tapi ternyata, tidak. Ia masih berambisi untuk setidaknya memukul kepala orang ini agar setidaknya lebih waras. Orang bodoh mana yang masuk ke hutan antah-berantah ini bahkan tanpa memiliki informasi apapun. Jangankan mencari sesuatu, mereka bisa keluar tanpa menjadi gila dari sini saja mungkin sudah keajaiban.“Daripada itu, mau kuceritakan sesuatu?”Seth mengerjapkan kedua matanya. Tudung yang sedari tadi dikenakannya sejak masih di Rockfell sudah ia lepas. Tempat ini tidak terlalu banyak terpapar sinar matahari, jadi setidaknya ia aman di sini.“Apa?” Tumben sekali orang ini punya inisiatif untuk bercerita, biasanya kalau tidak dipaksa Ailfrid akan lebih memilih diam.“Dengarkan saja, lalu setelahnya coba kau tebak apa yang sebenarnya ingin kucari di sini.”Ailfrid menatap teman seperjalannya itu sambil tersenyum tipis, sedangkan Seth masih menatapnya ragu.Sebenarnya ada setitik keraguan mengenai Ailfrid, tepatnya sebelum mereka menuju Rockfell. Tujuan perjalanan mereka sebenarnya acak, hanya melangkahkan kaki sesuai insting saja dari satu kota ke kota lainnya dan sesekali kembali ke kota Freyvein, kampung halaman sang ibu dari pemuda berambut coklat ini. Namun sesuatu tiba-tiba berubah, tepatnya ketika mereka masih ada di kerajaan utara dan orang itu menerima sebuah surat yang dikirim melalui seekor burung elang, Ailfrid langsung mengajaknya ke perpustakaan terdekat. Entah apa yang dicarinya, karena tidak lama orang itu langsung memutuskan bahwa Rockfell adalah tujuan mereka selanjutnya.“Bagaimana? Ini lebih baik daripada kita hanya sekedar berjalan tanpa tahu arah seperti ini. Kau kan bukan manusia, siapa tahu kau bisa lebih mudah untuk mencarinya.”“Apa aku punya pilihan untuk menjawab tidak ingin? Bahkan walau kubilang tidak mau pun, kau tetap akan memaksa untuk bercerita. Orang sepertimu tidak akan menceritakan apapun tanpa inisiatif sendiri, dan kalau kau memaksa, itu sama saja dengan mengatakan hal ini penting, aku benar kan?”Senyum di wajah Ailfrid terlihat lebih lebar, “Oh, kau sudah mengenaliku dengan baik rupanya.”Langkah keduanya terhenti di depan aliran sungai yang lebarnya tidak lebih dari satu meter. Mereka memutuskan untuk berhenti sejenak. Seth tidak masalah jika harus berjalan jauh, tapi Ailfrid tetaplah seorang manusia yang akan lelah di titik tertentu.“Kau tahu, Chinia ini dulunya adalah hutan tempat tinggal Elf. Setidaknya sampai tiga puluh tahun yang lalu.”Ailfrid menatap ke arah langit yang mulai berganti warna menjadi warna senja. Mereka memulai perjalanan ke hutan ini sejak tengah hari, dan waktu cepat sekali berlalu hingga tanpa terasa malam akan segera datang. Tempat ini sejujurnya menyesatkan. Orang yang menciptakan segel pada sang naga jelas sekali tidak ingin ada siapapun yang mencapai tempat makhluk itu dikurung, hingga akhirnya menggunakan sihir lain untuk membuat orang-orang yang bersikeras masuk ke sini tersesat.“Tiga puluh tahun yang lalu, ada seekor naga yang menyerang Aldrand.”“Apa?” Seth sontak menoleh ke arah Ailfrid yang kini sedang duduk di atas bebatuan, orang itu balas menatapnya sambil menopang dagu, “Tunggu, apa maksudmu?”Seingatnya, naga bukan makhluk yang akan menyerang manusia. Harga diri mereka tinggi, bagi makhluk itu manusia mungkin adalah makhluk dengan status rendah. Kalaupun sampai mereka menyerang, kenapa… hal itu tidak terdengar kabarnya sama sekali? Serangan naga bukan serangan kecil, satu ekor saja sanggup untuk menghancurkan satu kota dalam semalam. Hal besar semacam itu akan dengan mudah terdengar hingga kerajaan lain.Ailfrid menyeringai, “Karena memang bukan seperti itu cerita yang sebenarnya.”Seth mengerutkan alisnya, hal yang paling dibenci dari sosok ini adalah kebiasaannya yang selalu berputar-putar ketika bercerita. Orang ini memang cocok sekali beralih profesi menjadi seorang pendongeng jalanan daripada traveler.“Yang sebenarnya terjadi adalah, naga itu dikendalikan untuk menyerang Nuada. Seseorang membuat sebuah kejadian seolah ibukota kerajaan diserang oleh sang naga. Tapi bukankah terasa aneh karena kabar tersebut tidak terdengar sama sekali bahkan ke kerajaan tetangga?”Ailfrid berhenti bicara, tangannya merogoh saku celananya dan mengambil sebuah jam saku berwarna perak. Jarum jamnya berputar terus menerus, pertanda bahwa ada pergerakan sihir di sekitarnya. Hutan ini dulunya tempat tinggal para Elf, jadi tidak heran kalau udara di sini pun mengandung sihir.“Tapi untuk apa?”“Politik kerajaan mengharuskan anggota kerajaan memiliki image yang baik di masyarakat untuk mendapat kepercayaan publik, kesalahan sedikit saja hanya akan membuat masyarakat meragukan kerajaan, memangnya apa lagi?”Seth tidak habis pikir, jangankan dengan orang-orang kerajaan, ia bahkan tidak pernah sekalipun berhubungan dengan para bangsawan. Untuk makluk semi-immortal sepertinya, mereka adalah sekelompok orang-orang yang berbahaya. Karena terlalu terobsesi akan kekuasaan, keabadian akan menjadi tujuan mereka setelahnya.“Seseorang akhirnya mengalahkan naga itu, lalu menyegelnya di tempat ini. Maka dari itu, para Elf memutuskan untuk pergi dari sini. Sihir yang menyegelnya terlalu kuat, dan sihir lain yang tujuannya untuk menyesatkan siapapun yang masuk ke tempat ini. Ditambah dengan sihir sang naga, makhluk mana yang akan tahan tinggal di tempat ini?”“Tapi apa tujuannya menggunakan hutan ini? Tidak ada untungnya sama sekali kan? Kalau hanya untuk imagenya saja bahkan dengan berbuat kebaikan saja itu sudah cukup.”“Tempat ini jauh dari Nuada, dan…” Ailfrid menatapnya sendu, alasan lainnya tentu saja berhubungan dengan alasan kenapa ia akhirnya terusir sebagai anggota kerajaan, “Kekuatan naga itu kuat. Ada dua cara untuk penyihir bisa menggunakannya. Pertama, membuat sang naga mempercayaimu, maka ia akan mempercayakan kekuatannya untuk digunakan. Kedua, memaksanya. Segel dia di suatu tempat, dan biarkan kekuatannya terhubung dengan tubuhmu, maka kau juga bisa menggunakannya.”Seth melotot. Naga itu termasuk makhluk yang agung, sama seperti burung phoenix atau harimau putih atau kura-kura legenda. Memaksanya dengan cara keji seperti itu benar-benar seperti penghinaan. Mana ada orang yang seperti itu?“Dan orang yang mengalahkan naga itu, ironisnya adalah orang yang juga menjadi dalang dari bencana itu sendiri—dia adalah raja Aldrand yang sekarang.”Menjadi pengamat itu terkadang rasanya menyebalkan. Ia memperhatikan banyak hal, melihat banyak hal, dan menyadari banyak hal. Tapi kesemuanya itu tidak selalu sesuai dengan dugaannya. Ingin bertanya untuk memastikan, tapi ia sendiri harus memastikan banyak hal hanya untuk bertanya satu. Terutama sekali kondisi yang terlihat tidak memungkinkan sekalipun ia sudah memastikan banyak hal.Ailfrid bisa bertanya pada Arian soal dirinya, tapi itu sama saja dengan keharusan untuknya membuka identitas aslinya. Freya bukan orang bodoh, gadis itu tentu saja masih mengingat secara detail apa yang terjadi kemarin. Salah bertanya hanya akan membawanya kembali pada topik mengenai pangeran kedua yang disinggung oleh si pencuri.Mengajaknya keluar dari kompartemen?Hanya akan menimbulkan kecurigaan lebih jelas. Seth tidak masalah sebenarnya, tapi melihat bagaimana reaksinya terhadap Arian, salah bicara mungkin akan membawanya pada masalah lain yang tidak diketahuinya.Terlalu banyak berpikir hanya aka
Stasiun kereta kota pelabuhan terlihat lengang. Bangunan tua dengan warna coklat tua yang mendominasi itu tidak terlalu besar, orang-orang pelabuhan jarang menggunakan kereta untuk bepergian karena jadwal yang sedikit jarang.Ketiga orang itu masih berdiri di depan pintu masuk, dengan Ailfrid yang berdiri di antara Seth dan Freya.'Ini buruk? Aku tidak pernah melihat mereka saling berbicara selain waktu pertama kali bertemu di penginapan, tapi kenapa mereka seperti sedang perang dingin begini?'Freya memang tidak menunjukkan raut wajah terganggu, tapi dengan minimnya interaksi mereka dan juga gadis itu yang tidak berusaha untuk berbicara dengan Seth, ia sudah cukup mengerti. Lain dengan Seth. Vampir itu jelas menunjukkan rasa tidak sukanya.Ailfrid menghela nafas untuk yang kesekian kalinya hari ini. Jangankan mengkhawatirkan apa yang ada di Lugh, sejak awal ia tidak yakin ini akan berjalan lancar.Pemuda berusia dua puluh empat tahun itu
Scott berdiri di depan pintu berukuran besar berwarna putih gading. Ia masih belum ingin beranjak dari tempatnya. Dua pengawal yang berdiri di samping kiri dan kanan pintu hanya menatapnya sekilas, tapi tidak berani untuk bertanya—tidak, jangankan bertanya, mereka tidak sanggup bahkan hanya untuk mengeluarkan suara sedikitpun. Keduanya lebih memilih untuk menatap lantai marmer di bawahnya.Aura yang dikeluarkan oleh putra mahkota memang tidak pernah bersahabat, tapi yang kali ini jauh lebih buruk dari itu. Mereka sudah terbiasa, setiap kali menginjakkan kaki di istana utama, mood sang putra mahkota selalu berubah menjadi lebih buruk dari biasanya, apalagi jika bertemu dengan sang raja. Satu-satunya yang bisa membuatnya sedikit melunak hanya keberadaan perdana menteri.Ia menarik nafas. Tangan kanannya terjulur, membuka perlahan pintu besar itu. Ruangan di baliknya adalah ruang kerja sang raja. Perlahan ia melangkah masuk, setelah sebelumnya mengatur ekspresinya men
Pemuda berambut merah itu menghela nafas, kedua tangannya melipat selembar kertas berukuran kecil yang sedari tadi dilihat olehnya, sebelum kemudian merobeknya menjadi ukuran kecil. Serpihan-serpihan kecil itu dibiarkannya berjatuhan di atas meja. Seberkas cahaya berwarna kemerahan muncul dari tangan kanannya dan robekan kertas tadi perlahan terbakar hingga menjadi abu, lalu menghilang begitu saja.Burung elang berbulu coklat yang masih bertengger di jendela itu menatapnya dalam diam, lalu terbang menjauh. Tugasnya sudah selesai, setidaknya untuk sementara ini.Tok tokSuara ketukan pada pintu mengalihkan perhatiannya, lalu suara seorang lelaki paruh baya terdengar. “Putra Mahkota, Yang Mulia Raja ingin bertemu dengan anda di ruangan kerjanya.”Ia mengusap wajahnya dengan kasar, hembusan nafas berat terdengar setelahnya. Ia benci dengan situasi ini. Dari sekian banyak hal yang tidak disukainya, berada dalam satu ruangan dengan sang ayah adalah sal
Freya menatap kedua orang di depannya dengan ragu. Ia sejujurnya tidak terlalu mengetahui soal Lugh. Hanya sekilas dijelaskan dalam sejarah yang pernah dipelajarinya beberapa tahun yang lalu, yang dulunya pernah menjadi kota pertanian yang cukup makmur di Riodora sebelum akhirnya dihapus dari peta. Selebihnya, tidak ada seorang pun di istana yang bersedia menjelaskan lebih lanjut soal Lugh, seolah ada yang sedang berusaha mereka tutupi.“Jadi…” Ailfrid bersandar pada jendela, sedangkan Freya duduk di salah satu kursi yang ada di sana, “kotanya hilang? Hancur? Atau sudah tidak berpenghuni?”Apa yang sudah pernah dibacanya terlalu jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Freya. Ada pesan lanjutan dari apa yang diterimanya ketika masih di Rockfell, tentang tujuan yang mengharuskan mereka menuju Lugh.Sebuah kota kecil di kaki gunung, nyaris dikelilingi perbukitan dan dibelah oleh sebuah sungai panjang. Satu-satunya cara menuju ke sana adalah dengan mengg
“Pangeran… kedua? Apa maksudnya?” Freya adalah yang pertama mengeluarkan suara, keheningan itu sedikit mengganggunya, tapi apa yang dikatakan oleh pencuri tadi jauh lebih mengganggunya.Mathias menoleh pada sang putri, lalu mengalihkan tatapannya pada pemuda berambut coklat kemerahan di sampingnya. Laki-laki bertubuh jangkung itu menghela nafas pelan. Ia sudah menduga banyak hal—bahkan hanya dalam waktu beberapa saat ia berada di sini. Tapi bukan haknya untuk mengatakan apapun, toh itu bukan urusannya. Selama tidak mengganggu ketentraman di Riodora, ia tidak peduli.“Tuan Putri, ini sudah saatnya anda kembali. Kakak anda mungkin saja sudah mengacau di istana.”Ia tidak membual untuk yang satu ini. Sang raja adalah orang yang bijaksana, walau agak kaku. Tapi ia orang yang pengertian. Hanya saja di luar dari urusan kerajaan, sayangnya orang itu juga seorang kakak—yang protektif, kalau perlu ditambahkan. Bukan sesuatu yang aneh, mengingat mereka berdua hanya