Wajah di hadapan Kenan membeku, menatap lurus menembus kaca mobil. Ia tampak berusaha mengendalikan amarahnya.
"Maaf menempatkanmu pada situasi sulit tadi. Saya lepas kendali dan saya memanfaatkan ketidaktahuan Oma Rumi atas statusmu," ujarnya pelan berusaha mencairkan kebekuan. Ia merasa tak enak hati.
"Seharusnya kau jujur saja padanya," pungkas Kayla.
"Saya terbawa perasaan. Maafkanlah." Lelaki itu menunduk lesu.
"Lupakan, saya hanya ingin pulang," jawab Kayla menahan sesak menghimpit di dada. Malam ini ia berada dalam kubangan perasaan paling aneh dari semua rasa yang pernah hinggap.
Bangga, sedih, marah, dan bingung jadi satu. Bila tak mengingat anak-anaknya, mungkin ia akan memilih melajukan mobil entah berakhir di mana.
"Berikan nomormu. Just in case Oma ing
Seharusnya, benak Kayla menari-nari. Terlalu banyak kata seharusnya yang ingin ia tumpahkan. Tapi apa gunanya? Siapa yang akan mendengar keluh kesahnya selain angin malam? Apa yang dialaminya sekarang terasa sangat tidak manusiawi, membayangkan saja sangat mengerikan apalagi mengalaminya. Hanya demi anak-anak, Kayla memilih menahan amarah, malam ini. Malam sudah terlalu larut untuk keributan yang sangat mungkin mengganggu ketenangan mereka. Kedua manusia di hadapannya malah tertawa sinis melihat Kayla menahan amarah. Kayla tak sanggup menahan perih yang menusuk saat Leny menghina ayah ibunya di Subang. Menangis dalam diam, hanya itu yang bisa dilakukannya kini. I
Hati Kayla bagai diiris, ingat sang ayah yang mengendarai motor butut ke mana-mana. Bahkan harga tas Larissa yang dibelikan Bryan, jauh lebih mahal dari motor itu.Apa yang harus kulakukan? Dari mana harus memulai? Bagaimana melawan kesewenang-wenangan keluarga suami tanpa resiko kehilangan ke-4 buah hatinya? Kayla membatin."Selamat tidur, Kayla. Have a nice dream." Ponsel di tangan bergetar, sebuah pesan teks masuk.Walau tidak ada nama tertera, ia tahu siapa pengirimnya.Matanya nanar menatap barisan kata yang diakhiri emoticon bunga. Salahkah bila hatinya menghangat saat membaca rangkaian kata itu?Aaah.
"Sudah kutransfer ke rekeningmu yang baru, Kay." Suara seorang wanita di seberang telepon terdengar riang."Thanx, May. Maaf merepotkanmu."Keduanya tertawa puas membayangkan banyaknya uang mengendap aman di rekening yang baru dibuat Kayla tadi pagi. Ia memohon pada Leny agar menjaga anak-anak sebentar dengan dalih akan memasak makanan kesukaan Bryan dan ada beberapa bahan yang perlu didapatkannya di beberapa tempat berbeda. Akan lama sekali bila harus membawa ke-4 anaknya.Mayleen satu-satunya sahabat yang bisa dipercaya saat ini. Awalnya Mayleen menganggap Kayla sangat beruntung memiliki Bryan tetapi anggapan itu berubah ketika ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Bryan membentak Kayla di depannya ketika Mayleen sedang berkunjung ke rumahnya. Sejak i
Memikirkan hal itu mendadak rasa bersalah mendera hatinya. Bayangan wajah teduh Kayla yang menyembunyikan sesuatu kembali hadir di pelupuk matanya. Kayla, semoga kau baik-baik saja di sana."Huuuh.""Hey, kau tampaknya sedang memikirkan sesuatu?" tanya Lorina melihat Kenan menarik napas panjang lalu mengembuskannya kasar. Walau Lorina tahu apa penyebabnya tapi dia pura-pura tidak mengerti. Apalagi yang membuat Kenan-nya galau bila bukan wanita istimewa yang baru saja berlalu itu?"Duduk, yuuk," ajak Lorina seraya menyentuh tangan Kenan. Keakraban mereka sudah terjalin sangat lama, sehingga ia tidak merasa canggung terhadap Kenan. Lelaki itu tersentak hingga memundurkan tubuhnya.Sikap Kenan
Sesaat perasaan bersalah menyelimuti Kayla, mengingat ia tahu kebenaran tentang cincin itu. Ia tak pernah berbohong soal apapun pada Bryan. Walau sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan, tak pernah sedikit pun ia berpikir untuk membalas apalagi mengkhianati suaminya. Kayla sangat mengerti tidak ada sifat manusia yang sempurna, dalam kelebihan selalu ada kekurangan begitu juga sebaliknya dalam setiap kelemahan Bryan dia punya banyak kelebihan. Tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga tak pernah terabaikan.Walau tadi malam, apa yang dilihat Kayla di depan kamar tamu membuat ia bertanya-tanya, masihkah Bryan setia seperti sebelumnya?"Setelah menikah, kamu bukan lagi tanggungan ayah ibu melainkan suamimu. Untuk itu taatilah suamimu." Ucapan sang ibu terngiang selama sepuluh tahun membuat dirinya tak sanggup men
Mata Kayla mulai didera kantuk. Ia menguap berkali-kali. Setelah mengucapkan selamat tidur pada Mayleen, ia mulai memejamkan mata. Tiba-tiba teringat text dari Kenan yang belum dibalasnya. Ia kembali membuka mata dan menatap layar ponsel.Saat ini terlalu malam untuk sebuah percakapan, esok ia akan menghubungi Kenan dan meminta maaf atas sikapnya malam itu.Satu malam lagi akan berlalu, ia harus segera tidur. Kayla harus menjaga tubuh tetap sehat dan pikiran tetap waras. Masih ada kejutan sekali lagi bagi Leny dan Bryan yang ia siapkan.*"Nirwana akan tinggal di sini, Mas."Kayla menyambut kedatangan Nirwana, adik bungsu yang akan
Tak terima ucapan sang putra, Leny membanting pintu dan bergegas pergi."Aku tidak akan membiarkan perempuan kecil itu menjadi ratu di rumah putraku!" ujarnya geram.*"Bagaimana kabar gadis itu?" Rumini duduk di sebelah Kenan yang sedang menikmati sarapannya."Yang mana?""Yang mana lagi? Oma tidak mau tau soal gadis yang kau bawa ke kamarmu. Oma hanya mau tahu soal Kayla. Kenapa dia nggak ada kabar?"Kenan menghentikan suapannya dan berpikir ini mungkin waktu yang tepat untuk memberitahukan perihal siapa Kayla agar Rumi berhenti mengharapkannya namun ucapan Rumi selanjut
"Kayla, Mas minta maaf untuk semuanya. Mas akui kadang keterlaluan." Ucapan memelas ke luar dari mulut Bryan. Ia menatap punggung sang istri dan berdiri dengan pasrah. Tapi Kayla tahu siapa Bryan, ia hanya minta maaf bukan berarti akan berubah."Bukan kadang tapi sering, Mas. Ohya satu lagi, Kay tidak mau melihat mama dan Larissa di rumah ini lagi atau Kay yang pindah beserta anak-anak. Pikirkan baik-baik."Bryan terduduk di tepi ranjang seraya mengusap wajahnya dengan gusar dan membiarkan Kayla berlalu. Permintaan Kayla terlalu banyak namun ia tak punya pilihan.Kurang ajar wanita itu, harusnya ia mendengarkan nasihat Leny dulu agar menikahi putri sahabatnya yang sederajat dengan mereka. Bryan merutuk.