"Silakan diminum tehnya, Tuan ...." Elmira menyuguhkan secangkir teh untuk Reksa.
"Terima kasih, sebenarnya kau tak perlu repot seperti ini, Nona," sahut Reksa.
"Hanya secangkir teh tak lantas membuat saya repot, Tuan. Saya justru berterima kasih karena Anda sudah memperbaiki sepeda saya dan mengantarkan saya pulang." Sahut Elmira ikut duduk di bangku depan Reksa.
Reksa melihat sekeliling rumah Elmira. Terlihat bersih dan juga rapi, nyaman sebagai tempat tinggal.
"Kau tinggal sendiri?" tanya Reksa.
"Tidak Tuan, saya tinggal bersama orangtua saya dan kedua adik laki-laki saya," sahut Elmira.
"Mengapa sepi sekali?" tanya Reksa heran.
"Ayah dan Ibu sedang ada di ladang, sedangkan kedua adik saya sedang bersekolah," sahut Elmira.
"Dari tadi kita mengobrol tapi belum berkenalan," ucap Reksa.
"Saya Raka Reksa Dhanuar." Reksa mengulurkan tangannya pada Elmira.
Dengan canggung Elmira menyambut uluran tangan Reksa, "saya Elmira Amaria, Tuan."
Reksa tersenyum, "saya tinggal di kediaman Tuan Ardi. Jika sepedamu sudah selesai, aku akan mengutus asisten pribadiku untuk mengantarkannya ke sini," ucap Reksa.
"Iya, Tuan."
"Saya harus pergi, masih banyak urusan yang harus saya selesaikan." Pamit Reksa diantar Elmira sampai pintu rumah.
"Tuan Reksa kah Juragan yang sedang dibicarakan orang-orang di desa ini?" Gumamnya saat melihat mobil Reksa menghilang dari penglihatannya.
***
Hari mulai petang, saatnya Gustaf dan Mirai pulang ke rumah dan berkumpul bersama ketiga anaknya.
Gustaf menikmati sebuah kopi di teras, namun ia menyerngit saat ada sesuatu yang kurang."Elmira, ke mana sepedamu?" Tanya Gustaf saat Elmira datang membawakan sepiring pisang goreng untuknya."Sepedaku ada di bengkel, Ayah. Tadi siang ada sebuah mobil yang menyenggolku," sahut Elmira takut-takut.
Gustaf langsung berdiri dan meneliti tubuh putrinya, "kau ada luka?" tanya Gustaf panik.
Elmira menggeleng, "tadi sempat terkilir tapi saat pulang sekolah Lukman langsung mengundang Bibi Darsi untuk memijat kakiku," sahut Elmira.
Tadi siang Lukman dan Fandi pulang dari sekolah lalu mendapati kakaknya sakit dan Lukman langsung berlari ke rumah Bibi Darsi si tukang urut agar mengurut kaki kakaknya yang sakit.
"Ya sudah, sekarang beristirahatlah," kata Gustaf.
Elmira berbaring di atas kasurnya yang empuk. Ia tersenyum kala teringat Tuan Reksa tadi yang mengantarkannya pulang. Sungguh baik sifat Juragan kota itu. Tak hanya baik, beliau juga begitu tampan. Ternyata benar apa yang dibicarakan orang-orang.
"Jika beliau belum beristri, aku tentu tak akan menolak jika beliau meminangku," ucap Elmira pada dirinya sendiri.
"Bicara apa kamu ini Elmira, mana mungkin Juragan kaya dari kota yang begitu rupawan mau meminangmu. Dasar bodoh!!" serunya pada dirinya sendiri.
Elmira membuang nafasnya kasar, "sudah Elmira ... jangan terlalu berharap pada Juragan dari kota itu!" serunya lagi.
***
Reksa merebahakan dirinya di kasur, menerawang melihat ke langit-langit kamar yang kini ia tempati. Tiba-tiba ia tersenyum saat teringat gadis desa yang ia antarkan pulang tadi.
Elmira!Dia begitu cantik, kulitnya bersih dan bertutur kata sopan. Selama dua puluh tujuh usianya, tak sekalipun ada gadis yang bisa menyita perhatiaanya seperti sekarang ini."Elmira Amaria ... jika tak ada lelaki yang memilikimu maka aku-lah yang akan memilikimu." Gumam Reksa sebelum matanya terpejam dan mengantarkannya pada sebuah mimpi.
***
Matahari sudah terbit, saatnya bergegas untuk memulai aktifitas di hari ini.
Kediaman Ardi sudah ramai, para pelayan berseliweran membersihkan rumah, ada juga yang menyiapkan untuk sarapan."Selamat pagi, Tuan Reksa." Sapa Gendhis saat berpapasan dengan Reksa.
"Selamat pagi, Gendhis," sahut Reksa.
"Apa Anda sibuk hari ini? Rencananya saya akan mengajak Anda berkeliling desa ini," ucap Gendhis.
Reksa tampak berpikir, sepertinya tawaran Gendhis menyenangkan juga. Mungkin nanti ia bisa bertemu dengan Elmira di sana.
"Baiklah," sahut Reksa membuat Gendhis senang bukan main.
"Kalau begitu mari kita sarapan terlebih dahulu." Sahut Gendhis mengajak Reksa berjalan menuju ruang makan.
"Selamat pagi, Tuan Reksa. Apa istirahat Anda semalam nyenyak?" Tanya Ardi saat mereka sudah berkumpul di meja makan.
"Nyenyak. Tapi apakah sudah Anda temukan rumah untuk saya tinggali selama saya ada di desa ini?" tanya Reksa.
"Sudah ... nanti akan saya antarkan ke sana," ucap Ardi.
Ardi melihat mata putrinya yang berkedip ke arahnya dan juga melihat dengan tatapan memohon padanya.
"Oh, atau mungkin biar Gendhis yang mengantarkan Anda ke sana," kata Ardi menyadari permohonan putrinya.
"Iya Ayah, kebetulan saya dan Tuan Reksa setelah sarapan akan jalan-jalan mengelilingi desa," sahut Gendhis dengan riang.
Ardi menatap putrinya. Ia tersadar, nampaknya putri semata wayangnya ini sedang jatuh cinta pada tamunya.
Reksa mengangguk, "baiklah jika begitu. Siapa saja yang mengantar tak masalah buat saya," sahut Reksa.
***
Gendhis begitu antusias mengajak Reksa berkeliling desa. Semua gadis yang melihatnya tampak begitu iri karena Nona Gendhis bisa dengan mudah berdekatan dengan Juragan tampan yang dari kota itu. Sampai di sebuah sungai yang jernih airnya, Reksa mengamati satu persatu orang yang ada di sekitar sungai itu. Sampai akhirnya Reksa tersenyum ketika menemukan sosok gadis yang ia cari-cari. Gadis itu di sana, sedang bermain air dengan kedua gadis lain seumuran dengannya."Sungai di sini sangat jernih," Reksa mulai membuka suara."Iya Tuan, itu sebabnya saya mengajak Anda mampir di sini agar bisa melihat indahnya tempat ini." Sahut Gendhis dengan senyumnya yang merekah indah."Sebetulnya saya juga ingin bermain air di sungai seperti mereka. Tapi mereka dan saya berbeda. Mereka gadis desa biasa, sedangkan saya gadis dari keluarga terhormat anak seorang Juragan terhormat di desa ini." Ucap Gendhis mengamati aktifitas orang-orang desa di sungai. Ada yang mencuci, ada yang ma
Elmira mematut dirinya di depan cermin sambil melenggok ke kanan dan ke kiri."Sudah cantik," gumam Elmira mengagumi dirinya sendiri."Tapi apa aku tak berlebihan dandan seperti ini?" tanyanya pada dirinya sendiri."Ah masa bodoh. Lebih baik aku cepat ke sana." Ucap Elmira bergegas keluar kamar. Ia mencari keberadaan ayah dan ibunya untuk pamit keluar."Ayah dan Ibu ke mana, Dek?" tanya Elmira pada adiknya."Ayah dan Ibu pergi ke rumah Paman Sam," sahut Adik Elmira."Ya sudah. Kamu di rumah dulu ya, Kakak mau keluar sebentar.""Mau ke mana?" "Ada undangan makan malam dan Kakak harus hadir." Sahut Elmira lalu keluar rumah.Elmira menuju rumah Reksa menggunakan sepedanya yang telah diperbaiki. Tak butuh waktu lama k
Elmira pulang ke rumah sudah sangat petang. Ia berjalan mengendap-endap agar ayah dan ibunya tak tahu ia pulang selarut ini. Bisa kena marah ia nanti.Sampai di kamar, Elmira segera membersihkan dirinya dan mengganti pakaian. Ia berbaring di ranjang, menatap langit-langit kamar membayangkan bagaimana jika ia bersanding dengan Juragan Reksa.Elmira meraba bibirnya yang sedikit bengkak. Ternyata begini rasanya berciuman. Elmira tertawa sendiri mengingat kejadian tadi. Bagaimana bisa ia duduk di pangkuan Juragan Reksa. Bagaimana juga ia tanpa berpikir panjang langsung mau begitu saja saat Juragan Reksa menjamah tubuhnya, bahkan mengambil ciuman pertamanya. Bukankah ia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ciuman pertamanya tentu ia persembahkan hanya untuk suaminya kelak. Elmira menghembuskan nafasnya perlahan. Mungkin Juragan Reksa lah jodoh yang ia nanti. Apabila Juragan Reksa ingin meminangnya tentu Elmira tak akan berfikir dua kali untuk menerimanya. Malam ini Elm
Siang yang biasanya begitu terik, kini terasa dingin karena langit masih mendung setelah semalam hujan mengguyur desa. Untungnya pagi tadi hujan sudah berhenti membuat para petani bisa lega karena bisa berkerja ke ladang mereka.Sudah satu minggu Elmira menjalin kasih dengan Juragan Reksa. Tanpa diketahui orangtua juga kedua temannya, Elmira selalu menghabiskan waktu siang hingga sorenya di rumah Juragan Reksa. Memadu kasih selayaknya insan yang tengah dimabuk asmara.Elmira duduk seluntur di sofa panjang yang ada di kamar Reksa, tubuhnya bersender dalam dekapan hangat Reksa.Tok tok tok.Bunyi ketukan pintu terdengar, setelah suara Reksa yang mengintruksi menyilakan masuk, kini terlihat Haris datang menunduk tak berani melihat
Elmira berlari ke luar rumah melewati pintu belakang. Tampak Haris terkejut melihat kekasih dari Juragannya keluar lewat pintu belakang dengan berderai air mata.Haris ingin mengantarkan pulang, tapi Elmira sudah berlari menjauh. Haris menduga bahwa terjadi hal yang tidak menyenangkan di dalam sana. Tapi Haris tak berani masuk sebelum Reksa memanggilnya masuk.Sesaat kemudian Juragan Reksa menggiring Gendhis keluar dari rumah menuju mobil Gendhis yang sudah terparkir di halaman. Haris memberanikan diri mendekat ke arah Reksa."Maaf Tuan, tadi saya melihat Nona Elmira berlari sambil menangis keluar dari pintu belakang," ucap Haris membuat Reksa tampak terkejut."Ya Tuhan ... aku melupakan Elmira. Dia pasti mendengar semuanya dan juga melihat Gendhis mencumbuku," kata Reksa penuh penyesalan.Seharusnya tadi Reksa segera mengusir Gendhis agar cepat keluar dari rumahnya. Mungkin hal ini tak akan terjadi. Reksa ingin agar Elmira tahu dari mulutnya
Siang hari Gustaf dan Mirai pulang ke rumah lebih awal karena putri cantiknya sedang tak enak badan. Sampai di halaman depan rumahnya yang luas, Gustaf dan Mirai saling pandang karena ada sebuah mobil mewah terparkir di halamannya. Gustaf dan Mirai sudah sering melihat pemandangan ini karena tak jarang para pria kaya datang untuk meminang putrinya."Kali ini Juragan mana lagi yang akan meminang putri kita, Mirai?" ucap Gustaf.Mirai mengendikan bahunya pertanda tak mengerti. Mirai tersenyum pada suaminya. "Siapkan saja kata-kata untuk menolaknya. Kita hanya akan menikahkan putri kita apa bila putri kita sendiri yang berkenan menerima pinangan dari salah satu mereka," sambung Mirai."Iya, aku mengerti," sahut Gustaf.Gustaf dan Mirai masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu mereka melihat seorang pria tampan sedang mengobrol bersama Elmira."Elmira ...."
Tiba hari di mana Elmira akan melangsungkan pernikahan dengan Juragan Reksa, pria yang dicintainya. Elmira mematut dirinya di depan cermin. Ia begitu puas dengan riasan dari seorang juru rias yang didatangkan langsung dari kota. Begitu juga gaun pengantin Elmira, berwarna putih gading. Begitu indah pas di tubuhnya. Kamar Elmira sudah dihias seindah mungkin dengan bunga-bunga. Reksa dan Elmira melangsungkan pernikahan di halaman depan rumah. Karena halaman rumah Gustaf cukup luas."Aku turut bahagia untukmu, Elmira. Aku tak menyangka Juragan dari kota itu sebentar lagi akan menjadi suamimu," ucap Rani sambil tersenyum."Terima kasih, Rani. Aku berdoa semoga kamu cepat menyusulku menuju pelaminan," sahut Elmira."Tapi sebentar lagi kita tak akan bermain air lagi di sungai seperti dulu. Kau akan hidup di kota." Dian tersenyum namun juga menitikan air mata kebahagiaan juga kesedihan karena sebentar lagi Elmira akan ikut suaminya ke kota."Bukankah ini impianm
Pagi yang cerah, ah bukan. Ini sudah siang. Matahari sudah begitu tinggi saat Elmira membuka matanya. Elmira membenarkan selimut yang menutupi tubuhnya. Menengok di sebelahnya ada pria tampan yang kini telah sah menjadi suaminya. Mendadak wajah Elmira menjadi panas teringat pergulatannya tadi malam dengan juragan Reksa.Elmira bingung bagaimana ia pergi ke kamar mandi. Gaun yang kemarin ia pakai terlempar begitu jauh dari ranjang. Sedangkan kini tubuhnya hanya tertutup oleh selimut tebal yang membungkus jadi satu dirinya dengan Reksa. Mungkin ia harus lari menuju kamar mandi sebelum Reksa terbangun dan melihatnya berjalan tanpa busana. Pelan Elmira bergerak agar ranjangnya tak ikut bergoyang lalu membangunkan Reksa."Mau ke mana?" Elmira terkejut mendengar suara serak khas bangun tidur Reksa.Elmira mematung di tempat."Apa kau tidak men