Home / Romansa / Satu Malam Bersama Calon Besan / Bab 6 memutuskan untuk lupa

Share

Bab 6 memutuskan untuk lupa

Author: Lucy Ang
last update Last Updated: 2023-06-20 18:47:18

Bab 6

“Begitu saja!” seru Santi merasa sangat menyayangkan kalau sampai Mira mengambil keputusan seperti itu.

Mira menelan air ludahnya dengan susah payah. “Aku tidak mungkin menjalin hubungan serius di umurku yang sekarang ini, bukan?” sahut Mira menjadi ragu dengan keputusannya sendiri.

“Kata siapa tidak mungkin? Umurmu bahkan belum mencapai 50 tahun!” seru Tari memberi dorongan semangat kepada Mira.

“Tiga tahun lagi aku akan mencapainya!” serunya mengingatkan Tari dengan tatapan histeris dan menahan malu.

“Kita ini awet muda, keturunan vampire yang tidak akan menua, jadi tidak perlu mengkhawatirkan hal itu!” sahut Santi seraya menenangkan Mira.

Mira tertawa mendengar ucapan Santi yang sembarangan. Ia menggeleng pada akhirnya. Dia sadar kalau itu hanya harapan semu belaka. Sebagai pembisnis sukses tidak mungkin dia mau mengorbankan reputasinya dengan kisah cinta di masa setengah tuanya.

“Tidak. Bagiku semalam itu sudah cukup. Sekarang aku akan berusaha untuk tetap melupakan pengalaman liar semalam dan menjalani kehidupan normalku kembali,” kata Mira sambil menarik senyum simpul.

“Cukup? Bagaimana mungkin cukup! Apa kau tidak mengingat pertempuranmu semalam itu? Kalau kau tidak ingat, cobalah dengar rekaman suaramu dan pria pilihanmu itu, siapa tahu kau akan berubah pikiran dan mencari tahu!” seru Jenni sambil mengguncang tubuh Mira seolah berusaha menyadarkan sahabatnya ini yang terlalu kalem menurutnya.

Mira menghentikan Jenni sambil menatapnya dengan tatapan serius. “Sudah kukatakan, Jen kalau aku benar-benar tidak ingat kejadian semalam!” ucap Mira dengan tatapan serius.

“Kau berbohong, bukan? Masa iya durasi panjang begitu tidak ada yang teringat sedikitpun di benakmu! Kalian begitu hot semalam! Aku saja langsung merindukan Rafael karena mendengar desahan dan erangan kalian yang begitu panas semalaman!” seru Santi menimpali dengan tatapan kagum.

Mira mengusap wajah Santi yang hampir meneteskan air liur saat mengatakan hal itu kepadanya. “Sumpah, aku sungguh tidak berbohong! Saat ini, di benakku, hanya ada bayangan kosong. Yang kuingat kalau kalian merayakan ulang tahunku di diskotik. Kita bersenang-senang lalu puing! Terhenti begitu saja di sana!” sahut Mira dengan jujur.

Jenni, Reni. Tari, Santi langsung mengeluh dan menyayangkan hal itu!

“Maaf,” kata Mira merasa telah menyia-nyiakan usaha teman-temannya.

“Sudahlah, jangan pikirkan lagi. Otakmu mungkin tidak mengingat tapi tubuhmu tidak mungkin bisa melupakan sensasi semalam, percayalah dan jangan khawatir. Pelan-pelan, kau akan mengingat dengan sendirinya,” kata Reni berusaha menghibur Mira.

"Apa sih yang kau katakan ini!" seru Mira sambil melempar Reni dengan handuk dengan ekspresi wajah yang memerah.

Reni tertawa sambil menangkap handuk Mira kemudian menjulurkan lidahnya sambil menertawai wajah Mira yang memerah karena malu.

“Kalau begitu kau juga tidak ingat wajah pria yang menghabiskan malam bersamamu?” tanya Tari dengan hati-hati.

“Salah satu peserta yang kalian kumpulkan, bukan? Salah satu anak muda itu, aku ingat. Tapi yang mana aku tidak ingat!” seru Mira merasa sangat malu saat mengingatnya, rata-rata usia para pemuda itu hampir seusia putranya!

Semua orang menghela napas frustasi dan langsung menggeleng serentak dengan wajah serius.

Kening Mira mengerut bingung. “Lalu dengan siapa aku bercinta tadi malam!” seru Mira dengan histeris dan mengejar semua sahabatnya dengan geram.

“Kau memilih pria lain!” seru Jenni menghindari kejaran Mira.

"Itu pilihanmu sendiri, bukan salah kami!" seru Santi menimpali.

"Iya, benar! Kami sudah berusaha mencegahnya tapi kau yang tidak mau mendengarkan kami!" seru Tari sambil berteriak menghindari kejaran Mira yang membabi buta.

“Pria lain!” seru Mira sambil menunjuk teman-temannya dengan tatapan geram.

Jenni mengangguk. “Tampan memang harus kuakui tapi umurnya sudah jelas di atas kita,” kata Jenni masih mengingat jelas ketampanan pria pilihan Mira semalam.

“Luar biasa!” sergah Mira sambil mengusap wajahnya dengan putus asa.

“Memangnya ada apa lagi?" tanya Tari merasa penasaran dan mendekati Mira yang sedang terduduk di lantai rumahnya dengan ekspresi memelas.

“Aku mengira kalau aku menghabiskan malam bersama salah satu anak muda itu!” sahutnya dengan jantung yang berdebar kencang.

“Jadi?” tanya Jenni dengan penasaran.

“Aku meninggalkan uang saku di atas nakas untuknya, apa menurutmu dia akan membunuhku kalau bertemu denganku di tengah jalan?” tanya Mira sambil memasukkan bibirnya ke dalam mulutnya dengan ekspresi cemas.

Jenni, Reni. Tari, Santi saling menatap satu sama lain kemudian tertawa terpingkal-pingkal sambil menunjuk ke arah Mira yang sedang mengerang menertawai kebodohannya sendiri.

Rendi menahan diri untuk tidak berbalik karena tidak ingin membuat situasi semakin canggung di antara mereka. Dia tahu, saat Cindy melepaskan pelukannya pagi ini dan tanpa suara menutup pintu kamar dengan hati-hati. Cindy pasti merasa sungkan untuk menyapanya karena percintaan mereka yang sungguh luar biasa tadi malam.

Ia benar-benar tidak menyangka, mereka akan menikmati percintaan yang begitu dahsyat sepanjang malam tanpa merasakan cukup meski sudah berulang kali merasakan klimaks yang bertubi-tubi.

Rendi tersenyum lalu merasa menyesal dan mengaduh setelah mengingat kalau dia belum menyimpan nomor ponsel Cindy yang dia yakin itu juga nama samaran, sama halnya dengan nama yang ia sebutkan kepada Cindy. Senyumnya berubah menjadi kerutan saat matanya melihat tumpukan uang tunai di atas nakas.

"Apa maksudnya ini!" seru Rendi langsung terbangun dari tempat tidurnya.

Ia mengumpat dengan marah, merasa terhina dan bertekad mencari Cindy untuk meminta penjelasan darinya!

Bastian datang bersama rekannya ke kantor mamanya tapi tidak menemukannya. Ia mencoba menghubungi ponsel mamanya dan kali ini diangkat. “Halo, Ma!” sapa Bastian sambil duduk di kursi kerja mamanya.

“Halo, Sayang,” sahut Mira sambil menguap lebar seraya memandangi jam di ponselnya. “Astaga, ini sudah sore!” serunya langsung bergegas bangun.

“Apa Mama baru bangun?” tanya Bastian dengan lembut sambil terkekeh.

“Iya, Sayang. Kenapa kau belum pulang?” tanya Mira dengan bingung.

“Bastian mengira akan menemukan Mama di kantor, berhubung Mama tidak pulang semalaman jadi Bastian kira Mama akan membawa pulang Papa baru untuk Bastian!” goda Bastian sambil tersenyum ke arah sahabatnya.

“Sembarangan!” sanggah Mira dengan gugup. Ia berharap Bastian tidak menggodanya lagi.

“Bastian hanya bercanda, Mama! Jangan marah yah,” sahut Bastian sambil terkekeh. “Selamat ulang tahun, Ma. Semoga panjang umur dan selalu bahagia,” kata Bastian dengan manis.

“Terima kasih, Sayang. Apa kau sudah memesan restoran untuk makan malam?” tanya Mira dengan cepat.

“Sudah, Bastian memesan tempat di cafe gelato kesukaan Mama,” jawab Bastian yang sangat tahu tempat kesukaan Mamanya.

“Terima kasih, Sayang. Jadi kita berkencan berdua saja seperti biasanya?” tanya Mira sambil terkekeh.

Bastian tersenyum gugup sebelum menjawab mamanya. Ia mendehem.

“Ada apa ini? Mama mencium ada hal yang mencurigakan yang enggan kau katakan kepada Mama,” sahut Mira berusaha mencari tahu.

“Mama benar,” kata Bastian pada akhirnya. “Bastian akan membawa pacar baru Bastian dan juga Aldo untuk makan malam bersama kita, apa boleh Ma?” tanya Bastian dengan wajah penuh rasa bahagia.

“Yah, Tuhan Bastian! Akhirnya! Selamat yah, Sayang!” seru Mira dengan penuh semangat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Satu Malam Bersama Calon Besan   Bab 21 Menemui Mira

    Bab 21Mira menggeleng dan segera menarik diri, menjauh dari Peter. “Peter, maaf …” katanya merasa tidak bisa memaksakan perasaannya lagi. Ia telah mencoba tapi ia tidak bisa merasakan getar yang sama seperti yang ia rasakan pada malam itu! Apa perasaannya muncul hanya karena efek obat yang diberikan teman-temannya malam itu? Apa benar hatinya benar-benar telah mati? tanya Mira merasa sedih dalam hati.Peter mengamati situasi dan segera menenangkan Mira. Ia menarik senyumnya dengan hati-hati dan lembut lebih mencoba untuk menghibur dirinya sendiri. “Tidak apa, …” kata Peter berusaha mengerti situasi yang terjadi tapi tidak berniat melepas “Peter, aku mengundangmu ke sini ...," kata Mira sambil mengatupkan bibirnya merasa tidak enak meneruskan ucapannya tapi ia harus melakukannya."Katakanlah," ucap Peter menenangkan Mira yang terlihat gugup saat ini. "Aku mau meminta maaf atas apa yang terjadi pada malam itu, teman-temanku …” kata Mira lagi berusaha memberitahu Peter tentang kenakal

  • Satu Malam Bersama Calon Besan   Bab 20 judul Peter ingin mencium Mira

    Bab 20 Karena tidak bisa menghubungi Mira, akhirnya Rendi menghubungi Peter dan mengumpatnya tanpa ragu. “Apa yang kau lakukan? Kau tahu Mira milikku!” Peter tersenyum ke arah Mira lalu berdiri dari tempatnya duduk. Ia permisi untuk menerima telepon dari Rendi di halaman samping agar Mira tidak bisa mendengar teriakan Rendi di ponselnya. “Sabar Bung,” sahut Peter sambil menertawakan keberuntungannya. Ia menatap ke arah Mira yang sedang berkonsentrasi menyiapkan makan siang untuk mereka berdua. Rendi mengumpat Peter dengan kesal. Peter menenangkan Rendi sambil menahan emosinya. “Nyatanya kau dan Mira hanya terlibat cinta satu malam. Kalian tidak berpacaran sampai sekarang, jadi jangan salahkan aku kalau sekarang Mira lebih memilihku di banding melanjutkan pertualangan kalian. Semua itu hanya kebetulan dan tidak perlu diambil serius, Ren. Aku saja pacarnya sekarang tidak mengambil serius tentang cinta satu malam kalian itu ...” Rendi mengumpat Peter dengan penuh kemarahan. “Peter,

  • Satu Malam Bersama Calon Besan   Bab 19 judul Mira berpacaran dengan Peter

    Bab 19 Matias menghela napas lega saat masih sempat bertemu dengan nyonya kesayangannya, Mira. “Nyonya," sapanya sambil terengah. "Tadinya saya pikir anda sudah pergi,” lanjutnya di sela engahannya. Rendi menatap tidak suka ke arah pria muda yang menyapa Mira dengan wajah berseri-seri. Sudah dipastikan kalau mereka memiliki hubungan yang sangat akrab. “Sebentar lagi, saya akan pergi. Cepatlah makan di dalam.” Matias menggeleng. Ia ingin berbincang dengan nyonya kesayangannya sebelum beliau pergi. “Saya sudah makan, ini …” “Ini investor di proyek terbaru perusahaan,” jawab Mira memperkenalkan mereka berdua. Matias dan Rendi dengan enggan mengulurkan tangan dan menyebutkan nama mereka masing-masing. Mira mengamati keanehan yang sangat terasa di depannya ini. Kenapa mereka begini? tanya Mira dengan heran dalam hati. “Apa Nyonya sudah selesai? Saya akan mengantar anda pulang seperti biasanya.” Rendi mendehem dan segera maju untuk menghalangi Matias mendekati Mira. “Dia bersamaku,

  • Satu Malam Bersama Calon Besan   Bab 18 Rendi meradang

    Bab 18Rendi tidak menyangka kalau Mira ternyata sangat donatur sekali! Dia bukan hanya sekedar menyumbang ke yayasan panti asuhan yang dimiliki suster Margareta tapi dia juga rela memberikan ladang emas kepada yayasan yang dikelola oleh para suster yang sedang menyambut kedatangan Mira dengan wajah penuh antusias. “Kau membangun sekolah. Berinvestasi?” tanya Rendi merasa Mira telah dimanfaatkan secara tidak sadar!Suster Margareta segera menggeleng dan mewakili Mira menjawab pertanyaan rekan bisnisnya ini. “Seharusnya seperti itu tapi Nyonya Mira tidak pernah mau menerimanya dan meminta kami terus mengelolahnya hingga menjadi besar seperti ini.”Well hal ini sangat tidak biasa dilakukan seorang pengusaha kepada sebuah yayasan panti asuhan! Bisa dikatakan, mereka sangat beruntung bisa bertemu donatur yang jenius seperti Mira! rendi merasa ada sesuatu yang salah di sini tapi ia belum tahu apa itu!Ia mengira mereka akan meminta sumbangan lagi kepada Mira tapi nyatanya tidak demikian.

  • Satu Malam Bersama Calon Besan   bab 17 mengatur kencan?

    Bab 17“Apa ini pertemuan bisnis?” sindir Rendi sambil menatap dingin ke arah Mira dan Aldo.Mira berpura-pura polos dan menanggapi sindiran Rendi saat ini. “Tentu, kenapa bertanya?” sahutnya dengan sikap yang profesional.“Kau membawa …”“Aldo di sini sebagai direktur marketing. Tentu dia harus hadir dalam pertemuan ini, bukan? Dia yang akan menjadi ujung tombak usaha ini, Pak Rendi.”Rendi kembali menanggapi dengan tatapan sinis dan mengangguk-angguk seakan bisa menerima penjelasan Mira dan sudah bisa menebak apa yang dilakukan Mira saat ini! Ia berbisnis tapi tidak mau meninggalkan kesenangannya apalagi dia mungkin tahu kalau putranya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasih mudanya ini.“Direktur marketing, well oke. Kalau begitu silahkan dimulai!”Stevanus buru-buru memberi isyarat kepada sekretarisnya untuk menghidupkan layar sentuh dan memulai presentasinya.Sepanjang presentasi Rendi lebih banyak memperhatikan Mira dan Aldo dibanding penjelasan yang diberikan Stevanus kepad

  • Satu Malam Bersama Calon Besan   Bab 16 Tameng

    Bab 16 Hati Mira resah menantikan pertemuannya dengan Rendi besok pagi. Ia bingung dan menjadi gugup ketika sampai di rumahnya. Sendiri tanpa Bastian yang sudah kembali ke dalam apartemennya. Ia merenung merasa tidak nyaman dengan perasaan asing yang menguasai jiwanya saat ini. Kenapa dia bisa merasakan ketertarikan yang luar biasa terhadap Rendi? tanya Mira sambil menuangkan cairan sampanye dalam gelas kristalnya.“Ada apa dengannya?!” pekik Mira merasa tidak mengerti apa yang terjadi padanya saat ini. Ia menyesap sampanyenya dan berharap minuman itu bisa menenangkan syaraf-syarafnya yang tegang. Entah kenapa perasaan bersalah menderanya saat teringat tatapan Rendi saat tangan Aldo secara tiba-tiba merangkul pinggangnya! Mira menggeram seraya meremas wajahnya. “Anak Nakal itu! Kenapa dia melakukannya!” erang Mira malah menyayangkan hal itu!“Perasaan apa ini?” tanya Mira merasa tidak mengerti dengan perasaan yang sedang menderanya saat ini. Sebenarnya ta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status