Tiba hari di mana Elmira akan melangsungkan pernikahan dengan Juragan Reksa, pria yang dicintainya. Elmira mematut dirinya di depan cermin. Ia begitu puas dengan riasan dari seorang juru rias yang didatangkan langsung dari kota. Begitu juga gaun pengantin Elmira, berwarna putih gading. Begitu indah pas di tubuhnya. Kamar Elmira sudah dihias seindah mungkin dengan bunga-bunga. Reksa dan Elmira melangsungkan pernikahan di halaman depan rumah. Karena halaman rumah Gustaf cukup luas.
"Aku turut bahagia untukmu, Elmira. Aku tak menyangka Juragan dari kota itu sebentar lagi akan menjadi suamimu," ucap Rani sambil tersenyum.
"Terima kasih, Rani. Aku berdoa semoga kamu cepat menyusulku menuju pelaminan," sahut Elmira.
"Tapi sebentar lagi kita tak akan bermain air lagi di sungai seperti dulu. Kau akan hidup di kota." Dian tersenyum namun juga menitikan air mata kebahagiaan juga kesedihan karena sebentar lagi Elmira akan ikut suaminya ke kota.
"Bukankah ini impianm
Pagi yang cerah, ah bukan. Ini sudah siang. Matahari sudah begitu tinggi saat Elmira membuka matanya. Elmira membenarkan selimut yang menutupi tubuhnya. Menengok di sebelahnya ada pria tampan yang kini telah sah menjadi suaminya. Mendadak wajah Elmira menjadi panas teringat pergulatannya tadi malam dengan juragan Reksa.Elmira bingung bagaimana ia pergi ke kamar mandi. Gaun yang kemarin ia pakai terlempar begitu jauh dari ranjang. Sedangkan kini tubuhnya hanya tertutup oleh selimut tebal yang membungkus jadi satu dirinya dengan Reksa. Mungkin ia harus lari menuju kamar mandi sebelum Reksa terbangun dan melihatnya berjalan tanpa busana. Pelan Elmira bergerak agar ranjangnya tak ikut bergoyang lalu membangunkan Reksa."Mau ke mana?" Elmira terkejut mendengar suara serak khas bangun tidur Reksa.Elmira mematung di tempat."Apa kau tidak men
Elmira membuka matanya saat sinar mentari mengusik tidur nyenyaknya. Ternyata tidur dalam dekapan seorang suami begitu nyaman dibandingkan tidur sendiri. Apa lagi kamar yang sekarang ini ia tempati begitu nyaman membuat ia betah di dalam kamar.Elmira menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Elmira tertarik saat melihat ada bak untuk berendam."Bukankah ini bak untuk berendam. Apa ya namanya? Aku belum pernah mandi di bak seperti ini." Gumam Elmira mulai menyiapkan airnya dari keran.Setelah melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya Elmira langsung masuk dalam bak yang sudah di isi air."Cairan apa ini? Baunya wangi, seperti sabun." Ucap Elmira saat menemukan beberapa botol cairan lalu mencoba menuangkannya sedikit.Elmira tersenyum, "jadi begini rasanya. Aku seperti putri raja berendam di bak seperti ini." Gumam Elmira menikmati segarnya air yang mengenai tubuhnya hingga sebatas leher."Kenapa tidak mengajak aku berendam bersamamu
"Ayah!!" Seorang gadis kecil berlari menubruk kaki seorang pria dewasa."Sabrina, jangan lari!" Seru seorang wanita dewasa di belakangnya.Pria yang dipanggil ayah oleh Sabrina tersenyum lalu mengangkat tinggi Sabrina sampai atas kepala membuat gadis kecil itu tertawa senang."Selamat sore, Tuan." Sapa wanita dewasa yang sedari tadi mengajak Sabrina bermain."Delia, kenapa kau yang mengasuh Sabrina?" tanya Reksa."Andini sepertinya kurang enak badan jadi saya memutuskan untuk mengajak Sabrina bermain, Tuan," sahut Delia."Elmira, ini Sabrina putri kecilku yang sangat cantik," ucap Reksa memperkenalkan putrinya pada sang istri.Elmira tersenyum hangat, "hai, Sabrina ...."Sabrina tampak berpikir sebelum melempar senyumannya pada Elmira."Sabrina, ini ibunya Sabrina juga. Ibu Elmira," uc
Reksa duduk bersandar di atas ranjangnya yang besar sambil memeluk tubuh Elmira yang sama telanjangnya dengan dirinya. Mereka baru saja menyelesaikan satu sesi percintaan mereka, bahkan nafas mereka pun masih tersengal."Aku menyukai Sabrina. Dia gadis kecil yang ceria," ucap Elmira."Aku jadi ingin anak perempuan yang cantik dan lucu, terlihat menggemaskan bukan," sambung Elmira.Reksa mengusap perut telanjang Elmira. "Di sini sebentar lagi, aku yakin akan tumbuh seorang putra untukku." Kata Reksa sambil mengecup bahu telanjang Elmira."Bukankah lebih menyenangkan jika anak kita seorang perempuan?" sahut Elmira dengan nada ceria."Aku membutuhkan seorang putra untuk kelak menjadi pewarisku." Sahut Reksa dengan nada tak terbantahkan membuat Elmira sedikit takut."Tentu aku akan melahirkan seorang putra untukmu," sahut Elmira."Aku sudah mendaftarkanmu ke perguruan tinggi terbaik di kota ini." Ucap Reksa membuat Elmira menoleh padanya.
Langkah Elmira terhenti ketika ia berpapasan dengan Andini. Elmira tersenyum menyapa Andini, "belum tidur?" "Apa kuliahmu sampai larut malam seperti ini?" ucap Andini sinis. Elmira menggeleng. "Tadi Reksa mengajakku menemui para koleganya yang datang dari luar negri," sahut Elmira. Mata Andini memicing. "Bertemu kolega?! Dan apa, kau memanggil Tuan Reksa hanya dengan sebutan nama?! Kau tak sopan sekali!" "Iya ... Reksa sendiri yang menyuruhku seperti itu," sahut Elmira membuat Andini tersenyum sinis ke arahnya. "Bagaimana bisa Tuan Reksa mengajakmu bertemu kolega dari luar negri. Apa kau sudah lancar berbahasa asing?!" tanya Andini sedikit meremehkan. Elmira menggeleng, "saat ini aku belum bisa, tapi aku akan giat belajar agar cepat bisa," ucapnya optimis. "Bahkan seharusnya kau pun tak pantas dijadikan sebagai selir. Bagaimana bisa Tuan Reksa memungutmu dari sebuah desa terpencil dan menjadikanmu seorang istri. Ini sungg
"Andini!!"Andini terkejut mendengar seruan atas namanya. Melihat siapa yang memergokinya berbuat kasar pada Elmira membuat tubuhnya gemetar karena rasa takut.Elmira berdiri dengan dibantu Inti dan Margi, sedangkan Andini tetap pada posisinya."Apa yang kau lakukan, Andini!" seru Yasinta dengan geraman tertahannya."Sa--saya tidak bermaksud. Saya ...," ucap Andini terbata karena panik."Setelah sarapan temui Ibu di kamar." Ucap Yasinta lalu pergi meninggalkan kedua menantunya."Ini gara-gara mulut lancangmu. Dasar perempuan rendah!" Desis Andini lalu pergi ke ruang makan diikuti Margi di belakangnya."Anda baik-baik saja, Nyonya?" tanya Inti khawatir."Aku baik-baik saja. Tidak apa, ayo kita segera ke ruang makan," ucap Elmira.Selesai makan pagi, Elmira diantar oleh Reksa menuju kampus. Di dalam mobil hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Elmira enggan berbicara dengan Rek
Reksa memerintahkan pada para pelayannya untuk menyiapkan banyak makanan dan bingkisan yang akan di bagikan kepada fakir miskin di luaran sana atas kabar gembira yang baru saja ia dengar langsung dari mulut dokter pribadi yang telah memeriksa keadaan istrinya.Elmira terkejut lalu bersiap akan duduk, namun Ibu Yasinta melarangnya. "Berbaringlah, wajahmu masih terlihat pucat.""Iya, Ibu.""Aku turut bahagia atas kehamilanmu. Jaga kandunganmu baik-baik," ucap Yasinta yang diangguki oleh Elmira."Selamat atas kehamilanmu, Elmira. Aku
Elmira duduk di bangku taman ditemani Inti-pelayan pribadinya untuk menikmati senja setelah seharian penuh melakukan banyak aktifitas yang menguras cukup banyak energi.Meski hamil muda tak lantas membuat dirinya hanya berdiam diri di kamar. Ia tetap berangkat kuliah dari pagi hingga siang. Sampai rumah ia juga harus les privat. Ia punya tekad yang kuat agar bisa pandai hingga ia pun tak merasa malu saat bersanding dengan Juragan Reksa Dhanuar."Boleh aku duduk?" Elmira mendongak ketika tiba-tiba Delia berdiri di hadapannya."Tentu.""Di mana Sabrina? Bukankah biasanya dia bersamamu?" tanya Elmira saat Delia sudah duduk di bangku depannya."Iya, dia sedang bermain bersama pengasuhnya," sahut Delia."Bagaiman