Home / Romansa / Sang Ratu / 2. Pertemuan

Share

2. Pertemuan

Author: Silvia Dhaka
last update Last Updated: 2021-08-18 15:38:27

Sebuah mobil mewah berhenti di depan rumah besar dengan halaman yang luas.

Di depan pintu rumah sudah menunggu beberapa orang anggota keluarga guna menyambut tamu agung yang kini sudah turun dari mobil mewahnya.

"Selamat siang, Juragan Reksa Dhanuar," ucap salah seorang pria.

"Selamat siang, Juragan Ardi." Sahut Reksa sambil menjabat tangan Ardi.

"Mari silakan masuk." Ardi mempersilakan Reksa memasuki kediamannya.

Reksa duduk di sofa panjang di ruang tamu, di belakangnya ada Haris yang berdiri tegap menunggu apapun titah dari juragannya. 

"Terima kasih sudah menjamu saya di rumah Anda, Juragan."

"Hahaa ... saya merasa sangat tersanjung jika Juragan Reksa berkenan manginap di sini," sahut Ardi.

"Terima kasih, tapi saya tidak mau merepotkan. Saya minta tolong untuk carikan saya sebuah rumah untuk saya tinggali selama saya berada di desa ini," sahut Reksa.

"Saya tidak merasa repot jika Anda ingin tinggal di sini selama yang Anda inginkan," sahut Ardi.

"Tidak. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Anda saya memilih menempati rumah sendiri biarpun sederhana," sahut Reksa.

Tak lama datang dua orang perempuan anggun, satu berusia paruh baya, satu lagi perempuan muda dan cantik.

"Juragan, perkenalkan ini Wina istri saya dan ini Gendis putri semata wayang saya." Kedua perempuan itu tampak tersenyum lalu bergantian menjabat tangan Reksa.

"Saya kira Juragan Reksa merasa letih karena perjalanan yang terasa melelahkan. Saya sudah siapkan kamar untuk Anda dan juga untuk supir dan asisten pribadi Anda," kata Ardi.

Reksa mengangguk.

"Biar Gendhis yang mengantarkan Anda ke kamar," ucap Ardi.

Gendhis berdiri sedikit membungkuk, "mari Juragan, saya antarkan." Kata Gendhis sopan dengan senyumannya yang menawan.

Reksa berdiri, berjalan beriringan dengan Gendhis yang tersenyum tersipu malu.

***

Kabar kedatangan seorang juragan muda tampan dari kota besar sudah tersebar di seantero desa. Banyak gadis mengharap bisa berkenalan dengan juragan dari kota.

"Aku dengar dari pelayan yang bekerja di rumah Juragan Ardi. Dia mengatakan bahwa Juragan muda dari kota itu begitu tampan," ucap seorang gadis saat berbelanja di pasar.

"Apa benar?" sahut salah seorang lagi.

"Iya aku juga tahu, aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri. Juragan muda itu begitu tampan," seru lainnya lagi.

"Sudah kalian jangan mimpi, Juragan itu tidak mungkin melirik ke arah kalian-kalian ini. Di sana ada Nona Gendhis yang selevel dengan Juragan dari kota itu. Memangnya kalian ini sanggup bersaing dengan Nona Gendhis?!" kata salah seorang lagi membuat yang lain menggeleng kuat.

"Sudah bubar, bubar. Masih banyak yang harus kita kerjakan. Jangan pada berkumpul di sini." Para gadis pun membubarkan diri dari kerumunannya dengan wajah ditekuk.

***

"Elmira, tunggu aku!" Seru Dian berlari menuju ke arah Elmira.

"Ada apa hingga kau lari-lari seperti itu?" tanya Elmira.

Dian mengatur nafasnya yang naik turun.

"Kenapa kau harus berlari seperti itu?" Ucap Elmira mengurungkan niatnya untuk menaiki sepedanya.

"Kau dari mana?" tanya Dian.

"Aku baru saja mengantar makan siang untuk Ayahku." Sahut Elmira sambil menuntun sepedanya agar bisa berjalan bersama Dian.

"Tadi pagi aku mendengar di pasar, mereka bilang ada seorang Juragan muda dari kota berkunjung di desa kita ini," ucap Dian.

"Lalu?" tanya Elmira tak ada niat sama sekali.

"Orang di pasar bilang Juragan kota itu sangat tampan. Dia tinggal di kediaman Juragan Ardi."

"Kau sudah lihat sendiri?" tanya Elmira.

"Belum."

"Ya sudah lupakan, lebih baik kau ikut aku ke rumah. Akan kubuatkan es buah yang enak untukmu," kata Elmira.

"Tidak lah, aku ingin pulang saja. Cucianku menumpuk di rumah," sahut Dian.

"Ya sudah. Mau aku antar pulang?" tawar Elmira.

"Tidak perlu, rumah kita berlawan arah. Aku jalan kaki saja sekalian mencari informasi tentang Juragan yang dari kota itu," sahut Dian.

Elmira tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "aku duluan ya, Dian." Pamit Elmira segera mengayuh sepedanya.

Elmira mengayuh sepedanya pulang ke rumah. Sesekali ia harus merundukan sedikit kepalanya saat berpapasan dengan tetangga.

Sampai di pertigaan, saat akan membelok Elmira dikejutkan oleh bunyi klakson mobil dan kaca sepion dari mobil itu pun sedikit menyenggol tangan Elmira. Hingga membuat Elmira terkejut lalu tak bisa mengendalikan keseimbangan tubuhnya.

"Aarrghh ...." Teriak Elmira saat ia terjatuh dari sepeda.

Dua orang pria keluar dari mobil lalu berlari membantu Elmira berdiri.

"Maafkan saya, Nona. Saya tak sengaja. Saya tadi menghindari kucing yang berlari di tengah jalan," ucap sang supir.

"Iya, tak apa-apa, Tuan." Elmira berdiri melihat sepedanya yang sedikit rusak. Ia bingung bagaimana ia bisa pulang dengan membawa sepeda rusak begini. Pasti sepedanya tidak bisa jalan. Dua pria di depannya ini melihat kearah sepeda yang ia bawa.

"Bagaimana, Haris?" Ada suara seorang pria dari belakang Elmira.

"Juragan, sepertinya sepeda Nona ini rusak. Ban sepedanya sedikit peyok," sahut Haris.

Elmira menunduk membersihkan kaki dan tangannya yang terkena pasir.

"Nona, maafkan supir saya. Saya akan menggantinya dengan yang baru," ucap Reksa.

Elmira mengangkat wajahnya, ia terkesiap melihat seorang pria begitu tampan ada di depannya.

"Nona ...." Haris membuyarkan lamunan Elmira.

"Iya?" sahut Elmira.

"Kalau masih bisa diperbaiki maka tidak perlu beli yang baru," sahut Elmira.

"Di mana rumah Nona, biar saya antarkan Nona pulang," ucap Reksa.

"Tak jauh dari sini," sahut Elmira.

"Mari." Reksa mempersilakan Elmira masuk ke dalam mobilnya.

Dengan langkah tertatih Elmira berjalan mengikuti pria tampan yang diam-diam menyita perhatiannya ini.

"Apa perlu saya bantu?" Tanya Reksa melihat kaki Elmira yang terluka.

"Tidak perlu, Tuan." Sahut Elmira masuk lewat pintu yang sudah dibukakan oleh Reksa.

"Bagaimana dengan sepeda saya? Apa akan di tinggal di sini?" tanya Elmira.

"Supir saya yang akan membawanya untuk diperbaiki. Saya akan mengantar Nona pulang," sahut Reksa.

Reksa memerintahkan supirnya untuk membawa sepeda rusak itu ke bengkel terdekat.

Sedangkan Reksa mengantar Elmira dengan Haris yang menggantikan mengemudi mobil.

Sampai di sebuah rumah dengan halaman luas, Haris menghentikan laju mobilnya.

"Ini rumah saya, Tuan," kata Elmira sopan.

"Boleh saya antar sampai dalam?" tanya Reksa yang mendapat anggukan dari Elmira.

Reksa menuntun Elmira berjalan masuk ke dalam rumah. Sedangkan Haris tetap menunggu di dalam mobil.

***

Bersambung

Salam

Silvia Dhaka

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
call me Jingga
berasa baca dongeng,,hihihi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Ratu   Ekstra Part 5

    Yasinta mencoba menenangkan Emran dan Abraham agar tak lagi rewel. Kedua bocah laki-laki itu terus saja mencari keberadaan Elmira saat mereka tahu ibunya tak ikut pulang bersama mereka.“Ibu mengapa belum pulang, Nenek?” rengek Abraham.“Sabarlah sebentar, Sayang. Ibu dan Ayahmu akan segera pulang. Kau tenanglah karena adikmu terus saja menangis. Jangan membuat Nenek semakin bingung,” ucap Yasinta.Mengerti jika saat ini neneknya sedang pusing, Abraham menghampiri Margi. “Bibik, hubungi Ibuku, katakan padanya aku menangis mencarinya,” ucap Abraham.“Tapi Anda tak menangis sama sekali kan, Tuan kecil, jadi saya tak bisa memberitahu kebohongan seperti itu kepada Ibu Anda,” ucap Margi.“Hhhh ... kau ini!” seru Abraham.“Ibu!” seru Edrea.&

  • Sang Ratu   Ekstra Part 4

    Elmira membenahi riasannya saat ia sudah tiba di rumah orangtua Andini. Ini kali pertamanya ia menginjakkan kaki di rumah orangtua Andini ini, karena sebelum-sebelumnya Andini-lah yang berkunjung ke rumah utama Dhanuar.“Sudah, Sayang. Mau sampai kapan kau berdandan? Anak-anak sudah berlari masuk,” ucap Reksa. Ia memasang wajah nelangsanya melihat istrinya yang membenahi riasan tanpa henti padahal ibunya dan romongannya yang lain sudah masuk ke tempat acara.“Kau ini apa tak suka melihat istrimu tampil cantik?” ucap Elmira dengan wajah muramnya.“Hhhh ... ya. Lalu kapan kau akan menyelesaikan ritualmu itu?”“Aku sudah selesai.” Elmira menyimpan kembali alat riasnya. Ia lalu keluar dari mobil dan membenahi gaun panjangnya.“Apa aku sudah terlihat cantik?” tanya Elmira sebelum ia melangkahkan kakinya memasuki tempat acara.“Ya, kau terlihat sangat cantik dan anggun. Kau terlihat

  • Sang Ratu   Ekstra Part 3

    Yasinta dan Reksa pulang saat waktu makan malam, sehingga mereka bisa makan malam bersama.“Ada apa, Sayang? Kau tampak ceria sekali?” tanya Reksa.Pertanyaan Reksa pada Elmira telah berhasil membuat Yasinta juga menoleh ke arah Elmira.“Ada berita baik yang datang hari ini.”“Oh ya? Berita apa itu?” tanya Reksa.“Tadi pagi Andini datang ke sini.”“Andini?” gumam Reksa memotong kalimat Elmira.“Yaa, dan kau tahu apa yang dia katakan padaku?!” seru Elmira antusias.“Apa?”“Satu bulan lagi Andini akan menikah dan kita semua diminta untuk datang ke sana,” ucap Elmira dengan begitu cerianya.“Benarkah itu?!” tanya Yasinta.“Iya, Ibu. Itu benar,” ucap Elmira.“Aku turut

  • Sang Ratu   Ekstra Part 2

    “Nenek, apa Ibu dan Ayah tak ikut sarapan bersama kita?” tanya Sabrina.“Sabrina, kau makan saja makananmu, Sayang, atau kau akan terlambat untuk ke sekolah,” sahut Yasinta.“Tapi ke mana Ayah dan Ibu?” tanya Shaka.“Ayah dan Ibu kalian mungkin sedang ada sesuatu yang harus segera diselesaikan. Kau cepat habiskan sarapanmu dan segeralah berangkat dengan supir bersama Kakakmu,” ucap Yasinta.“Nenek, lihatlah. Emran makan belepotan,” ucap Edrea.“Mamama.” Emran begitu senang jika ia menyuap makanannya sendiri meskipun wajahnya akan belepotan dengan buburnya.“Nenek, aku sudah selesai,” ucap Sabrina.“Aku juga,” sambung Shaka.“Edrea, ayo kita berangkat,” ajak Sabrina.“Iya,” sahut Edrea.

  • Sang Ratu   Ekstra Part 1

    Setelah kepergian Delia dan Andini dari rumah Dhanuar dan dari kehidupan keluarga Dhanuar, Elmira dan Reksa selalu melewati hari-hari yang membahagiakan. Elmira dan Reksa tak pernah membeda-bedakan anak-anak mereka, semua yang mereka lakukan adalah adil dan sama hingga Sabrina dan Edrea tak pernah merasakan kehilangan sosok ibu kandung dalam hidupnya.Mula-mula Sabrina terus menanyakan perihal Andini yang sekarang tak ikut tinggal bersama dengannya lagi namun lambat laun Reksa dan Elmira menjelaskan bahwa sekarang situasinya sudah berbeda dari dulu. Mereka memberi pengertian pada Sabrina bahwa ayah dan ibunya sudah berpisah dan tak akan pernah bisa kembali bersama lagi. Meski dulu Sabrina tak terlalu paham namun sekarang gadis itu sudah paham setelah usianya hampir menginjak remaja.Sabrina tumbuh menjadi gadis yang cerdas, cantik dan anggun yang memiliki tutur kata lembut dan sopan. Saat ini usianya sudah menginjak sepuluh tahun, satu tahun lagi ia akan memasuki sekol

  • Sang Ratu   141. Sang Pemenang (Tamat)

    Reksa sampai di rumah utama keluarga Dhanuar saat hari sudah lewat tengah malam. Ia pun langsung berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat.Rasa lelah dan penat yang ia rasakan menghilang begitu saja setelah ia melihat wajah damai Elmira yang kini telah terlelap. Ia tersenyum lalu ikut bergabung bersama Elmira di atas ranjang. Ternyata pergerakannya mengusik tidur Elmira hingga membuat istrinya ini membuka matanya.“Reksa, kau sudah pulang? Maaf aku ketiduran,” ucap Elmira.“Iya, baru saja.” “Kau sudah makan malam? Jam berapa ini, akan aku siapkan dulu.” Elmira bergerak hendak turun dari ranjang namun dicegah oleh Reksa.“Tidak perlu, ini sudah lewat tengah malam. Sebaiknya kita tidur saja, aku juga sudah sangat lelah,” ucap Reksa.“Baiklah,” sahut E

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status