Yasinta mencoba menenangkan Emran dan Abraham agar tak lagi rewel. Kedua bocah laki-laki itu terus saja mencari keberadaan Elmira saat mereka tahu ibunya tak ikut pulang bersama mereka.
“Ibu mengapa belum pulang, Nenek?” rengek Abraham.
“Sabarlah sebentar, Sayang. Ibu dan Ayahmu akan segera pulang. Kau tenanglah karena adikmu terus saja menangis. Jangan membuat Nenek semakin bingung,” ucap Yasinta.
Mengerti jika saat ini neneknya sedang pusing, Abraham menghampiri Margi. “Bibik, hubungi Ibuku, katakan padanya aku menangis mencarinya,” ucap Abraham.
“Tapi Anda tak menangis sama sekali kan, Tuan kecil, jadi saya tak bisa memberitahu kebohongan seperti itu kepada Ibu Anda,” ucap Margi.
“Hhhh ... kau ini!” seru Abraham.
“Ibu!” seru Edrea. &
Seorang pria paruh baya diikuti gadis cantik berjalan sambil membawa seungguk kayu bakar menuju sebuah rumah kayu sederhana yang dikelilingi halaman luas di sekelilingnya.Hari sudah menjalang sore, matahari sudah tak lagi tampak membuat ayah dan anak gadisnya berkemas untuk segera pulang dari aktifitasnya mencari kayu bakar. Gustaf dan Mirai adalah pasangan suami istri yang hidup rukun dan bahagia di sebuah desa terpencil di bagian tengah pulau Jawa. Mereka seorang petani dan peternak yang tak kaya tapi juga tak kekurangan karena hasil panen yang lumayan dan dari hasil ternaknya.Mereka memiliki seorang putri yang sangat tersohor akan kecantikannya bernama Elmira Amaria dan juga dua putra yang juga tampan.Banyak pria kaya yang berebut ingin meminang Elmira. Dari pria lajang hingga pria beristri.Bukan saja kecantikannya yang tersohor tetapi juga ia terkenal dengan gayanya yang anggun serta tutur kata yang halus dan sopan.Gustaf sudah sering kali menolak pin
Sebuah mobil mewah berhenti di depan rumah besar dengan halaman yang luas.Di depan pintu rumah sudah menunggu beberapa orang anggota keluarga guna menyambut tamu agung yang kini sudah turun dari mobil mewahnya."Selamat siang, Juragan Reksa Dhanuar," ucap salah seorang pria."Selamat siang, Juragan Ardi." Sahut Reksa sambil menjabat tangan Ardi."Mari silakan masuk." Ardi mempersilakan Reksa memasuki kediamannya.Reksa duduk di sofa panjang di ruang tamu, di belakangnya ada Haris yang berdiri tegap menunggu apapun titah dari juragannya."Terima kasih sudah menjamu saya di rumah Anda, Juragan.""Hahaa ... saya merasa sangat tersanjung jika Juragan Reksa berkenan manginap di sini," sahut Ardi."Terima kasih, tapi saya tidak mau merepotkan. Saya minta tolong untuk carikan saya sebuah rumah untuk saya tinggali selama saya berada di desa ini," sahut Reksa."Saya tidak merasa repot jika Anda ingin tinggal di sini selama yan
"Silakan diminum tehnya, Tuan ...." Elmira menyuguhkan secangkir teh untuk Reksa."Terima kasih, sebenarnya kau tak perlu repot seperti ini, Nona," sahut Reksa."Hanya secangkir teh tak lantas membuat saya repot, Tuan. Saya justru berterima kasih karena Anda sudah memperbaiki sepeda saya dan mengantarkan saya pulang." Sahut Elmira ikut duduk di bangku depan Reksa.Reksa melihat sekeliling rumah Elmira. Terlihat bersih dan juga rapi, nyaman sebagai tempat tinggal."Kau tinggal sendiri?" tanya Reksa."Tidak Tuan, saya tinggal bersama orangtua saya dan kedua adik laki-laki saya," sahut Elmira."Mengapa sepi sekali?" tanya Reksa heran."Ayah dan Ibu sedang ada di ladang, sedangkan kedua adik saya sedang bersekolah," sahut Elmira."Dari tadi kita mengobrol tapi belum berkenalan," ucap Reksa."Saya Raka Reksa Dhanuar." Reksa mengulurkan tangannya pada Elmira.Dengan canggung Elmira menyambut uluran tangan Reksa, "saya E
Gendhis begitu antusias mengajak Reksa berkeliling desa. Semua gadis yang melihatnya tampak begitu iri karena Nona Gendhis bisa dengan mudah berdekatan dengan Juragan tampan yang dari kota itu. Sampai di sebuah sungai yang jernih airnya, Reksa mengamati satu persatu orang yang ada di sekitar sungai itu. Sampai akhirnya Reksa tersenyum ketika menemukan sosok gadis yang ia cari-cari. Gadis itu di sana, sedang bermain air dengan kedua gadis lain seumuran dengannya."Sungai di sini sangat jernih," Reksa mulai membuka suara."Iya Tuan, itu sebabnya saya mengajak Anda mampir di sini agar bisa melihat indahnya tempat ini." Sahut Gendhis dengan senyumnya yang merekah indah."Sebetulnya saya juga ingin bermain air di sungai seperti mereka. Tapi mereka dan saya berbeda. Mereka gadis desa biasa, sedangkan saya gadis dari keluarga terhormat anak seorang Juragan terhormat di desa ini." Ucap Gendhis mengamati aktifitas orang-orang desa di sungai. Ada yang mencuci, ada yang ma
Elmira mematut dirinya di depan cermin sambil melenggok ke kanan dan ke kiri."Sudah cantik," gumam Elmira mengagumi dirinya sendiri."Tapi apa aku tak berlebihan dandan seperti ini?" tanyanya pada dirinya sendiri."Ah masa bodoh. Lebih baik aku cepat ke sana." Ucap Elmira bergegas keluar kamar. Ia mencari keberadaan ayah dan ibunya untuk pamit keluar."Ayah dan Ibu ke mana, Dek?" tanya Elmira pada adiknya."Ayah dan Ibu pergi ke rumah Paman Sam," sahut Adik Elmira."Ya sudah. Kamu di rumah dulu ya, Kakak mau keluar sebentar.""Mau ke mana?" "Ada undangan makan malam dan Kakak harus hadir." Sahut Elmira lalu keluar rumah.Elmira menuju rumah Reksa menggunakan sepedanya yang telah diperbaiki. Tak butuh waktu lama k
Elmira pulang ke rumah sudah sangat petang. Ia berjalan mengendap-endap agar ayah dan ibunya tak tahu ia pulang selarut ini. Bisa kena marah ia nanti.Sampai di kamar, Elmira segera membersihkan dirinya dan mengganti pakaian. Ia berbaring di ranjang, menatap langit-langit kamar membayangkan bagaimana jika ia bersanding dengan Juragan Reksa.Elmira meraba bibirnya yang sedikit bengkak. Ternyata begini rasanya berciuman. Elmira tertawa sendiri mengingat kejadian tadi. Bagaimana bisa ia duduk di pangkuan Juragan Reksa. Bagaimana juga ia tanpa berpikir panjang langsung mau begitu saja saat Juragan Reksa menjamah tubuhnya, bahkan mengambil ciuman pertamanya. Bukankah ia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ciuman pertamanya tentu ia persembahkan hanya untuk suaminya kelak. Elmira menghembuskan nafasnya perlahan. Mungkin Juragan Reksa lah jodoh yang ia nanti. Apabila Juragan Reksa ingin meminangnya tentu Elmira tak akan berfikir dua kali untuk menerimanya. Malam ini Elm
Siang yang biasanya begitu terik, kini terasa dingin karena langit masih mendung setelah semalam hujan mengguyur desa. Untungnya pagi tadi hujan sudah berhenti membuat para petani bisa lega karena bisa berkerja ke ladang mereka.Sudah satu minggu Elmira menjalin kasih dengan Juragan Reksa. Tanpa diketahui orangtua juga kedua temannya, Elmira selalu menghabiskan waktu siang hingga sorenya di rumah Juragan Reksa. Memadu kasih selayaknya insan yang tengah dimabuk asmara.Elmira duduk seluntur di sofa panjang yang ada di kamar Reksa, tubuhnya bersender dalam dekapan hangat Reksa.Tok tok tok.Bunyi ketukan pintu terdengar, setelah suara Reksa yang mengintruksi menyilakan masuk, kini terlihat Haris datang menunduk tak berani melihat
Elmira berlari ke luar rumah melewati pintu belakang. Tampak Haris terkejut melihat kekasih dari Juragannya keluar lewat pintu belakang dengan berderai air mata.Haris ingin mengantarkan pulang, tapi Elmira sudah berlari menjauh. Haris menduga bahwa terjadi hal yang tidak menyenangkan di dalam sana. Tapi Haris tak berani masuk sebelum Reksa memanggilnya masuk.Sesaat kemudian Juragan Reksa menggiring Gendhis keluar dari rumah menuju mobil Gendhis yang sudah terparkir di halaman. Haris memberanikan diri mendekat ke arah Reksa."Maaf Tuan, tadi saya melihat Nona Elmira berlari sambil menangis keluar dari pintu belakang," ucap Haris membuat Reksa tampak terkejut."Ya Tuhan ... aku melupakan Elmira. Dia pasti mendengar semuanya dan juga melihat Gendhis mencumbuku," kata Reksa penuh penyesalan.Seharusnya tadi Reksa segera mengusir Gendhis agar cepat keluar dari rumahnya. Mungkin hal ini tak akan terjadi. Reksa ingin agar Elmira tahu dari mulutnya