Seorang pria paruh baya diikuti gadis cantik berjalan sambil membawa seungguk kayu bakar menuju sebuah rumah kayu sederhana yang dikelilingi halaman luas di sekelilingnya.
Hari sudah menjalang sore, matahari sudah tak lagi tampak membuat ayah dan anak gadisnya berkemas untuk segera pulang dari aktifitasnya mencari kayu bakar.Gustaf dan Mirai adalah pasangan suami istri yang hidup rukun dan bahagia di sebuah desa terpencil di bagian tengah pulau Jawa. Mereka seorang petani dan peternak yang tak kaya tapi juga tak kekurangan karena hasil panen yang lumayan dan dari hasil ternaknya.
Mereka memiliki seorang putri yang sangat tersohor akan kecantikannya bernama Elmira Amaria dan juga dua putra yang juga tampan.Banyak pria kaya yang berebut ingin meminang Elmira. Dari pria lajang hingga pria beristri.Bukan saja kecantikannya yang tersohor tetapi juga ia terkenal dengan gayanya yang anggun serta tutur kata yang halus dan sopan.Gustaf sudah sering kali menolak pinangan dari para pria yang ingin menjadikan putri cantiknya sebagai istri."Elmira, masuklah ke rumah. Hari sudah mulai petang," kata Mirai pada putrinya.
"Iya, Ibu ...." Sahut Elmira segera menutup kandang sapinya lalu masuk ke rumah mengikuti ibunya.
"Ayah." Elmira duduk mendekati Gustaf.
"Ada apa, Nak?" sahut Gustaf.
"Aku ingin sekolah ke kota," sambung Elmira mengutarakan isi hatinya.
"Di kota tak ada satu pun keluarga kita yang tinggal di sana. Akan tinggal dengan siapa kau nanti?" sahut Gustaf.
"Bukankah kau sudah lulus sekolah menengah atas. Lalu kau ingin sekolah apa lagi, Nak?" tanya Mirai.
"Aku ingin bersekolah di perguruan tinggi di kota," sahut Elmira.
"Bukankah biaya sekolah dan tinggal di sana amatlah mahal?" sahut Mirai.
"Iya." Elmira mengangguk.
"Bukan masalah biaya, Mirai. Kita bisa saja menjual binatang ternak kita dan sebagian lahan kita. Tapi aku tak ingin putri kesayanganku jauh dariku. Lalu kalau di sana putri kita dijahati orang bagaimana?" sahut Gustaf.
Elmira hanya menunduk dalam diam memendam keinginannya untuk meneruskan menuntut ilmu seperti para putra dan putri saudagar kaya di desanya.
"Baiklah, aku akan tetap di sini bersama Ayah dan Ibu," sahut Elmira tersenyum manis.
***
Elmira bermain air di pinggir kali bersama kedua sahabat baiknya.
"Aku dengar kemarin ada seorang juragan yang datang ke rumahmu, Elmira," ucap Dian.
"Pasti juragan itu datang meminangmu, bukan ...." Sambung Rani tersenyum.
"Iya," sahut Elmira.
"Lalu kali ini apa kau terima?" tanya Rani penasaran.
"Tidak," sahut Elmira.
"Kau sepertinya terlalu pemilih, El. Untung saja hidupmu amatlah beruntung karena banyak juragan kaya yang mengejar cintamu."
"Tapi aku tak menginginkan mereka. Aku ingin dipinang oleh pria yang mencintaiku dan yang kucintai," sahut Elmira.
"Juragan seperti apa yang nanti berhasil mendapatkanmu ya, El," sambung Dian.
"Aku tak suka mereka," sahut Elmira.
"Lalu pria seperti apa yang kau suka?" tanya Dian kembali.
"Aku juga tak tahu. Suatu saat pasti ada seorang pria yang membuatku jatuh hati, hingga aku tanpa berpikir panjang langsung menerima pinangannya." Elmira menatap air sungai yang jernih dengan tatapan kosong.
"Semoga Sang Kuasa segera mengabulkan doamu, Elmira," ucap Rani.
"Terima kasih teman-teman," sahut Elmira.
"Sebaiknya kita pulang, hari sudah beranjak siang," ucap Rani.
Mereka bertiga pun berjalan pulang meninggalkan sungai tempat kesukaan mereka berkumpul dan bermain saat siang hari.
***
"Juragan ... mobil Anda sudah siap," ucap seorang pria muda pada juragannya.
"Baiklah, Haris." Sahut sang juragan muda, pada asisten pribadinya.
Juragan berjalan diikuti seorang kepercayaannya di belakangnya. Namun langkahnya terhenti saat tiba-tiba ada seorang wanita yang menunduk menyapanya.
"Selamat siang, Juragan."
"Aku akan pergi cukup lama. Jagalah putriku dengan baik," ucap Juragan.
"Tentu, Juragan. Tanpa Anda minta sekalipun, karena Sabrina juga putri saya," sahut wanita itu.
Juragan Raka Reksa Dhanuar segera berjalan meninggalkan wanita itu, yang tak lain adalah seorang salah satu dari dua selirnya.
Juragan Reksa mempunyai dua orang selir dari kalangan berada di sebuah desa yang kini ia boyong ke rumahnya.Selir pertama bernama Andini dan selir kedua bernama Delia. Dari selir Andini lah Juragan Reksa mendapatkan seorang putri cantik yang ia beri nama Sabrina Dhanuar.Juragan Reksa adalah pewaris dari semua aset yang dimiliki keluarga Dhanuar. Mulai dari peternakan, perkebunan, pertanian dan masih banyak lagi usaha yang keluarga Dhanuar miliki.
Juragan Reksa lah yang menjadi satu-satunya pemimpin dari berbagai usaha yang ditinggalkan oleh ayahnya bernama Jalaludin Dhanuar yang telah dipanggil Sang Kuasa tiga tahun yang lalu.Sebenarnya Juragan Reksa juga mempunyai seorang kakak perempuan bernama Rosalia Dhanuar."Juragan, apa Anda tak ingin bertemu dulu dengan Nona Sabrina?" tanya Haris.
"Tak perlu. Nanti Sabrina malah menangis melihat aku pergi. Aku tak tega melihat putriku menangis," sahut Reksa.
"Jalankan saja mobilnya supaya kita lekas sampai tempat tujuan," titah Reksa.
Reksa menuju sebuah desa terpencil yang terkenal akan kesuburan tanahnya. Ia akan melihat bagaimana keadaan desa tersebut. Mungkin selama beberapa minggu ia akan tinggal sementara di sana.
***
bersambung
Salam
Silvia Dhaka
Yasinta mencoba menenangkan Emran dan Abraham agar tak lagi rewel. Kedua bocah laki-laki itu terus saja mencari keberadaan Elmira saat mereka tahu ibunya tak ikut pulang bersama mereka.“Ibu mengapa belum pulang, Nenek?” rengek Abraham.“Sabarlah sebentar, Sayang. Ibu dan Ayahmu akan segera pulang. Kau tenanglah karena adikmu terus saja menangis. Jangan membuat Nenek semakin bingung,” ucap Yasinta.Mengerti jika saat ini neneknya sedang pusing, Abraham menghampiri Margi. “Bibik, hubungi Ibuku, katakan padanya aku menangis mencarinya,” ucap Abraham.“Tapi Anda tak menangis sama sekali kan, Tuan kecil, jadi saya tak bisa memberitahu kebohongan seperti itu kepada Ibu Anda,” ucap Margi.“Hhhh ... kau ini!” seru Abraham.“Ibu!” seru Edrea.&
Elmira membenahi riasannya saat ia sudah tiba di rumah orangtua Andini. Ini kali pertamanya ia menginjakkan kaki di rumah orangtua Andini ini, karena sebelum-sebelumnya Andini-lah yang berkunjung ke rumah utama Dhanuar.“Sudah, Sayang. Mau sampai kapan kau berdandan? Anak-anak sudah berlari masuk,” ucap Reksa. Ia memasang wajah nelangsanya melihat istrinya yang membenahi riasan tanpa henti padahal ibunya dan romongannya yang lain sudah masuk ke tempat acara.“Kau ini apa tak suka melihat istrimu tampil cantik?” ucap Elmira dengan wajah muramnya.“Hhhh ... ya. Lalu kapan kau akan menyelesaikan ritualmu itu?”“Aku sudah selesai.” Elmira menyimpan kembali alat riasnya. Ia lalu keluar dari mobil dan membenahi gaun panjangnya.“Apa aku sudah terlihat cantik?” tanya Elmira sebelum ia melangkahkan kakinya memasuki tempat acara.“Ya, kau terlihat sangat cantik dan anggun. Kau terlihat
Yasinta dan Reksa pulang saat waktu makan malam, sehingga mereka bisa makan malam bersama.“Ada apa, Sayang? Kau tampak ceria sekali?” tanya Reksa.Pertanyaan Reksa pada Elmira telah berhasil membuat Yasinta juga menoleh ke arah Elmira.“Ada berita baik yang datang hari ini.”“Oh ya? Berita apa itu?” tanya Reksa.“Tadi pagi Andini datang ke sini.”“Andini?” gumam Reksa memotong kalimat Elmira.“Yaa, dan kau tahu apa yang dia katakan padaku?!” seru Elmira antusias.“Apa?”“Satu bulan lagi Andini akan menikah dan kita semua diminta untuk datang ke sana,” ucap Elmira dengan begitu cerianya.“Benarkah itu?!” tanya Yasinta.“Iya, Ibu. Itu benar,” ucap Elmira.“Aku turut
“Nenek, apa Ibu dan Ayah tak ikut sarapan bersama kita?” tanya Sabrina.“Sabrina, kau makan saja makananmu, Sayang, atau kau akan terlambat untuk ke sekolah,” sahut Yasinta.“Tapi ke mana Ayah dan Ibu?” tanya Shaka.“Ayah dan Ibu kalian mungkin sedang ada sesuatu yang harus segera diselesaikan. Kau cepat habiskan sarapanmu dan segeralah berangkat dengan supir bersama Kakakmu,” ucap Yasinta.“Nenek, lihatlah. Emran makan belepotan,” ucap Edrea.“Mamama.” Emran begitu senang jika ia menyuap makanannya sendiri meskipun wajahnya akan belepotan dengan buburnya.“Nenek, aku sudah selesai,” ucap Sabrina.“Aku juga,” sambung Shaka.“Edrea, ayo kita berangkat,” ajak Sabrina.“Iya,” sahut Edrea.
Setelah kepergian Delia dan Andini dari rumah Dhanuar dan dari kehidupan keluarga Dhanuar, Elmira dan Reksa selalu melewati hari-hari yang membahagiakan. Elmira dan Reksa tak pernah membeda-bedakan anak-anak mereka, semua yang mereka lakukan adalah adil dan sama hingga Sabrina dan Edrea tak pernah merasakan kehilangan sosok ibu kandung dalam hidupnya.Mula-mula Sabrina terus menanyakan perihal Andini yang sekarang tak ikut tinggal bersama dengannya lagi namun lambat laun Reksa dan Elmira menjelaskan bahwa sekarang situasinya sudah berbeda dari dulu. Mereka memberi pengertian pada Sabrina bahwa ayah dan ibunya sudah berpisah dan tak akan pernah bisa kembali bersama lagi. Meski dulu Sabrina tak terlalu paham namun sekarang gadis itu sudah paham setelah usianya hampir menginjak remaja.Sabrina tumbuh menjadi gadis yang cerdas, cantik dan anggun yang memiliki tutur kata lembut dan sopan. Saat ini usianya sudah menginjak sepuluh tahun, satu tahun lagi ia akan memasuki sekol
Reksa sampai di rumah utama keluarga Dhanuar saat hari sudah lewat tengah malam. Ia pun langsung berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat.Rasa lelah dan penat yang ia rasakan menghilang begitu saja setelah ia melihat wajah damai Elmira yang kini telah terlelap. Ia tersenyum lalu ikut bergabung bersama Elmira di atas ranjang. Ternyata pergerakannya mengusik tidur Elmira hingga membuat istrinya ini membuka matanya.“Reksa, kau sudah pulang? Maaf aku ketiduran,” ucap Elmira.“Iya, baru saja.” “Kau sudah makan malam? Jam berapa ini, akan aku siapkan dulu.” Elmira bergerak hendak turun dari ranjang namun dicegah oleh Reksa.“Tidak perlu, ini sudah lewat tengah malam. Sebaiknya kita tidur saja, aku juga sudah sangat lelah,” ucap Reksa.“Baiklah,” sahut E