Kota Rockfell adalah kota kecil di Kerajaan Aldrand.
Tapi, namanya saja yang kota, kalau dilihat lebih jauh tempat itu lebih terlihat seperti sebuah desa yang sedikit lebih maju peradabannya. Tempat itu terlalu kecil, penduduk aslinya mungkin tidak lebih dari seratus orang, tapi ramai akan pendatang. Entah itu untuk singgah sejenak atau tinggal beberapa hari. Kota ini memang ada di jalur perjalanan, dan memiliki lebih sedikit hambatan jika ingin melanjutkan perjalanan ke Nuada dibandingkan dengan jalur lain, makanya orang-orang luar kerajaan yang ingin menuju ibukota lebih memilih melewati Rockfell.Ailfrid berjalan melintasi jalanan yang mulai dipenuhi oleh para pedagang—kebanyakan dari mereka hanya menjual bahan makanan dan pakaian, beberapa lainnya menjual obat-obatan, mengingat para pendatang yang singgah lebih sering mencari barang-barang semacam itu. Kota ini sangat jauh dari ibu kota kerajaan, Nuada. Butuh waktu empat hari dari tempat ini untuk mencapai Nuada—dengan catatan, perjalanannya tanpa hambatan. Tapi memangnya siapa yang bisa menebak arah perjalanan mereka akan lancar atau justru penuh hambatan?Tapi bukan itu tujuannya berada di sini.Lagipula Nuada melarangnya untuk masuk. Kerajaan itu jelas sekali memutus hubungan dengannya setelah hukuman itu.Kota ini dekat dengan hutan Chinia, tempat seekor naga berwarna putih yang disegel puluhan tahun yang lalu. Dan itulah tujuannya.“Eire.”“Hm?”Eire adalah nama panggilannya. Tidak banyak orang yang memanggilnya dengan nama itu, atau mungkin memang hanya ada dua orang saja yang pernah memanggilnya seperti itu. Orang ini, dan juga sang ibu.“Apa tujuanmu?” pemuda berambut pirang itu sebenarnya enggan untuk mengikutinya, ketika Ailfrid mengatakan bahwa ia akan ke hutan yang berada di dekat perbatasan utara Rockfell. Lagipula seperti yang sudah-sudah, ketika orang ini mengajaknya ke suatu tempat artinya ia yang akan direpotkan.“Bukankah sudah kukatakan, kita akan ke hutan.”Ailfrid masih berjalan di depan, sedikitnya tidak terlalu peduli dengan keengganan teman perjalannnya itu untuk mengikutinya pergi, toh mau menolak pun Seth tetap akan mengikutinya. Dia sendiri yang akan rugi kalau ia celaka.Ia memang bisa melakukan sihir, tapi sihirnya hanya terbatas pada pertahanan saja. Bukan berarti ia tidak bisa menyerang, hanya saja itu memang bukan keahlian utamanya. Dan dirinya yang seperti itu jelas sekali rawan untuk mati di tempat berbahaya, atau setidaknya terluka cukup parah.“Bukan itu, apa tujuanmu selama ini?”Ada beberapa hal yang mengganjal dari sosok yang sedikit lebih tinggi darinya ini. Mereka bertemu tepat dua tahun yang lalu di sebuah hutan di Kerajaan Timur, Kekaisaran Vriyodora. Bukan pertemuan yang bagus, mengingat ia hampir saja membunuh Ailfrid tepat ketika bertemu pandang. Ailfrid bukan orang biasa, sudah jelas. Kemampuan sihir dan bertarungnya sebenarnya terhitung baik, walau kemampuan bertarungnya sedikit lebih lemah tapi orang itu cerdas. Dia bahkan berhasil menyembunyikan banyak hal dengan sangat baik, termasuk tujuan perjalanan mereka.Ailfrid menghentikan langkahnya, saat ini mereka ada di gang kecil yang sedikit sepi. “Menurutmu apa yang kucari?”Ia bersandar pada tembok salah satu bangunan toko kain yang ramai dikunjungi pembeli. Cuaca di sini panas, dan bisa-bisanya ia malah mengenakan long coat berwarna coklat. Tapi mau bagaimana lagi, pelabuhan hanya berjarak sepuluh kilometer dari selatan Rockfell jadi tidak aneh kalau cuaca di sini lebih panas dibandingkan tempat lain.“Harta?”Ia mengernyit, “Aku cukup kaya.”Harta peninggalan sang ibu lebih dari cukup untuk membiayai perjalanannya sampai beberapa tahun ke depan. Lagipula ia juga sesekali selalu menjual barang berharga yang tanpa sengaja ditemukannya selama perjalanan, jadi tidak ada masalah dengan keuangannya.Seth mendengus, itu memang fakta tapi mendengar orang yang bersangkutan mengatakannya secara langsung entah kenapa terasa menyebalkan.“Kekuasaan?”Ia menghela nafasnya, “Aku bukan bangsawan, dan aku tidak tertarik untuk menjadi salah satunya. Hidup di jalanan lebih baik kurasa.”“Jadi?” Seth mungkin terlanjur bertanya banyak, dan adakalanya Ailfrid memilih untuk diam atau menjawab jika memang dirasanya itu aman untuk diungkapkan.“Waktu,” ujar Ailfrid, iris hijaunya menatap hutan gelap yang rapat akan pepohonan, seperti menunjukkan sekali saja mereka melangkah masuk maka tidak akan ada lagi jalan keluar.“Apa?”“Tujuanku adalah mencari waktu yang tepat, untuk sebuah keadilan. Tapi untuk itu ada banyak hal yang harus kucari, salah satunya adalah sesuatu di hutan Chinia.”Belum sempat Seth bertanya lagi, Ailfrid sudah lebih dulu menarik tangannya untuk beranjak dari tempat itu. Kota ini panas, dan hutan gelap di sana kelihatannya jauh lebih baik untuk sekedar mendinginkan tubuhnya.“Pakai tutup kepalamu, kau tidak ingin kan mati lebih cepat hanya karena terpapar sinar matahari lebih lama?”~0~Sosok berbadan tegap itu berjalan menyusuri koridor yang lengang. Langit senja bergradasi jingga dan ungu di kejauhan tampak di sebelah kirinya, cahayanya yang redup menyusup masuk di antara pilar-pilar pualam yang tinggi. Langkahnya terhenti tak lama kemudian, sosok berambut merah itu menatap ke arah sosok lain yang berdiri tak jauh di depannya, bersandar pada salah satu pilar yang menghalangi cahaya matahari senja yang menyorot.Posisinya sedikit membelakanginya, tapi dengan warna rambut coklat tua yang tertangkap penglihatannya ia langsung mengenalinya—adik keduanya, atau pertamanya? Toh salah seorang dari mereka berlima sudah bukan lagi bagian dari kerajaan ini.Pemuda yang lebih muda darinya itu tidak menyadari kehadirannya sama sekali, tatapannya tertuju pada langit. Hampir sepenuhnya gelap, semburat jingga yang tadi masih terlihat kini hanya tampak di ujung langit sana. Bulan separuh terlihat lebih jelas kini. Ia menoleh ke sampingnya, ketika dirasanya seseorang sedang memperhatikannya, dan mendapati sang kakak tertua berdiri tak jauh darinya.Iris sewarna emerald serupa itu saling bertemu pandang. Warna mata hijau adalah ciri khas keluarga kerajaan Aldrand, bahkan walau di antara kelima bersaudara Hargreaves ini tidak ada yang benar-benar memiliki warna rambut yang sama.“Oh?”Sang kakak tertua kembali melangkah, memilih untuk tidak mengatakan apapun. Setidaknya apa yang sedang dilakukan oleh salah satu saudaranya ini bukan urusannya.“Scott.”Pemuda berambut merah itu kembali menghentikan langkahnya, kali ini tepat berada di hadapan sang adik. Iris keduanya kembali beradu pandang. Tidak sopan sebenarnya memanggil sang putra mahkota hanya dengan nama saja, tapi mereka sudah terlalu terbiasa seperti itu sejak masih kecil. Setidaknya mereka tidak melakukan itu ketika acara resmi atau di depan para petinggi kerajaan.“Kau masih belum ingin mengatakannya? Ini sudah berlalu tiga tahun, dan kau masih memilih untuk bungkam, bagaimana kita bisa membuat izin untuknya masuk ke sini? Kau bahkan tidak mengatakan sesuatu untuk setidaknya membuat kami percaya kalau dia memang tidak bersalah sama sekali.”Rhys menatap sang kakak tertua, tapi pemuda berambut merah itu memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain.“Maafkan aku.”Ia tidak punya hak untuk membicarakannya. Tidak di tempat ini, dimana banyak pasang mata tertuju padanya, berusaha untuk mencari celah akan kesalahan yang mungkin saja akan diperbuatnya. Sekali berbuat kesalahan, maka semuanya akan berakhir. Lagipula, ia masih memiliki janji yang harus ditepati.'Scott, jadilah anak yang baik dan tetaplah di sini. Demi bagianku juga, atau setidaknya demi Aldrand.'Jalanan terjal yang dipenuhi bebatuan licin adalah yang menyambut Ailfrid dan Seth ketika mereka tiba di hutan Chinia. Rerumputan tumbuh hingga nyaris separuh tinggi badan mereka. Tempat ini jelas sekali tidak pernah dilalui oleh manusia. Sejak dulu orang-orang lebih memilih untuk ke arah perbatasan barat dan memutar jalan melewati perbukitan jika ingin ke Nuada, walau sebenarnya waktu perjalanan akan terasa lebih singkat jika melewati Chinia.Tapi, memangnya siapa yang akan melewati tempat dimana ada naga di dalamnya?Segel itu dibentuk puluhan tahun yang lalu, tidak ada jaminan kekuatan segelnya akan tetap sama kuatnya seperti waktu itu. Daripada mengambil resiko yang tidak pasti, lebih baik melewati jalan yang lebih jauh tapi keselamatan lebih terjamin.Pepohonan di kanan dan kiri jalan tumbuh cukup lebat, membuat bias sinar matahari tidak banyak masuk. Tempat ini cukup gelap, bahkan di waktu tengah hari seperti sekarang ini.“Hei, ini jalan yang benar kan?”Ailfrid yang berjalan d
Ailfrid sudah sejak tadi mengakhiri ceritanya. Keduanya masih terdiam di posisi, tenggelam dalam pikirannya masing-masing.Seth sudah hidup sangat lama, mungkin sejak dua atau tiga generasi kekaisaran Vriyodora. Ia dan kaumnya memang memilih menjauh dari manusia, tinggal di reruntuhan kota yang sudah mati. Mengisolasi diri dari dunia luar, tapi itu tidak berarti ia tidak memperhatikan apa yang terjadi di luar sana.Tapi sampai tidak mengetahui apa yang terjadi di Aldrand padahal itu bukan kejadian kecil jelas adalah sesuatu yang aneh. Setidaknya, seharusnya kerajaan utara juga mengetahuinya karena posisi mereka saling berdekatan.Lain Seth, maka lain pula apa yang dipikirkan oleh Ailfrid. Sang raja pada dasarnya punya kemampuan sihir yang cukup kuat, kalau tidak, mana mungkin ia bisa mengendalikan naga untuk menyerang Nuada—walau itu adalah pemaksaan. Makhluk sihir biasa mungkin bisa dikendalikan dengan mudah, tapi naga termasuk makhluk agung. Butuh sihir yang cukup besar untuk mengen
Ailfrid membuka kedua matanya perlahan. Hal yang pertama dilihatnya adalah langit gelap tanpa bintang yang membentang. Tangannya meraba sekitar dan baru disadarinya ia sedang terbaring di atas rerumputan dengan coat miliknya yang dijadikan bantalan. Ia mengerjap beberapa kali, lalu mengubah posisinya menjadi duduk.“Apa yang terjadi?”“Ah, kau sudah sadar?” Seth yang baru kembali dari berkeliling sekitar segera menghampiri Ailfrid.“Aku pingsan?” Ailfrid mengerutkan alisnya, “berapa lama?”Seth memberikan botol minum yang dibawanya dalam tas yang selalu tersampir di pundaknya pada pemuda berambut coklat itu, yang tentu saja diterima dengan senang hati.“Dua jam. Beruntungnya, selama dua jam kau tidak sadarkan diri tidak ada apapun yang terjadi. Gempa tadi hanya terjadi sekali, lalu…” Seth duduk tepat di depan Ailfrid yang masih belum ingin mengubah posisi atau sekedar beranjak, sebenarnya ia memang lelah jadi sekalian saja ia gunakan kesempatan ini untuk istirahat, “arus sihirnya meng
Ailfrid masih terus menatap bebatuan kristal di bawah sana. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan. Nekat mendekat hanya akan mengantar nyawanya secara sukarela, tapi kalau hanya diam dan tidak melakukan apapun, ini hanya akan jadi hal yang sia-sia. Ia tidak tahu sihir macam apa yang digunakan untuk mengurung makhluk itu. Bisa saja sihir hitam, atau malah sihir suci. Yang manapun sama berbahayanya kalau ia tidak tahu apapun.Belum lagi jika di sekelilingnya dipasangi sihir pelindung agar tidak ada seorang pun yang bisa mendekat—untuk yang ini mungkin ia masih bisa sedikit melakukan sesuatu, walau tidak yakin dengan hasilnya. Tapi setidaknya ia jauh lebih berpengalaman soal sihir pelindung dibandingkan dengan jenis sihir yang lain.'Setidaknya, kalau ingin memberikan informasi jangan setengah-setengah, sialan. Diam seperti orang bodoh seperti ini, aku yakin kalau dia akan melihat ini seperti sesuatu yang menggelikan,' batin pemuda berambut coklat itu.Ailfrid berusaha mengi
Ailfrid menyeka peluh yang mengalir di dahinya, di luar dugaan ini berhasil tapi di lain sisi ternyata cukup melelahkan padahal yang di pilihnya adalah pola yang paling sederhana. Apa yang diharapkan dari orang itu memintanya untuk melakukan semua ini? Hanya karena ia satu-satunya di antara mereka yang bebas pergi kemanapun? Yang benar saja.WushhDalam beberapa detik kabut hitam itu kembali menghilang, sihir yang digunakan Ailfrid hanya bisa bertahan lima detik saja dan semuanya kembali seperti semula. Harusnya itu cukup, kalau Seth memperhatikan dengan cukup baik."Bagaimana?""Kabutnya terlalu pekat, makhluk hidup yang bernafas mungkin saja akan mati di langkah pertamanya memasuki kabut karena menghirup udaranya, mungkin itu juga yang membuat para elf memutuskan untuk pergi dari sini. Hidup di tempat ini jadi seperti berdampingan dengan bom waktu yang sesekali bisa meledak kapanpun. Tapi..." Seth menoleh pada Ailfrid yang balas menatapnya."Hutan ini tidak terganggu sama sekali kan
Seth terus berlari mendekati bongkahan kristal transparan itu. Semakin lama, langkah kakinya terasa semakin berat. Sesuatu menahannya untuk terus mendekat. Ia yakin kalau saja ia seorang manusia, kemungkinan mati kehabisan nafas atau terlempar karena tekanan bisa jadi salah satu opsi untuk menghadap dewa kematian lebih cepat.Dewa kematian kali ini mungkin saja akan sungguhan berbahagia kalau salah satu dari mereka berhasil menjemput ajal.Iris merahnya menyapu sekeliling, kabut pekat itu kembali menguar, menghalangi pandangannya. Kelihatannya pada jarak tertentu seseorang berusaha mendekati kristal itu maka kabut pun akan muncul dengan sendirinya, tanpa harus menggunakan sihir pembuka tabir.Ia menyeringai, "Siapapun yang menyegel dan menciptakan jebakan semacam ini benar-benar niat sekali."Karena jika hanya bertujuan untuk mengurung, dinding pelindung seperti yang dibuat oleh para elf sudah lebih dari cukup. Kecuali jika si penyegel memang sungguhan menggunakan kekuatan naga putih
Seth masih tetap dalam posisinya, walau tangan kanannya tetap bersiaga. Jaga-jaga kalau makhluk di depannya ini akan menyerangnya lagi. Ia dan Ailfrid sebenarnya tidak terlalu diburu oleh waktu, kalau saja tidak ada gangguan semacam ini. Dengan munculnya makhluk ini, maka tidak akan menunggu waktu lama sampai mungkin raja Aldrand akan mengetahui tujuan mereka.Sosok di hadapannya terkekeh, ia membuka jubah yang menyelubungi tubuhnya. Iris merah keemasan adalah yang pertama dilihatnya. Berbeda dengan mata merah milik vampir yang lebih terlihat seperti warna batu rubi, warna mata milik orang ini merah terang—ciri dari seorang iblis.“Kita berdua sama-sama menjatuhkan harga diri dan tunduk pada manusia, jadi apa bedanya, Seth?”Seth menelan salivanya. Makhluk berambut hitam dengan tanduk yang dipenuhi oleh mata berwarna merah terang itu berbahaya. Dari segi umur dan pengalaman saja mereka sudah berbeda jauh. Bisa-bisanya tempat ini dijaga oleh makhluk seperti ini. Pantas saja para elf le
“Jadi?” Seth sudah duduk di salah satu kursi di kamar penginapan yang disewa oleh Ailfrid. Iris rubinya mengarah tepat pada pemuda berambut coklat kemerahan yang berusaha mengalihkan pandangannya agar tidak beradu dengan sang vampir.Hari sudah memasuki tengah malam ketika mereka kembali ke penginapan. Keduanya berteleportasi langsung ke dalam kamar, berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikit pun. Kalau mereka muncul di lobi, mereka hanya akan menimbulkan keributan, apalagi ditambah jalanan kota di waktu seperti ini yang masih terlihat ramai. Sihir memang hal yang biasa di dunia ini, tapi lain ceritanya kalau mereka tiba-tiba muncul di jalanan dengan seekor naga dalam pelukan.Naga itu hewan sihir suci, membawanya begitu saja bukan hal yang tepat terutama karena Aldrand pernah berurusan dengan salah satunya. Bayangkan saja seberapa hebohnya orang-orang di luar sana.“Kau tidak ingin membiarkanku istirahat? Setidaknya, biarkan aku berbaring satu jam saja,” Ailfrid baru saja meletak