Home / Romansa / Sangkar Pernikahan / 8. Selalu Salah di Matamu

Share

8. Selalu Salah di Matamu

Author: DIHNU
last update Last Updated: 2021-02-22 21:25:07

“Nona Renata adalah kekasih Tuan.”

Jantung Danas berdegup dengan sangat kuat, gelas di tangannya digenggamnya dengan erat. Hatinya terasa sakit, seakan ada sebuah duri yang di tembakan langsung menuju dasar hatinya.

Rahasia besar seperti ini, sangat menyakitkan baginya. Air mata tanpa terasa membasahi pipinya, dengan cepat dihapus olehnya.

“Nyonya, anda tidak apa-apa?” tanya Marvin yang melihat istri tuannya menangis.

“Ya, tidak apa-apa, lanjutkan.”

Sejenak Marvin menatap gadis itu.

“Tuhan, kenapa Engkau memberikan cobaan untuk wanita yang begitu tegar hatinya. Harusnya, Engkau membuatnya menikah dengan pria yang bisa menghargai dirinya lebih dari dia menghargai dirinya sendiri,” batin Marvin merasa iba.

Dia menceritakan seluruh apa yang dia ketahui sambil melihat respon Danas, dia tahu gadis itu sangat terluka dan terpukul mengetahui segalanya.

Hanya ada senyuman paksa yang terbit di bibir Danas, tapi matanya tidak bisa berbohong jika dia terluka dengan seluruh penjelasan itu.

Hatinya terasa di remas begitu kuat, di iris, dan ditaburi oleh garam, begitu perih terasa, tentunya ada rasa sesak di dalam hatinya.

“Terima kasih telah memberitahuku semuanya,” ucap Danas.

Kini dia tahu mengapa suaminya membenci dan ingin dirinya menderita, hal itu pun menjadi pertanyaan bagi dirinya sendiri. Siapa adik suaminya, siapa yang membuatnya difitnah telah melakukan pembunuhan itu.

Dia berusaha untuk bangun, tapi kakinya tidak sanggup berdiri membuatnya menopang pada meja.

Marvin yang terus mengamati dari kejauhan berniat untuk menolong, tapi pria itu mengurungkan niatnya, sambil terus memperhatikan istri tuannya.

Dalam hatinya, dia merasa kasihan.

Danas duduk di tepi ranjang, menatap pria yang kini menjadi suaminya. Ketika melihat wajah pria itu dia selalu terhipnotis dengan ketampanan.

Pesona pria yang dikenalnya, sebelum pria itu membuat keluarga bangkrut sangat jauh berbeda. Pribadi yang ramah, selalu tersenyum, sosok itu tidak ada lagi dia temukan.

Hanya ada sosok yang dingin, tidak bisa di sentuh, serta kasar yang kini ditemui olehnya, sosok yang ingin sekali membuatnya menderita terus menerus.

Hatinya, tidak bisa berbohong jika masih ada secuil rasa yang mungkin akan terus menerus tumbuh jika dirinya bersama dengan pria itu.

Air matanya mengalir di pipinya, seketika di seka olehnya.

“Renata … kau di mana,” racau Langit dalam mimpi membuat air matanya seketika tidak terbendung lagi.

Dia tidak pernah membayangkan, jika pria itu memaksanya menikah hanya karena kekasihnya pergi seminggu sebelum pernikahan. Dirinya tidak membayangkan, dalam pernikahannya ada orang ketiga, atau sebenarnya dirinyalah yang orang ketiga itu.

Rasa sesak, dan air mata yang terus menerus tidak berhenti mengalir membuatnya memutuskan untuk mengurung diri di dalam kamar mandi dan menyalakan shower, serta mulai menangis dibawah guyuran air shower.

Tangisannya berhenti ketika terdengar suara pintu yang digedor dari luar dengan sangat kuat.

“I-iya, aku akan keluar,” serunya sambil melepaskan pakaiannya yang basah, kemudian memakai baju mandi berwarna abu-abu.

“Apa yang kamu lakukan di dalam, kenapa begitu lama membuka pintu.”

“A-aku mandi,” jawabnnya dengan terbata-bata, kemudian terburu-buru keluar dari sana membiarkan suaminya memakai kamar mandi.

Langit hanya menatap aneh pada gadis itu, sekilas pria itu melihat ke arah pakaian basah yang terlihat di sana, bahkan peralatan mandi pun tidak tersentuh sama sekali.

Tapi pria itu tidak menghirau apa yang dilakukan oleh Danas, dia lebih memilih untuk membasuh wajahnya. Sesekali dia menghembuskan nafas, kemudian mengendusnya.

Jelas tercium aroma alkohol yang kuat dari nafasnya.

Danas segera memakai pakaian, ketika melihat suaminya berada di dalam kamar mandi, dia tidak ingin pria itu melihatnya tengah berganti pakaian.

Ketika Langit keluar, mata pria itu melirik ke arah Danas yang tengah mengeringkan rambutnya, memperlihatkan leher jenjangnya.

Ada perasaan kesal, ketika melihat hal itu.

“Apa dia sedang menggodaku saat ini?” batinnya melihat istrinya yang tengah duduk di meja rias.

Langit berjalan mengambil air mineral di dalam kulkas, tapi matanya tidak lepas melihat Danas.

“Sial, apa aku tergoda dengannya?” umpatnya sambil membuka penutup botol dengan keras.

Malam hari, sangat ramai tapi mereka memilih untuk tidak keluar. Bahkan selama semalam, mereka tidak berbicara sepatah katapun, Langit yang sibuk dengan gadgetnya, sedang Danas yang sibuk dengan menonton tv.

Bahkan mereka pun tidur terpisah. Danas tidur di sofa, sedangkan Langit tidur di ranjang.

Mini dress, rambut tergerai, serta topi bulat adalah style yang dipakai oleh Danas saat ini. Marvin memberitahunya, jika mereka akan jalan-jalan, karena itu dia memilih pakaian yang simple dipakai. Mini dress yang digunakan pun, dibelinya tiga tahun lalu sebelum ayahnya bangkrut, tapi masih pas dipakai olehnya.

Senyuman terbit, ketika menyusuri jalanan yang dilewati oleh mereka, sedangkan Langit yang melihat hal itu berdecak kesal.

Segala tentang Danas, tidak disukainya, senyumnya, bahkan kegembiraan yang tengah dirasakan oleh Danas.

Pikirannya tengah melayang mengingat kenangannya bersama dengan Renata, gadis pujaan hatinya, memikirkan gadis itu membuatnya tersenyum dan sedih disaat bersamaan.

Setelah puas mendatangi tempat wisata, mereka pun memilih untuk beristirahat sambil mengisi perut mereka di sebuah restoran.

Danas memesan makanan menggunakan bahasa Jerman, membuat Langit dan Marvin merasa heran bagaimana gadis itu begitu lancar menggunakan bahasa Jerman.

Mengingat Danas yang sejak tadi sering mengobrol saat di jalan, membuat Marvin mengerti jika istri tuannya menguasai bahasa Jerman.

“Tuan Langit?” sapa seseorang mendekat ke meja mereka.

Danas melihat ke asal suara yang menyapa suaminya. Seorang pasangan suami istri yang tengah bergandengan tangan. Seorang pria lanjut usia, bahkan rambutnya pun telah dipenuhi dengan uban.

Langit tidak merespon, pria itu baru merespon ketika Marvin memperkenalkan pasangan itu, jika mereka adalah klien penting perusahaan mereka.

“Apa anda sedang perjalan bisnis?” tanya pria itu.

“Tidak.”

Pandangan mata pria itu terlihat ke arah Danas yang duduk di depan Langit.

“Apa dia adik anda? Aku dengar anda memiliki seorang adik, aku tidak tahu jika dia sangat cantik,” ucap pria tua itu membuat raut wajah Langit berubah. “Apa dia memiliki pacar? Jika belum, aku ingin memperkenalkan—“

“Tidak, dia istriku, bukan adikku.” Langit memotong perkataan pria itu.

“I-istri? Wah, aku minta maaf. Aku tidak tahu, jika anda telah memiliki seorang istri, dia cantik sekali, sangat cocok menjadi pendamping anda.”

Langit tersenyum paksa.

“Kami belum lama menikah, kami datang untuk bulan madu,” jelas Langit. “Benarkan sayang?” Pria itu melihat ke arah Danas membuat gadis itu ikuti tersenyum, tentunya senyum paksa.

“K-kami minta maaf, jika telah mengganggu waktu kalian. Kami permisi, silahkan nikmati bulan madu kalian,” ucap pria itu kemudian beranjak dari sana.

Danas melihat wajah suaminya yang jelas tengah emosi. Makan siang pun batal karena itu.

“Siapkan penerbangan malam ini.”

Perintahnya seketika membuat Marvin membulatkan matanya.

“A-apa anda serius, ingin kembali?”

“Ya.”

“Baik, aku akan mempersiapkan semuanya.”

Danas menundukan pandangannya, sambil mengepal erat tangannya yang berada di bawa meja.

“Kau puas, menghancurkan hidupku?” tanya Langit membuat gadis itu melihat ke arahnya.

Sejenak mata mereka saling bertemu, sebelum Danas kembali menunduk.

“Aku akan selalu salah di matamu,” batinnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sangkar Pernikahan   S2-16 Rencana Langit yang Misterius

    "Kau pasti bercanda dia bertemu dengan Langit," desis Jagad, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa cerita tersebut hanya sebuah kesalahpahaman belaka.Jagad merasakan detak jantungnya cepat saat mendengar cerita Davina. Matanya terbelalak, dan kepalanya seakan dipenuhi oleh bisingan yang mengaburkan pikirannya. Zanetra, cahaya dalam hidupnya, saat ini Jagad mungkin tengah terancam oleh sosok Langit. Wajahnya pucat dan dadanya sesak saat memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.“Aku tidak bohong Kak. Untung apa aku berbohong soal ini, huh?”“Ini yang aku takutkan jika aku tidak bersamanya,” keluh Jagad, wajahnya terlihat khawatir.“Kakak cepatlah ke Indonesia, kalian harus segera menikah. Kau harus segera menikah agar pria itu tidak memiliki kesempatan untuk mendekati Danas.”“Jangan pernah menyebutnya dengan nama itu lagi, Davina. Namanya bukan Danas, dia Zanetra, apa kau lupa?”

  • Sangkar Pernikahan   S2-14. Aku Yakin Itu Dia

    Mata Zanetra terbelalak saat seorang pria yang tidak dikenalinya memeluknya dengan hangat. Tidak pernah ada perasaan hangat seperti yang saat ini dirasakan. Dia merasa ada getaran aneh di antara mereka, sesuatu yang sulit dijelaskan.“Danas, aku merindukanmu.” Langit semakin mempererat pelukannya seakan tidak ingin melepaskan pelukannya.Langit ingin waktu berhenti sesaat, dia tidak ingin melepaskan pelukannya. Kerinduannya hampir tidak bisa dibendung, saat melihat wanita yang mirip istri, langkah kakinya tidak bisa dihentikan, akal sehatnya tidak terpakai hanya ada satu yang terpikirkan saat itu juga. Memeluk.Marvin terkejut dengan tindakan Langit, dia juga terpaku melihat sang nyonya, bukan wanita yang mirip tapi benar-benar sang nyonya-Nyonya Danas.Bagi Zanetra, ini adalah paling gila karena ada yang menganggapnya sebagai Danas bahkan sampai memeluk. Kenyamanan itu membuatnya hampir lupa diri jika pria yang memeluknya adalah pria asing.

  • Sangkar Pernikahan   S2-13. Akhirnya Bertemu

    "Kamu sudah siap, Zane?" tanya Davina sambil tersenyum hangat.Zanetra tersenyum, meskipun ada keraguan di matanya, dia hanya menganggukan kepala."Tentu saja Nona Davina. Ayo kita mulai petualangan kita!" Lisa terlalu bersemangat melebihi dua orang lainnya, seakan tidak merasakan kelelahan.Mereka berjalan melalui jalan-jalan kecil di sekitar perumahan, mencicipi makanan lezat yang dijajakan oleh pedagang kaki lima. Davina membimbing mereka dari satu tempat ke tempat lain, menjelaskan dengan penuh semangat tentang makanan-makanan khas Jakarta."Jakarta itu keren banget!" ujar Lisa. "Aku suka suasananya yang ramai dan penuh energi.""Iya. Jakarta memang kota yang tak ada habisnya untuk dijelajahi." Timpal Davina.Mereka berhenti di sebuah gerobak jajanan kaki lima. Davina memesan nasi goreng, Zanetra memesan bakso, dan Lisa memesan martabak. Mereka duduk di pinggir jalan sambil menikmati makanan mereka."Aku suka nasi gorengnya," kata

  • Sangkar Pernikahan   S2-12 Melihat Danas

    “Wanita kemarin mirip Danas,” gumamnya. “Tapi tidak mungkin itu Danas. Huh!”Langit duduk di ujung meja panjang yang terbuat dari kayu, ruangan rapat yang terasa semakin sempit dengan setiap helaan napasnya. Wajah-wajah yang mengelilinginya tampak cemas, semua orang tahu betapa pentingnya rapat ini bagi perusahaan mereka. Dan di tengah-tengah kesibukan itu, Langit merasa sepertinya ada yang tidak beres.Dia merenung dalam-dalam, pikirannya terusik oleh seorang wanita yang baru saja ia lihat di bandara beberapa hari yang lalu. Wanita itu sangat mirip dengan istrinya. Meskipun dia tahu bahwa itu hanya kebetulan, namun hatinya terasa begitu berat.“Pak!” Maarvin berbisik, dia bahkan lupa jika dirinya saat ini tengah berada di ruang rapat. Terlihatsemua orang di dalam ruangan menegang, takut membuat kesalahan dan menjadi pelampiasan kemarahan Langit."Lanjutkan saja," kata Langit, berusaha menenangkan diri. "Saya hanya sedi

  • Sangkar Pernikahan   S2-15. Buna Baru

    Langit menghela nafas panjang saat menarik pegangan pintu rumahnya. Harinya telah berlari begitu cepat, meninggalkan jejak kelelahan yang merambat di setiap serat ototnya. Seiring langkahnya merangkak masuk ke dalam ruangan yang tenang, seberkas senyum kecil menghampirinya dengan langkah-langkah gemulai."Papa!" seru Cahaya dengan riang.Langit tersenyum dan memeluk Cahaya dengan erat. Rasa lelahnya seketika hilang ketika melihat senyum putri kecilnya."Cahaya!" serunya, merasakan hatinya menghangat hanya dengan melihat putri kecilnya itu. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini sendirian?"Cahaya, dengan balutan gaun merah muda yang menggemaskan, merengkuh lehernya dengan gembira. Langit merasakan segala kekhawatiran dan kecemasan yang menjeratnya sepanjang hari itu, mulai mencair seketika. Dia menggendong Cahaya dan berjalan menuju ruang keluarga, tempat kemudian ia duduk di sofa dan menaruh Cahaya di pangkuannya."Daddy pulang, ya?" tanya Cahaya, mata cokelatnya yang lucu menatap taj

  • Sangkar Pernikahan   S2-11. Penyebab Hilang Ingat

    Suara dentingan pisau terdengar beradu, aroma rempah-rempah dan daging yang dipanggang menyebarkan keharuman yang menggugah selera. Zanetra, dengan wajah penuh konsentrasi, berdiri di depan kompor sambil mengaduk adonan yang sedang dimasak.Saat sedang asik memasak, Zanetra merasa sentuhan lembut di pinggangnya. Langkah Jagad yang pelan membuatnya mendekati Zanetra tanpa terdengar. Dengan lembut, dia melingkarkan tangannya di pinggang Zanetra, membuatnya melompat kaget.Tubuhnya mendadak bergetar, dan ia hampir saja berteriak histeris. Tapi, saat ia melihat wajah lelaki yang memeluknya dengan erat, rasa terkejutnya berubah menjadi senyuman hangat.“Kak Jagad, kau membuatku kaget!” serunya, sambil melepas spatula yang dipegang.Jagad mengendus apa yang sedang dimasak, dagunya diletakan di atas bahu wanita itu, sambil mempererat pelukan, Jagad tidak lupa mengambil kesempatan mencium lembut leher Zanetra."Kau kembali lebih awal!" seru Zanetra. "Aku pikir kau akan pulang terlambat malam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status