Sebuah mobil mewah berhenti di depan rumah besar dengan halaman yang luas.
Di depan pintu rumah sudah menunggu beberapa orang anggota keluarga guna menyambut tamu agung yang kini sudah turun dari mobil mewahnya."Selamat siang, Juragan Reksa Dhanuar," ucap salah seorang pria.
"Selamat siang, Juragan Ardi." Sahut Reksa sambil menjabat tangan Ardi.
"Mari silakan masuk." Ardi mempersilakan Reksa memasuki kediamannya.
Reksa duduk di sofa panjang di ruang tamu, di belakangnya ada Haris yang berdiri tegap menunggu apapun titah dari juragannya.
"Terima kasih sudah menjamu saya di rumah Anda, Juragan.""Hahaa ... saya merasa sangat tersanjung jika Juragan Reksa berkenan manginap di sini," sahut Ardi.
"Terima kasih, tapi saya tidak mau merepotkan. Saya minta tolong untuk carikan saya sebuah rumah untuk saya tinggali selama saya berada di desa ini," sahut Reksa.
"Saya tidak merasa repot jika Anda ingin tinggal di sini selama yang Anda inginkan," sahut Ardi.
"Tidak. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Anda saya memilih menempati rumah sendiri biarpun sederhana," sahut Reksa.
Tak lama datang dua orang perempuan anggun, satu berusia paruh baya, satu lagi perempuan muda dan cantik.
"Juragan, perkenalkan ini Wina istri saya dan ini Gendis putri semata wayang saya." Kedua perempuan itu tampak tersenyum lalu bergantian menjabat tangan Reksa."Saya kira Juragan Reksa merasa letih karena perjalanan yang terasa melelahkan. Saya sudah siapkan kamar untuk Anda dan juga untuk supir dan asisten pribadi Anda," kata Ardi.
Reksa mengangguk.
"Biar Gendhis yang mengantarkan Anda ke kamar," ucap Ardi.
Gendhis berdiri sedikit membungkuk, "mari Juragan, saya antarkan." Kata Gendhis sopan dengan senyumannya yang menawan.
Reksa berdiri, berjalan beriringan dengan Gendhis yang tersenyum tersipu malu.
***
Kabar kedatangan seorang juragan muda tampan dari kota besar sudah tersebar di seantero desa. Banyak gadis mengharap bisa berkenalan dengan juragan dari kota.
"Aku dengar dari pelayan yang bekerja di rumah Juragan Ardi. Dia mengatakan bahwa Juragan muda dari kota itu begitu tampan," ucap seorang gadis saat berbelanja di pasar.
"Apa benar?" sahut salah seorang lagi.
"Iya aku juga tahu, aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri. Juragan muda itu begitu tampan," seru lainnya lagi.
"Sudah kalian jangan mimpi, Juragan itu tidak mungkin melirik ke arah kalian-kalian ini. Di sana ada Nona Gendhis yang selevel dengan Juragan dari kota itu. Memangnya kalian ini sanggup bersaing dengan Nona Gendhis?!" kata salah seorang lagi membuat yang lain menggeleng kuat.
"Sudah bubar, bubar. Masih banyak yang harus kita kerjakan. Jangan pada berkumpul di sini." Para gadis pun membubarkan diri dari kerumunannya dengan wajah ditekuk.
***
"Elmira, tunggu aku!" Seru Dian berlari menuju ke arah Elmira.
"Ada apa hingga kau lari-lari seperti itu?" tanya Elmira.
Dian mengatur nafasnya yang naik turun.
"Kenapa kau harus berlari seperti itu?" Ucap Elmira mengurungkan niatnya untuk menaiki sepedanya.
"Kau dari mana?" tanya Dian.
"Aku baru saja mengantar makan siang untuk Ayahku." Sahut Elmira sambil menuntun sepedanya agar bisa berjalan bersama Dian.
"Tadi pagi aku mendengar di pasar, mereka bilang ada seorang Juragan muda dari kota berkunjung di desa kita ini," ucap Dian.
"Lalu?" tanya Elmira tak ada niat sama sekali.
"Orang di pasar bilang Juragan kota itu sangat tampan. Dia tinggal di kediaman Juragan Ardi."
"Kau sudah lihat sendiri?" tanya Elmira.
"Belum."
"Ya sudah lupakan, lebih baik kau ikut aku ke rumah. Akan kubuatkan es buah yang enak untukmu," kata Elmira.
"Tidak lah, aku ingin pulang saja. Cucianku menumpuk di rumah," sahut Dian.
"Ya sudah. Mau aku antar pulang?" tawar Elmira.
"Tidak perlu, rumah kita berlawan arah. Aku jalan kaki saja sekalian mencari informasi tentang Juragan yang dari kota itu," sahut Dian.
Elmira tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "aku duluan ya, Dian." Pamit Elmira segera mengayuh sepedanya.
Elmira mengayuh sepedanya pulang ke rumah. Sesekali ia harus merundukan sedikit kepalanya saat berpapasan dengan tetangga.
Sampai di pertigaan, saat akan membelok Elmira dikejutkan oleh bunyi klakson mobil dan kaca sepion dari mobil itu pun sedikit menyenggol tangan Elmira. Hingga membuat Elmira terkejut lalu tak bisa mengendalikan keseimbangan tubuhnya."Aarrghh ...." Teriak Elmira saat ia terjatuh dari sepeda.
Dua orang pria keluar dari mobil lalu berlari membantu Elmira berdiri.
"Maafkan saya, Nona. Saya tak sengaja. Saya tadi menghindari kucing yang berlari di tengah jalan," ucap sang supir."Iya, tak apa-apa, Tuan." Elmira berdiri melihat sepedanya yang sedikit rusak. Ia bingung bagaimana ia bisa pulang dengan membawa sepeda rusak begini. Pasti sepedanya tidak bisa jalan. Dua pria di depannya ini melihat kearah sepeda yang ia bawa.
"Bagaimana, Haris?" Ada suara seorang pria dari belakang Elmira.
"Juragan, sepertinya sepeda Nona ini rusak. Ban sepedanya sedikit peyok," sahut Haris.
Elmira menunduk membersihkan kaki dan tangannya yang terkena pasir.
"Nona, maafkan supir saya. Saya akan menggantinya dengan yang baru," ucap Reksa.
Elmira mengangkat wajahnya, ia terkesiap melihat seorang pria begitu tampan ada di depannya.
"Nona ...." Haris membuyarkan lamunan Elmira.
"Iya?" sahut Elmira.
"Kalau masih bisa diperbaiki maka tidak perlu beli yang baru," sahut Elmira.
"Di mana rumah Nona, biar saya antarkan Nona pulang," ucap Reksa.
"Tak jauh dari sini," sahut Elmira.
"Mari." Reksa mempersilakan Elmira masuk ke dalam mobilnya.
Dengan langkah tertatih Elmira berjalan mengikuti pria tampan yang diam-diam menyita perhatiannya ini.
"Apa perlu saya bantu?" Tanya Reksa melihat kaki Elmira yang terluka.
"Tidak perlu, Tuan." Sahut Elmira masuk lewat pintu yang sudah dibukakan oleh Reksa.
"Bagaimana dengan sepeda saya? Apa akan di tinggal di sini?" tanya Elmira.
"Supir saya yang akan membawanya untuk diperbaiki. Saya akan mengantar Nona pulang," sahut Reksa.
Reksa memerintahkan supirnya untuk membawa sepeda rusak itu ke bengkel terdekat.
Sedangkan Reksa mengantar Elmira dengan Haris yang menggantikan mengemudi mobil.Sampai di sebuah rumah dengan halaman luas, Haris menghentikan laju mobilnya.
"Ini rumah saya, Tuan," kata Elmira sopan.
"Boleh saya antar sampai dalam?" tanya Reksa yang mendapat anggukan dari Elmira.
Reksa menuntun Elmira berjalan masuk ke dalam rumah. Sedangkan Haris tetap menunggu di dalam mobil.
***
Bersambung
Salam
Silvia Dhaka
"Silakan diminum tehnya, Tuan ...." Elmira menyuguhkan secangkir teh untuk Reksa."Terima kasih, sebenarnya kau tak perlu repot seperti ini, Nona," sahut Reksa."Hanya secangkir teh tak lantas membuat saya repot, Tuan. Saya justru berterima kasih karena Anda sudah memperbaiki sepeda saya dan mengantarkan saya pulang." Sahut Elmira ikut duduk di bangku depan Reksa.Reksa melihat sekeliling rumah Elmira. Terlihat bersih dan juga rapi, nyaman sebagai tempat tinggal."Kau tinggal sendiri?" tanya Reksa."Tidak Tuan, saya tinggal bersama orangtua saya dan kedua adik laki-laki saya," sahut Elmira."Mengapa sepi sekali?" tanya Reksa heran."Ayah dan Ibu sedang ada di ladang, sedangkan kedua adik saya sedang bersekolah," sahut Elmira."Dari tadi kita mengobrol tapi belum berkenalan," ucap Reksa."Saya Raka Reksa Dhanuar." Reksa mengulurkan tangannya pada Elmira.Dengan canggung Elmira menyambut uluran tangan Reksa, "saya E
Gendhis begitu antusias mengajak Reksa berkeliling desa. Semua gadis yang melihatnya tampak begitu iri karena Nona Gendhis bisa dengan mudah berdekatan dengan Juragan tampan yang dari kota itu. Sampai di sebuah sungai yang jernih airnya, Reksa mengamati satu persatu orang yang ada di sekitar sungai itu. Sampai akhirnya Reksa tersenyum ketika menemukan sosok gadis yang ia cari-cari. Gadis itu di sana, sedang bermain air dengan kedua gadis lain seumuran dengannya."Sungai di sini sangat jernih," Reksa mulai membuka suara."Iya Tuan, itu sebabnya saya mengajak Anda mampir di sini agar bisa melihat indahnya tempat ini." Sahut Gendhis dengan senyumnya yang merekah indah."Sebetulnya saya juga ingin bermain air di sungai seperti mereka. Tapi mereka dan saya berbeda. Mereka gadis desa biasa, sedangkan saya gadis dari keluarga terhormat anak seorang Juragan terhormat di desa ini." Ucap Gendhis mengamati aktifitas orang-orang desa di sungai. Ada yang mencuci, ada yang ma
Elmira mematut dirinya di depan cermin sambil melenggok ke kanan dan ke kiri."Sudah cantik," gumam Elmira mengagumi dirinya sendiri."Tapi apa aku tak berlebihan dandan seperti ini?" tanyanya pada dirinya sendiri."Ah masa bodoh. Lebih baik aku cepat ke sana." Ucap Elmira bergegas keluar kamar. Ia mencari keberadaan ayah dan ibunya untuk pamit keluar."Ayah dan Ibu ke mana, Dek?" tanya Elmira pada adiknya."Ayah dan Ibu pergi ke rumah Paman Sam," sahut Adik Elmira."Ya sudah. Kamu di rumah dulu ya, Kakak mau keluar sebentar.""Mau ke mana?" "Ada undangan makan malam dan Kakak harus hadir." Sahut Elmira lalu keluar rumah.Elmira menuju rumah Reksa menggunakan sepedanya yang telah diperbaiki. Tak butuh waktu lama k
Elmira pulang ke rumah sudah sangat petang. Ia berjalan mengendap-endap agar ayah dan ibunya tak tahu ia pulang selarut ini. Bisa kena marah ia nanti.Sampai di kamar, Elmira segera membersihkan dirinya dan mengganti pakaian. Ia berbaring di ranjang, menatap langit-langit kamar membayangkan bagaimana jika ia bersanding dengan Juragan Reksa.Elmira meraba bibirnya yang sedikit bengkak. Ternyata begini rasanya berciuman. Elmira tertawa sendiri mengingat kejadian tadi. Bagaimana bisa ia duduk di pangkuan Juragan Reksa. Bagaimana juga ia tanpa berpikir panjang langsung mau begitu saja saat Juragan Reksa menjamah tubuhnya, bahkan mengambil ciuman pertamanya. Bukankah ia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ciuman pertamanya tentu ia persembahkan hanya untuk suaminya kelak. Elmira menghembuskan nafasnya perlahan. Mungkin Juragan Reksa lah jodoh yang ia nanti. Apabila Juragan Reksa ingin meminangnya tentu Elmira tak akan berfikir dua kali untuk menerimanya. Malam ini Elm
Siang yang biasanya begitu terik, kini terasa dingin karena langit masih mendung setelah semalam hujan mengguyur desa. Untungnya pagi tadi hujan sudah berhenti membuat para petani bisa lega karena bisa berkerja ke ladang mereka.Sudah satu minggu Elmira menjalin kasih dengan Juragan Reksa. Tanpa diketahui orangtua juga kedua temannya, Elmira selalu menghabiskan waktu siang hingga sorenya di rumah Juragan Reksa. Memadu kasih selayaknya insan yang tengah dimabuk asmara.Elmira duduk seluntur di sofa panjang yang ada di kamar Reksa, tubuhnya bersender dalam dekapan hangat Reksa.Tok tok tok.Bunyi ketukan pintu terdengar, setelah suara Reksa yang mengintruksi menyilakan masuk, kini terlihat Haris datang menunduk tak berani melihat
Elmira berlari ke luar rumah melewati pintu belakang. Tampak Haris terkejut melihat kekasih dari Juragannya keluar lewat pintu belakang dengan berderai air mata.Haris ingin mengantarkan pulang, tapi Elmira sudah berlari menjauh. Haris menduga bahwa terjadi hal yang tidak menyenangkan di dalam sana. Tapi Haris tak berani masuk sebelum Reksa memanggilnya masuk.Sesaat kemudian Juragan Reksa menggiring Gendhis keluar dari rumah menuju mobil Gendhis yang sudah terparkir di halaman. Haris memberanikan diri mendekat ke arah Reksa."Maaf Tuan, tadi saya melihat Nona Elmira berlari sambil menangis keluar dari pintu belakang," ucap Haris membuat Reksa tampak terkejut."Ya Tuhan ... aku melupakan Elmira. Dia pasti mendengar semuanya dan juga melihat Gendhis mencumbuku," kata Reksa penuh penyesalan.Seharusnya tadi Reksa segera mengusir Gendhis agar cepat keluar dari rumahnya. Mungkin hal ini tak akan terjadi. Reksa ingin agar Elmira tahu dari mulutnya
Siang hari Gustaf dan Mirai pulang ke rumah lebih awal karena putri cantiknya sedang tak enak badan. Sampai di halaman depan rumahnya yang luas, Gustaf dan Mirai saling pandang karena ada sebuah mobil mewah terparkir di halamannya. Gustaf dan Mirai sudah sering melihat pemandangan ini karena tak jarang para pria kaya datang untuk meminang putrinya."Kali ini Juragan mana lagi yang akan meminang putri kita, Mirai?" ucap Gustaf.Mirai mengendikan bahunya pertanda tak mengerti. Mirai tersenyum pada suaminya. "Siapkan saja kata-kata untuk menolaknya. Kita hanya akan menikahkan putri kita apa bila putri kita sendiri yang berkenan menerima pinangan dari salah satu mereka," sambung Mirai."Iya, aku mengerti," sahut Gustaf.Gustaf dan Mirai masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu mereka melihat seorang pria tampan sedang mengobrol bersama Elmira."Elmira ...."
Tiba hari di mana Elmira akan melangsungkan pernikahan dengan Juragan Reksa, pria yang dicintainya. Elmira mematut dirinya di depan cermin. Ia begitu puas dengan riasan dari seorang juru rias yang didatangkan langsung dari kota. Begitu juga gaun pengantin Elmira, berwarna putih gading. Begitu indah pas di tubuhnya. Kamar Elmira sudah dihias seindah mungkin dengan bunga-bunga. Reksa dan Elmira melangsungkan pernikahan di halaman depan rumah. Karena halaman rumah Gustaf cukup luas."Aku turut bahagia untukmu, Elmira. Aku tak menyangka Juragan dari kota itu sebentar lagi akan menjadi suamimu," ucap Rani sambil tersenyum."Terima kasih, Rani. Aku berdoa semoga kamu cepat menyusulku menuju pelaminan," sahut Elmira."Tapi sebentar lagi kita tak akan bermain air lagi di sungai seperti dulu. Kau akan hidup di kota." Dian tersenyum namun juga menitikan air mata kebahagiaan juga kesedihan karena sebentar lagi Elmira akan ikut suaminya ke kota."Bukankah ini impianm