Bab 7
“Mama tutup mata dulu yah?” kata Bastian sambil mengeluarkan dasi panjang berwarna hitam dari saku jasnya.Mira tertawa melihat kelakuan putranya. “Tapi untuk apa?” tanyanya dengan santai, tidak bersedia bekerja sama.“Ma!” seru Bastian dengan wajah merajuk.Mira tertawa lagi kemudian menuruti keinginan Bastian. “Baik, baik, Mama menurut,” sahutnya dengan hati yang meleleh melihat wajah anaknya yang merajuk.Bastian tersenyum dan berjalan ke belakang mamanya. "Nanti Bastian akan menggendong Mama ke dalam," kata Bastian sambil mengikat mata mamanya.Mira terkejut dan mengingatkan Bastian dengan cepat. “Bas! Mama mengenakan rok pendek!” serunya mencoba membuka penutup matanya.Bastian langsung menahan tangan mamanya yang lentik. “Bastian akan menutupinya, Mama tenang saja,” kata Bastian sambil terkekeh melihat kepanikan mamanya yang sangat modis ini. Meski umurnya tidak lagi muda tapi mamanya selalu berpenampilan modis dan fashionable.“Baiklah,” kata Mira seraya menghela napas lega. Dia mempercayai kata-kata putranya yang menenangkan.Rendi menunggu rekan bisnisnya di dalam mobilnya yang terparkir di depan restoran. Ia melihat amplop coklat yang diberikan informannya siang ini. Ia membuka dan melihat-lihat foto-foto yang diambil informannya untuk melengkapi data yang telah ia kumpulkan. Ia merasa puas dengan hasil kerja informannya.Bayangan semalam mengusik dan membuat dia mengerang tanpa sadar sambil mengelus bibirnya. Saat ia membuka mata, ia seperti bermimpi karena melihat Mira dengan jelas di depan matanya!Keningnya mengerut saat melihat Mira tidak datang sendirian, melainkan dia datang bersama dengan pria-pria muda yang tampan! Ia mengumpat kesal! Jadi dia memang suka daun-daun muda seperti itu!“Biar aku saja,” kata Aldo tanpa menunggu jawaban Bastian langsung menggendong tubuh ibu dari sahabatnya ini dengan cepat. “Kau tutupi bagian paha Mamamu dengan jasmu, Bas,” lanjut Aldo dengan cepat memberi instruksi kepada Bastian lagi.Bastian kaget melihat inisiatif sahabatnya yang langsung menggendong tubuh mungil mamanya di depan matanya. Ia berpikir sebentar kemudian mengangguk seraya membuka jas mahalnya untuk menutupi paha mamanya yang terbuka.“Siapa ini?” tanya Mira dengan gugup.“Ini Aldo, Tante,” kata Aldo dengan cepat menenangkan tante Mira.“Oh, Aldo, Tante kira siapa!” kata Mira seraya tersenyum lega.Bastian memberi isyarat kalau dia akan berjalan duluan dan mengatur penyambutan mamanya.Aldo mengangguk setuju ke arah Bastian.“Selamat ulang tahun, Tante,” kata Aldo sambil menatap wajah cantik milik tante Mira yang berada di dalam gendongannya. Ia tidak menyangka dan sudah bersiap bila ditegur oleh Bastian atas tindakan lancangnya, menggendong tante Mira saat ini. Ia lega Bastian tidak mempermasalahkan hal ini dan membiarkannya membawa mamanya seperti ini.“Terima kasih, Aldo,” ucap Mira merasa sangat nyaman berada di dalam pelukan sahabat anaknya ini. “Tante tidak menyangka waktu berjalan terlalu cepat. Tau-tau kalian sudah dewasa dan bisa menggendong Tante sekarang,” lanjutnya lagi sambil terkekeh.“Apa Tante tidak senang melihat kami beranjak dewasa?” tanya Aldo dengan jantung berdebar kencang.Kening Mira mengerut mendengar detak jantung Aldo yang terlalu kencang. Apa dia seberat itu? tanyanya dalam hati dengan perasaan was-was.“Tentu senang sekaligus sedih. Sebentar lagi kalian akan sibuk dengan dunia kalian sendiri dan memberi sedikit waktu untuk Tante,” sahut Mira seraya menghela napas sedih.“Apa Tante akan merasa sedih dan kesepian?” tanya Aldo dengan ragu.Mira terkekeh seraya menggeleng. “Tidak, Tante tidak pernah kesepian. Tante memiliki teman-teman Tante di sisi Tante," kata Mira dengan kening mengerut lagi. "Apa kau tidak berat harus menggendong Tante seperti ini?” tanya Mira memastikan. "Kau bisa menurunkan dan membimbing Tante berjalan," kata Mira saat mendengar detak jantung Aldo yang kencang sampai terdengar di telinganya!Aldo berjalan sepelan mungkin agar mereka lebih lambat sampai. Ia ingin menikmati momen yang sudah menghiasi malam-malamnya. “Tante sangat langsing dan mungil, tentu saja Aldo tidak merasa berat. Berat badan Tante bagi Aldo seperti menggendong kapas,” sahutnya seraya terkekeh sambil menahan hasrat mencium tante Mira yang saat ini bisa ia amati dari jarak dekat dan dalam posisi yang intim!Mira tertawa mendengar kata-kata manis Aldo. "Kata-katamu manis sekali Aldo, kau perlu mengajari Bastian membohongi Tante seperti ini!" sahut Mira merasa tidak layak mendapat pujian dari Aldo.“Kita sudah hampir sampai,” kata Aldo sambil terkekeh lagi.Rendi menggeram kesal!Tampaknya dia dan kekasih mudanya membuat pesta kejutan karena mereka menutup kedua mata Mira dengan kain penutup sebelum digendong dan Rendi tidak menyangka akan bisa bertemu dengan Mira lagi dalam waktu sesingkat ini!Ia merasa geram saat melihat Cindy yang bernama asli Mira, seorang pengusaha dan pebisnis ternama di gendong dengan mesra dan dibawa masuk ke dalam restoran italia. Tanpa sadar ia keluar dari dalam mobil, berniat menghampiri Mira dan teman prianya itu tapi niatnya terhalang dengan kedatangan rekan bisnisnya.“Maaf, apa kau sudah lama menunggu?” tanya Damian dengan wajah merasa bersalah tapi agendanya hari ini memang sangat padat untuk menerima temu janji dadakan seperti ini.“Tidak terlalu,” sahut Rendi dengan wajah kesal.“Maaf, maaf yah," sahut Damian seraya mengatupkan kedua tangannya ke depan dada untuk menenangkan Rendi.Rendi menyadari kalau Damian sudah salah paham! "Tidak, bukan karena hal ini aku murung," kata Rendi seraya menenangkan Damian."Syukurlah kalau begitu. Bagaimana kalau kita naik ke dalam mobilku saja, sopirmu bisa mengikuti kita dari belakang. Jadi kita bisa membicarakan sedikit bisnis baru yang akan kita kerjakan bersama di dalam mobil,” kata Damian memberi masukan.Sebenarnya Rendi keberatan karena ingin menemui Mira saat ini juga tapi ia merasa kalau kedatangannya akan membuat canggung suasana pesta karena itu ia memutuskan untuk menahan diri dan mengikuti rekan bisnisnya masuk ke dalam mobil.Penutup mata Mira dibuka dan banyak letusan confetti dinyalakan secara serentak ke arah Mira.Mira tersenyum melihat begitu banyak keluarga dan juga kepala karyawannya datang untuk merayakan hari ulang tahunnya. Mira mengatupkan kedua belah tangannya di depan dada sebagai ungkapan tanda terima kasih dan menghargai kedatangan mereka semua di pesta kejutannya.Ia memeluk satu persatu saudara dan mantan ibu dan ayah mertuanya dengan senyum sumringah dan juga haru karena mereka sudah bersedia hadir.“Terima kasih, Ayah, Ibu,” kata Mira sambil menyambut kedatangan mereka.“Terima kasih sudah mengundang kami,” sahut Linda dengan lembut dan memberikan kadonya kepada Mira.“Kenapa perlu memberi kado, Bu?" sahut Mira merasa terharu."Pakailah meski tidak mahal tapi Ibu memesankan khusus untukmu," kata Linda dengan lembut."Ibu kenapa berkata seperti itu? Kado dari Ibu sudah pasti kupakai,” kata Mira dengan tulus.“Hari ini Ibu memasak hidangan ulang tahun tapi kau tidak datang ke rumah bersama Bastian seperti tahun sebelumnya,” sahut Linda memberitahu Mira.“Maaf Ibu, aku …” kata Mira merasa tidak enak hati mendengarnya. Seharusnya dia tidak menginap di kamar hotel semalam!“Untunglah Bastian menghubungi dan memberitahu kami tentang pesta kejutan ini,” kata Linda sambil menepuk tangan Mira dengan lembut.“Terima kasih karena Ayah dan Ibu bisa menyempatkan waktu untuk datang ke sini,” kata Mira dengan ramah.“Meski Teo sudah tidak ada tapi kami sudah menganggapmu sebagai putri kandung kami sendiri, Mir,” kata Ronald memberitahu Mira.“Terima kasih, Ayah, Ibu,” sahut Mira sambil menyeka air mata harunya.“Mir, …” panggil Linda dengan tatapan menggoda.“Iya Bu, ada apa?” tanya Mira dengan kening mengerut.“Di hari ulang tahun ini, apa kau masih sendiri?” tanya Linda dengan hati-hati.Bab 21Mira menggeleng dan segera menarik diri, menjauh dari Peter. “Peter, maaf …” katanya merasa tidak bisa memaksakan perasaannya lagi. Ia telah mencoba tapi ia tidak bisa merasakan getar yang sama seperti yang ia rasakan pada malam itu! Apa perasaannya muncul hanya karena efek obat yang diberikan teman-temannya malam itu? Apa benar hatinya benar-benar telah mati? tanya Mira merasa sedih dalam hati.Peter mengamati situasi dan segera menenangkan Mira. Ia menarik senyumnya dengan hati-hati dan lembut lebih mencoba untuk menghibur dirinya sendiri. “Tidak apa, …” kata Peter berusaha mengerti situasi yang terjadi tapi tidak berniat melepas “Peter, aku mengundangmu ke sini ...," kata Mira sambil mengatupkan bibirnya merasa tidak enak meneruskan ucapannya tapi ia harus melakukannya."Katakanlah," ucap Peter menenangkan Mira yang terlihat gugup saat ini. "Aku mau meminta maaf atas apa yang terjadi pada malam itu, teman-temanku …” kata Mira lagi berusaha memberitahu Peter tentang kenakal
Bab 20 Karena tidak bisa menghubungi Mira, akhirnya Rendi menghubungi Peter dan mengumpatnya tanpa ragu. “Apa yang kau lakukan? Kau tahu Mira milikku!” Peter tersenyum ke arah Mira lalu berdiri dari tempatnya duduk. Ia permisi untuk menerima telepon dari Rendi di halaman samping agar Mira tidak bisa mendengar teriakan Rendi di ponselnya. “Sabar Bung,” sahut Peter sambil menertawakan keberuntungannya. Ia menatap ke arah Mira yang sedang berkonsentrasi menyiapkan makan siang untuk mereka berdua. Rendi mengumpat Peter dengan kesal. Peter menenangkan Rendi sambil menahan emosinya. “Nyatanya kau dan Mira hanya terlibat cinta satu malam. Kalian tidak berpacaran sampai sekarang, jadi jangan salahkan aku kalau sekarang Mira lebih memilihku di banding melanjutkan pertualangan kalian. Semua itu hanya kebetulan dan tidak perlu diambil serius, Ren. Aku saja pacarnya sekarang tidak mengambil serius tentang cinta satu malam kalian itu ...” Rendi mengumpat Peter dengan penuh kemarahan. “Peter,
Bab 19 Matias menghela napas lega saat masih sempat bertemu dengan nyonya kesayangannya, Mira. “Nyonya," sapanya sambil terengah. "Tadinya saya pikir anda sudah pergi,” lanjutnya di sela engahannya. Rendi menatap tidak suka ke arah pria muda yang menyapa Mira dengan wajah berseri-seri. Sudah dipastikan kalau mereka memiliki hubungan yang sangat akrab. “Sebentar lagi, saya akan pergi. Cepatlah makan di dalam.” Matias menggeleng. Ia ingin berbincang dengan nyonya kesayangannya sebelum beliau pergi. “Saya sudah makan, ini …” “Ini investor di proyek terbaru perusahaan,” jawab Mira memperkenalkan mereka berdua. Matias dan Rendi dengan enggan mengulurkan tangan dan menyebutkan nama mereka masing-masing. Mira mengamati keanehan yang sangat terasa di depannya ini. Kenapa mereka begini? tanya Mira dengan heran dalam hati. “Apa Nyonya sudah selesai? Saya akan mengantar anda pulang seperti biasanya.” Rendi mendehem dan segera maju untuk menghalangi Matias mendekati Mira. “Dia bersamaku,
Bab 18Rendi tidak menyangka kalau Mira ternyata sangat donatur sekali! Dia bukan hanya sekedar menyumbang ke yayasan panti asuhan yang dimiliki suster Margareta tapi dia juga rela memberikan ladang emas kepada yayasan yang dikelola oleh para suster yang sedang menyambut kedatangan Mira dengan wajah penuh antusias. “Kau membangun sekolah. Berinvestasi?” tanya Rendi merasa Mira telah dimanfaatkan secara tidak sadar!Suster Margareta segera menggeleng dan mewakili Mira menjawab pertanyaan rekan bisnisnya ini. “Seharusnya seperti itu tapi Nyonya Mira tidak pernah mau menerimanya dan meminta kami terus mengelolahnya hingga menjadi besar seperti ini.”Well hal ini sangat tidak biasa dilakukan seorang pengusaha kepada sebuah yayasan panti asuhan! Bisa dikatakan, mereka sangat beruntung bisa bertemu donatur yang jenius seperti Mira! rendi merasa ada sesuatu yang salah di sini tapi ia belum tahu apa itu!Ia mengira mereka akan meminta sumbangan lagi kepada Mira tapi nyatanya tidak demikian.
Bab 17“Apa ini pertemuan bisnis?” sindir Rendi sambil menatap dingin ke arah Mira dan Aldo.Mira berpura-pura polos dan menanggapi sindiran Rendi saat ini. “Tentu, kenapa bertanya?” sahutnya dengan sikap yang profesional.“Kau membawa …”“Aldo di sini sebagai direktur marketing. Tentu dia harus hadir dalam pertemuan ini, bukan? Dia yang akan menjadi ujung tombak usaha ini, Pak Rendi.”Rendi kembali menanggapi dengan tatapan sinis dan mengangguk-angguk seakan bisa menerima penjelasan Mira dan sudah bisa menebak apa yang dilakukan Mira saat ini! Ia berbisnis tapi tidak mau meninggalkan kesenangannya apalagi dia mungkin tahu kalau putranya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasih mudanya ini.“Direktur marketing, well oke. Kalau begitu silahkan dimulai!”Stevanus buru-buru memberi isyarat kepada sekretarisnya untuk menghidupkan layar sentuh dan memulai presentasinya.Sepanjang presentasi Rendi lebih banyak memperhatikan Mira dan Aldo dibanding penjelasan yang diberikan Stevanus kepad
Bab 16 Hati Mira resah menantikan pertemuannya dengan Rendi besok pagi. Ia bingung dan menjadi gugup ketika sampai di rumahnya. Sendiri tanpa Bastian yang sudah kembali ke dalam apartemennya. Ia merenung merasa tidak nyaman dengan perasaan asing yang menguasai jiwanya saat ini. Kenapa dia bisa merasakan ketertarikan yang luar biasa terhadap Rendi? tanya Mira sambil menuangkan cairan sampanye dalam gelas kristalnya.“Ada apa dengannya?!” pekik Mira merasa tidak mengerti apa yang terjadi padanya saat ini. Ia menyesap sampanyenya dan berharap minuman itu bisa menenangkan syaraf-syarafnya yang tegang. Entah kenapa perasaan bersalah menderanya saat teringat tatapan Rendi saat tangan Aldo secara tiba-tiba merangkul pinggangnya! Mira menggeram seraya meremas wajahnya. “Anak Nakal itu! Kenapa dia melakukannya!” erang Mira malah menyayangkan hal itu!“Perasaan apa ini?” tanya Mira merasa tidak mengerti dengan perasaan yang sedang menderanya saat ini. Sebenarnya ta