Galen dan Evan terkejut saat pintu ruang kerja kaisar dibuka secara paksa, kening Galen mengerenyit melihat Noah yang nampak panik dengan nafas terengah. Tidak biasanya asistennya itu panik begini, pasti ada hal besar.
"Noah? Ada apa?" tanya Galen."Tu-tuan putri..."Mata Galen dan Evan membelalak seketika, mereka langsung berlari keluar menuju istana Lily.'Tuan puteri mengamuk di istana Lily, mana naga itu keluar entah kenapa"Ucapan Noah terngiang-ngiang di kepala Galen, 'Isandra...' batinnya.Beberapa saat sebelumnya,"Ini ruangannya yang mulia" ucap Marrie saat mereka sudah sampai di ruang count Berrel.Isandra pun langsung membuka pintu itu tanpa memerintahkan kedua penjaga yang berdiri di sisi pintu, ia ragu kalau mereka itu akan menurutinya.KrieeettttPintu itu terbuka, menampilkan seorang pria paruh baya yang memiliki perut hamil sembilan bulan, tengah duduk menengak alkohol di sofa ruang kerjanya.Isandra melangkah masuk dengan Marrie di belakangnya, Marrie spontan menutup hidungnya yang tak tahan saat mencium bau alkohol yang begitu kuat.Sedang Isandra menatap pria itu kesal, apa-apaan orang ini? Bukannya bekerja malah bermalas-malasan seperti ini. Dan jangan bilang semua uang yang seharusnya diberikan untuk Isandra, malah ia habiskan untuk minuman-minuman ini."Ekhem"Isandra berdehem, namun sepertinya pria itu tuli. Saat Isandra membuka pintu pun ia tidak menoleh sedikitpun."Count Berrel" kini Isandra memanggil namanya. Dan ternyata count itu tidak tuli sama sekali, buktinya dia menoleh saat dipanggil namanya."Eh? Kau...putri itu ya? Apa maumu?" ucapnya tidak lugas, sepertinya ia sudah mabuk.Isandra mengepalkan tangannya, apa begini cara mereka memerlakukan anggota keluarga kaisar?Baiklah ia sedang malas marah-marah. "Apa uang yang diberikan kaisar untuk keperluan istana ini kau habiskan dengan membeli minuman?" tanya Isandra. Matanya melirik ke arah botol-botol kaca yang sudah berserakan."Apa urusanmu? Aku tidak memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan seperti itu hic" ucapnya. Ah benar, ia sudah mabuk."Count, apa begini caramu memerlakukan keluarga kaisar?" tanya Isandra yang tengah mati-matian menahan amarahnya.Count Berrel mendongak menatap Isandra, ia tersenyum remeh, "Heh kau pikir kaisar menganggapmu sebagai anaknya? Dengar ya hic uang kekaisaran ini tidak pantas dihabiskan oleh pembunuh sepertimu" ucap count Berrel menunjuk Isandra tepat di wajahnya."Lagipula kenapa kau hic meminta uang sekarang? Bukankah selama ini kau tidak pernah meminta makan, gaun, dan perawatan apapun? Tentu saja uang itu aku hic pakai un-"Praanggg"Yang mulia!"Marrie berseru panik saat mana api pekat tiba-tiba keluar dari tubuh Isandra. Tidak, itu bukanlah Isandra, melainkan naga yang ada di dalam tubuhnya, Flammedra."Jadi kau yang selama ini menyiksa Isandra?"Suara yang keluar dari mulut Isandra terdengar berbeda. Count Berrel meringkuk ketakutan saat melihat Isandra yang tengah dikuasai oleh Flammedra. Mata biru itu menyala terang menatapnya tajam, rambut panjangnya melayang karena mana api yang mengelilingi tubuhnya."Mo-monster!" seru count Berrel ketakutan."Benar, dan orang bodoh sepertimu berani mencari masalah dengan monster ini" ucap Flammedra. Ia melangkah pelan mendekati count Berrel yang tengah mengesot ke belakang karena tidak sanggup berjalan.Nampak dua penjaga yang tadi berada di depan ruang count Berrel kini sudah masuk ke dalam karena mendengar suara menyeramkan."Yang mulia, saya mohon tahan diri and-AH!" seru Marrie mencoba menarik tangan Isandra, namun ia malah terluka karena terkena mana api itu."Cepat! Panggil yang mulia kaisar! Putri mengamuk!" ucap Marrie pada penjaga itu. Mereka pun menurut dan segera berlari keluar dari sana.Kembali ke masa sekarang,Galen, Evan, Noah dan beberapa prajurit berlari di koridor megah itu. Mereka berjalan menuju ruang yang disebutkan oleh penjaga yang tadi mengadukan hal ini pada Noah, ruang count Berrel."Yang mulia, lihat!" seru Noah saat mereka sudah hampir sampai di ruang count Berrel. Pintu ruang Count Berrel sudah hancur, seorang maid nampak sudah tidak sadarkan diri di muara pintu, dan count Berrel nampak tengah dicekik oleh seorang gadis yang mengeluarkan mana api pekat dari tubuhnya."Isandra!" seru Galen sesaat setelah ia tiba di ruangan itu. Namun Isandra tidak menggubris panggilannya sama sekali, ia masih fokus mencekik count Berrel perlahan untuk memberinya kematian paling menyakit-DughMana api itu memudar saat ada yang menepuk punggungnya, mata biru Isandra tidak lagi bercahaya terang, tangannya melemas hingga cengkramannya di leher count Berrel terlepas. Sekian detik kemudian, pandangannya memudar.GrepDengan sigap Galen menangkap tubuh puterinya yang tumbang itu, ia menggunakan sihir penahan mana untuk menghambat aliran mana naga dari tubuh Isandra. Untung saja mana yang keluar hanya sedikit, jadi Galen masih mampu menahannya.Galen menatap putrinya sendu, kenapa putrinya sampai mengamuk? Dan lagi, kenapa gaun ini jelek sekali? Apa uang yang selama ini Galen berikan tidak cukup untuk membeli gaun yang lebih layak? Lalu, kenapa putrinya nampak kurus tidak terawat begini?Banyak sekali pertanyaan yang ingin Galen ajukan, tapi ia harus merawat puterinya terlebih dahulu.Pandangannya beralih ke arah count Berrel yang tidak sadarkan diri, "Noah, bawa count Berrel ke salah satu kamar dan kirim dokter untuknya" perintah Galen."Baik, yang mulia" ucap Noah menerima perintah.Galen pun melangkah hendak keluar dari tempat itu dengan Isandra di gendongannya, namun langkahnya terhenti saat Evan memanggilnya."Ayah, lihat itu" ucap Evan seraya menunjuk ke arah botol wine yang berserakan di lantai.Galen melihat ke arah Evan menunjuk, tatapannya menajam. Sepertinya ia tahu apa yang sedang terjadi di sini."Noah" panggilnya."Iya, yang mulia?" sahut Noah."Bawa count Berrel ke penjara bawah tanah, jangan beri dia makan atau setetespun air sampai putriku bangun" ucap Galen."Baik, yang mulia" ucap Noah, ia pun memerintahkan beberapa penjaga untuk menggotong tubuh count Berrel ke penjara bawah tanah."Ah dan rawat maid itu" ucap Galen saat melihat Marrie yang sudah terkapar tidak berdaya. Penjaga yang mengadukan hal ini pada Noah mengatakan bahwa seorang maid mencoba menghentikan Isandra dan malah berujung terluka.Mereka pun pergi meninggalkan ruangan yang sudah kacau balau itu. Galen menatap Isandra yang tidak sadarkan diri di gendongannya dengan tatapan sendu.'Aku sudah menjadi suami yang buruk, dan sekarang apa aku juga ayah yang buruk... Lucy?'~~//~~TesMata sebiru langit itu terbuka. Hal pertama yang masuk ke penglihatannya adalah kegelapan, Isandra bangkit dari baringnya. Ia mencoba mengenali tempat ini, namun ia tak mampu melihat apapun. Namun ia dapat merasakan bebatuan di bawahnya, 'Apa ini...gua?'TesHanya suara air menetes yang masuk ke pendengaran Isandra. Ia pun mencoba berdiri walau seluruh tubuhnha terasa begitu nyeri."Tempat apa ini?" tanya Isandra entah pada siapa. Gelap, ia tidak bisa melihat apapun."Kau sudah bangun?"TBCChirp chirpSepasang iris zamrud itu menatap sepasang burung yang berterbangan melewati jendela kamarnya. Kenapa ada burung pipit di tempat dengan cuaca seperti ini? "Nona? Anda sudah bangun?"Dalia terkesiap dan berbalik saat suara familiar itu memasukki gendang telinganya, "Ah Bianca, iya aku sudah bangun sekitar dua jam yang lalu" ucap Dalia tersenyum ramah.Bianca pun membelalak, bukan karena fakta bahwa Dalia bangun begitu awal namun karena kondisi kamar yang sudah rapih dan bersih. "Nona anda membereskan ini semua sendiri?" tanya Bianca. Kemarin ia membersihkan kamar ini asal-asalan, asal bersih di kasur dan tempat yang sekiranya akan didudukki saja. Barang-barang lainnya sama sekali tidak Bianca sentuh."Ah itu, aku bosan jadi aku bersihkan saja. Hitung-hitung meringankan sedikit pekerjaanmu" ucap Dalia.Bianca menutup mulutnya tidak percaya, "N-nona, kenapa anda melakukannya?" tanya Bianca seolah ingin menangis.Dalia menatap gadis itu bingung, "Y-ya? Eum, karena aku mau" jaw
Butuh waktu sekitar tiga hari bagi Dalia untuk sampai ke kediaman Aquillio di Utara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa daerah tersebut terkenal akan musim dingin yang ekstrim, Dalia sudah siap dengan mantel bulu paling tebal yang ia miliki. Namun Dalia tidak merasakan dingin sama sekali, apa karena kereta kuda ini? Sreeekk Kereta kuda itu berhenti di depan sebuah mansion bernuansa suram berselimut salju, seorang pria yang mungkin hampir berusia 70an berdiri di depan pintu besarnya. Dalia menduga pria itu adalah butler kediaman ini. Ceklek Pintu kereta kuda itu terbuka, udara dingin seketika berhembus menusuk tubuhnya. Ternyata benar, kereta ini memiliki semacam teknologi penghangat, atau mungkin sihir? Ia baru ingat kalau keluarga kaisar memiliki sihir elemen api. "Salam lady, selamat datang di kediaman Aquillio. Mari, perjalanan anda pasti melelahkan" ucap Hugo menyambut Dalia. "Salam, terima kasih atas jemputan
Wilayah Utara Eleino, dimana hanya salju yang menghiasi tanahnya setiap hari. Dan wilayah inilah yang menjadi wilayah bagian Dukedom Aquillio, juga tempat bagi Percy menghabiskan waktunya. Dari dulu wilayah ini memang sudah menjadi jatah milik Aquillio, hanya saja jarang sekali para Grand Duke terdahulu untuk berkunjung ke Utara. Kecuali jika situasi sedang genting. Percy, yang menyukai ketenangan dan jauh dari kata 'bangsawan' pun merasa sangat cocok menghabiskan waktunya disini. Tahun demi tahun berlalu, surai seputih salju itu kini memanjang hingga ke pinggangnya. Hanya itu yang berubah dari Percy. Ia masih menikmati hidupnya dalam kesendirian, tidak memedulikan sang kakak yang tak kunjung berhenti mengirimkan tawaran pernikahan kepadanya. Entah apakah tidak memiliki pekerjaan lain sebagai kaisar, atau merasa tugas negara masih belum cukup merepotkan hingga ia masih sempat mengurusi hidup Percy? Namun Percy juga tidak me
HapSemua peserta yang ikut acara menangkap buket pun langsung melihat siapa yang menangkap buket hasil lemparan dari Pipi sebelumnya.Marrie.Isandra tersenyum jahil, syukurlah buket itu mendarat di Marrie. Itu artinya rencana mereka berhasil."Wahhh selamat ya Marrie, kau mendapatkan buketku. Itu artinya, setelah aku adalah kau~" ucap Isandra berjalan mendekati Marrie dengan Azel yang mengikutinya.Marrie pun tersenyum canggung, "Ah saya tidak tau Yang Mulia, saya sendiri tidak memiliki-"Isandra memegang kedua pundak Marrie dan memutar tubuhnya 180 derajat."-Calon suami..." suara Marrie memudar seraya sang empu menatap tidak percaya siapa yang tengah berlutut di hadapannya. "Marrie, aku, Estevan Arthur Warrick de Eleino, menyatakan cintaku padamu. Maukah kau menjalin kasih bersamaku di dalam sumpah pernikahan?" Marrie panik, bagaimana ia bisa menerima lamaran seorang putra mahkota, sedang dirinya
Keduanya pun melangkah pergi, menyisakan Isandra dan Arsen dalam keheningan. "Silahkan duduk, Duke" ucap Isandra."Ah, iya terima kasih" ucap Arsen mengambil posisi duduk di depan Isandra. Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya canggung yang tercium di setiap sudut. "Jadi, anda akan menikah Yang Mulia?" tanya Arsen langsung pada intinya.Isandra tersenyum kecil seraya mengangguk, "Benar, Duke" jawabnya singkat."Saya ingin meminta maaf karena waktu itu tidak membela anda di pesta debutante" ucapnya.Isandra kembali mengangguk, "Tidak apa, Duke. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, yang terpenting sekarang semuanya sudah baik-baik saja" Arsen mendongak menatap Isandra, ia tersenyum manis namun nampak seperti ingin menangis. "Namun ada satu hal disini yang tidak baik-baik saja Yang Mulia" ucap Arsen sendu seraya menunjuk ke dada kirinya.Isandra tertegun, ia tahu betul apa yang Arsen maksud.
Masih di pagi yang sama, setelah Azel menerima perintah untuk membantu pembangunan Eleino dari Galen, ia langsung menjalankan tugasnya dan turun ke lapangan bersama para pangeran.Berbeda dengan Galen yang kini tengah berjalan menelusuri koridor istana, koridor yang penuh dengan kenangan antara dirinya dan sang isteri. Bahkan sejak mereka masih kecil.Dulu, Galen kecil yang sering disiksa oleh ibu tirinya kerap kali menyelinap kabur menuju hutan yang membatasi antara mansion Aquillio dan istana. Di hutan itulah pertama kali ia bertemu dengan Lucy, hutan Antex.Di saat itu, Lucy yang tidak mengetahui identitas Galen pun mengajaknya menemui sang ibu yang sedang piknik kecil bersama adiknya di dekat sana.Permaisuri terdahulu, yang tentu saja mengenali surai putih dan iris emas milik Galen pun langsung mengerti setelah melihat kondisi Galen yang tidak baik-baik saja.Pakaian kotor dan lusuh, lebam dan luka di tubuhnya, bahkan badannya begitu