Share

2. Pertemuan

Sebuah mobil mewah berhenti di depan rumah besar dengan halaman yang luas.

Di depan pintu rumah sudah menunggu beberapa orang anggota keluarga guna menyambut tamu agung yang kini sudah turun dari mobil mewahnya.

"Selamat siang, Juragan Reksa Dhanuar," ucap salah seorang pria.

"Selamat siang, Juragan Ardi." Sahut Reksa sambil menjabat tangan Ardi.

"Mari silakan masuk." Ardi mempersilakan Reksa memasuki kediamannya.

Reksa duduk di sofa panjang di ruang tamu, di belakangnya ada Haris yang berdiri tegap menunggu apapun titah dari juragannya. 

"Terima kasih sudah menjamu saya di rumah Anda, Juragan."

"Hahaa ... saya merasa sangat tersanjung jika Juragan Reksa berkenan manginap di sini," sahut Ardi.

"Terima kasih, tapi saya tidak mau merepotkan. Saya minta tolong untuk carikan saya sebuah rumah untuk saya tinggali selama saya berada di desa ini," sahut Reksa.

"Saya tidak merasa repot jika Anda ingin tinggal di sini selama yang Anda inginkan," sahut Ardi.

"Tidak. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Anda saya memilih menempati rumah sendiri biarpun sederhana," sahut Reksa.

Tak lama datang dua orang perempuan anggun, satu berusia paruh baya, satu lagi perempuan muda dan cantik.

"Juragan, perkenalkan ini Wina istri saya dan ini Gendis putri semata wayang saya." Kedua perempuan itu tampak tersenyum lalu bergantian menjabat tangan Reksa.

"Saya kira Juragan Reksa merasa letih karena perjalanan yang terasa melelahkan. Saya sudah siapkan kamar untuk Anda dan juga untuk supir dan asisten pribadi Anda," kata Ardi.

Reksa mengangguk.

"Biar Gendhis yang mengantarkan Anda ke kamar," ucap Ardi.

Gendhis berdiri sedikit membungkuk, "mari Juragan, saya antarkan." Kata Gendhis sopan dengan senyumannya yang menawan.

Reksa berdiri, berjalan beriringan dengan Gendhis yang tersenyum tersipu malu.

***

Kabar kedatangan seorang juragan muda tampan dari kota besar sudah tersebar di seantero desa. Banyak gadis mengharap bisa berkenalan dengan juragan dari kota.

"Aku dengar dari pelayan yang bekerja di rumah Juragan Ardi. Dia mengatakan bahwa Juragan muda dari kota itu begitu tampan," ucap seorang gadis saat berbelanja di pasar.

"Apa benar?" sahut salah seorang lagi.

"Iya aku juga tahu, aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri. Juragan muda itu begitu tampan," seru lainnya lagi.

"Sudah kalian jangan mimpi, Juragan itu tidak mungkin melirik ke arah kalian-kalian ini. Di sana ada Nona Gendhis yang selevel dengan Juragan dari kota itu. Memangnya kalian ini sanggup bersaing dengan Nona Gendhis?!" kata salah seorang lagi membuat yang lain menggeleng kuat.

"Sudah bubar, bubar. Masih banyak yang harus kita kerjakan. Jangan pada berkumpul di sini." Para gadis pun membubarkan diri dari kerumunannya dengan wajah ditekuk.

***

"Elmira, tunggu aku!" Seru Dian berlari menuju ke arah Elmira.

"Ada apa hingga kau lari-lari seperti itu?" tanya Elmira.

Dian mengatur nafasnya yang naik turun.

"Kenapa kau harus berlari seperti itu?" Ucap Elmira mengurungkan niatnya untuk menaiki sepedanya.

"Kau dari mana?" tanya Dian.

"Aku baru saja mengantar makan siang untuk Ayahku." Sahut Elmira sambil menuntun sepedanya agar bisa berjalan bersama Dian.

"Tadi pagi aku mendengar di pasar, mereka bilang ada seorang Juragan muda dari kota berkunjung di desa kita ini," ucap Dian.

"Lalu?" tanya Elmira tak ada niat sama sekali.

"Orang di pasar bilang Juragan kota itu sangat tampan. Dia tinggal di kediaman Juragan Ardi."

"Kau sudah lihat sendiri?" tanya Elmira.

"Belum."

"Ya sudah lupakan, lebih baik kau ikut aku ke rumah. Akan kubuatkan es buah yang enak untukmu," kata Elmira.

"Tidak lah, aku ingin pulang saja. Cucianku menumpuk di rumah," sahut Dian.

"Ya sudah. Mau aku antar pulang?" tawar Elmira.

"Tidak perlu, rumah kita berlawan arah. Aku jalan kaki saja sekalian mencari informasi tentang Juragan yang dari kota itu," sahut Dian.

Elmira tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "aku duluan ya, Dian." Pamit Elmira segera mengayuh sepedanya.

Elmira mengayuh sepedanya pulang ke rumah. Sesekali ia harus merundukan sedikit kepalanya saat berpapasan dengan tetangga.

Sampai di pertigaan, saat akan membelok Elmira dikejutkan oleh bunyi klakson mobil dan kaca sepion dari mobil itu pun sedikit menyenggol tangan Elmira. Hingga membuat Elmira terkejut lalu tak bisa mengendalikan keseimbangan tubuhnya.

"Aarrghh ...." Teriak Elmira saat ia terjatuh dari sepeda.

Dua orang pria keluar dari mobil lalu berlari membantu Elmira berdiri.

"Maafkan saya, Nona. Saya tak sengaja. Saya tadi menghindari kucing yang berlari di tengah jalan," ucap sang supir.

"Iya, tak apa-apa, Tuan." Elmira berdiri melihat sepedanya yang sedikit rusak. Ia bingung bagaimana ia bisa pulang dengan membawa sepeda rusak begini. Pasti sepedanya tidak bisa jalan. Dua pria di depannya ini melihat kearah sepeda yang ia bawa.

"Bagaimana, Haris?" Ada suara seorang pria dari belakang Elmira.

"Juragan, sepertinya sepeda Nona ini rusak. Ban sepedanya sedikit peyok," sahut Haris.

Elmira menunduk membersihkan kaki dan tangannya yang terkena pasir.

"Nona, maafkan supir saya. Saya akan menggantinya dengan yang baru," ucap Reksa.

Elmira mengangkat wajahnya, ia terkesiap melihat seorang pria begitu tampan ada di depannya.

"Nona ...." Haris membuyarkan lamunan Elmira.

"Iya?" sahut Elmira.

"Kalau masih bisa diperbaiki maka tidak perlu beli yang baru," sahut Elmira.

"Di mana rumah Nona, biar saya antarkan Nona pulang," ucap Reksa.

"Tak jauh dari sini," sahut Elmira.

"Mari." Reksa mempersilakan Elmira masuk ke dalam mobilnya.

Dengan langkah tertatih Elmira berjalan mengikuti pria tampan yang diam-diam menyita perhatiannya ini.

"Apa perlu saya bantu?" Tanya Reksa melihat kaki Elmira yang terluka.

"Tidak perlu, Tuan." Sahut Elmira masuk lewat pintu yang sudah dibukakan oleh Reksa.

"Bagaimana dengan sepeda saya? Apa akan di tinggal di sini?" tanya Elmira.

"Supir saya yang akan membawanya untuk diperbaiki. Saya akan mengantar Nona pulang," sahut Reksa.

Reksa memerintahkan supirnya untuk membawa sepeda rusak itu ke bengkel terdekat.

Sedangkan Reksa mengantar Elmira dengan Haris yang menggantikan mengemudi mobil.

Sampai di sebuah rumah dengan halaman luas, Haris menghentikan laju mobilnya.

"Ini rumah saya, Tuan," kata Elmira sopan.

"Boleh saya antar sampai dalam?" tanya Reksa yang mendapat anggukan dari Elmira.

Reksa menuntun Elmira berjalan masuk ke dalam rumah. Sedangkan Haris tetap menunggu di dalam mobil.

***

Bersambung

Salam

Silvia Dhaka

Komen (1)
goodnovel comment avatar
call me Jingga
berasa baca dongeng,,hihihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status