Share

Satu Malam Bersama Pengawal Tampan
Satu Malam Bersama Pengawal Tampan
Penulis: JEMMA JEMIMA

Bab 1 - Malam Panas

ELA

Kepalanya berkunang-kunang dan tubuhnya limbung. 

Dengan kepayahan dia berjalan merayap menuju president suite yang disediakan untuknya pada acara pertunangannya dengan Dhanu Anggara Trihadi. Pacarnya sejak dia berkuliah yang kini berpotensi menjadi putra RI 1 karena ayah Dhanu merupakan salah satu kandidat calon presiden pemilu mendatang. 

Merupakan sebuah keajaiban dia bisa memencet lift menuju lantai teratas hotel mewah tempat keluarga besarnya mengadakan pesta malam ini. 

“Ibu Ela, kamarnya di sini.” Sayup-sayup dia mendengar suara seorang perempuan yang berbaik hati menuntun dirinya. 

“Oh, terima kasih. Kepala saya begitu sakit,” ujar Ela dengan lirih. 

Mungkin jika tidak ditopang oleh penolongnya ini, bisa-bisa wajahnya terjerembab di lantai hotel bintang lima ini. 

“Iya, saya bantu untuk sampai ke kamar,” balas penolongnya. 

Pandangannya tak dapat fokus, dan dia tahu ada yang salah dalam dirinya. Namun sayangnya dalam keadaan seperti ini otaknya seperti berhenti bekerja dan dia tak dapat melakukan sesuatu demi keselamatannya. Dia hanya berharap pada kebaikan perempuan ini. 

Ela berharap keadaan menyedihkannya tak akan viral esok hari. Papa dan mamanya bisa murka jika melihat Ela kehilangan kendali seperti sekarang. 

“Tolong cari Pak Pradipta, dia–dia ajudan saya. Atau Dhanu, tunangan saya,” pintanya dengan nada suara penuh urgensi disela-sela langkah pendeknya menuju kamar.  

Untungnya Ela masih bisa berkata dengan jelas, dan dia segera memberikan perintah kepada perempuan tak dikenal yang Ela asumsikan sebagai entah salah satu pegawai hotel, anak buah ayahnya, ataupun  orang suruhan Dhanu. 

“Tenang saja, semua sudah dipersiapkan dengan baik,” jawab perempuan asing itu yang terdengar aneh di pikiran Ela yang kini semakin kacau. 

Dia sudah tak kuat lagi, kakinya begitu berat seperti ada yang menaruh bola besi di mata kakinya yang membuatnya kesulitan berjalan. 

“Sebentar lagi, jangan pingsan dulu!” hardik sang perempuan. 

Cengkraman tangannya semakin keras dan kini tak ada lagi kelembutan dalam menghadapi Elaina. 

Dia ditarik seperti keledai, dan gaun hitam dari Roberto Cavalli tersangkut sepatu high heels 7 sentimeter Christian Louboutin-nya. Ela akhirnya terjerembab dan dia terpekik pelan. 

“Ck! Menyusahkan!”

“Cepat angkat princess ini ke kamar sebelum yang lain melihat!” perintah si perempuan asing yang membuat Ela semakin ketakutan. 

“Siapa kalian?” Ela mencoba menghindari cengkraman kasar dari seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul di belakangnya. 

“Hentikan–” Elaina hendak berteriak namun ternyata pria itu sudah selangkah lebih maju dan menghentikan suara teriakan Ela dengan cara membekap mulutnya dengan sapu tangan. 

Pintu kamar hotel terbuka dan Ela didorong paksa hingga tubuhnya terjatuh di atas ranjang empuk hotel. 

“Obatnya sudah bekerja?” tanya laki-laki kepada perempuan itu. 

“Seharusnya sudah mulai. Lihat saja wajahnya sudah mulai memerah!” balas sang perempuan dengan suara licik. 

“Seharusnya gue bisa mencicipi bagaimana rasanya bercinta sama princess manja ini!” Suara laki-laki tergelak penuh ejekan. 

“Jangan macam-macam, nanti bayaran kita malah tertahan karena lo nggak bisa jaga selangkangan!” 

Percakapan seronok tersebut masih terdengar di tengah penurunan kesadaran Ela. 

“Mana target satunya? Sudah jalan ke sini? Siapa yang bertugas membawa dia?” 

On the way, badannya besar! Pasti Putu kesulitan membawanya ke sini.”

Bagaimana, sudah siap kameranya?” Perempuan tersebut membalas pertanyaan sang pria sambil menatap sekeliling kamar hotel ini. 

Ela masih sekuat tenaga mencoba bangkit dari ranjang. Tubuhnya kini dijalari rasa panas yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Inti tubuhnya berdenyut dan dia merasa begitu menderita. 

“Tolong… please…” Ela berujar lirih. 

Laki-laki itu berjalan ke atas ranjang dan mengelus lengan Ela yang terbuka karena gaun spaghetti Roberto Cavali-nya. 

“Gila, cantik banget emang ini cewek! Siapa aja boleh lah, yang penting kan ada video-nya nanti! Tinggal blur muka gue aja, beres!” 

Ucapan brengsek pria itu membuat Ela semakin pusing dan mual. 

Menjijikkan!

‘Dhanu? Di mana tunangannya? Dia membutuhkan Dhanu sekarang!’ 

Ela menangis dan air mata mulai membasahi pipinya. 

“Dasar bego! Nggak bisa! Lo sewa lonte aja nanti setelah bayarannya diterima! Lo jangan bikin rencana kita berantakan karena nggak bisa nahan nafsu!” Suara seseorang kembali terdengar masuk ke dalam ruangan.

Semakin banyak orang yang berada di dalam kamar ini. Pintu ditutup dan suara seretan kaki terdengar semakin dekat ke arah ranjang tempat Ela ditahan oleh para penyekapnya. 

“Kalian siapa? Kurang ajar!” Suara dalam bariton memaki dengan keras. 

Ela tahu suara itu! Itu suara Pak Pradipta. Ajudan yang setia menjaganya. 

“Pak… Pak Pradipta?” Ela mencari sumber suara dengan kesulitan. 

Dia bisa mencium wangi rempah dan kayu-kayuan khas sang ajudan yang selalu berjalan di belakangnya. Dengan samar, Ela menjulurkan tangannya dan mendapati tubuh panas dan liat yang berada tepat di sampingnya. 

“Ibu? Ibu Ela?” Suara dalam yang berubah menjadi serak semakin mendekat dan di tengah pandangan Ela yang mengabur, dia melihat Pak Pradipta di hadapannya. 

Ela sontak memeluk tubuh atletis itu dan menumpahkan ketakutannya. 

“Bagus, semua sudah sesuai rencana! Ayo kita pergi!” ujar perempuan asing tersebut dengan nada penuh kebencian. 

Ela tak tahu apa yang terjadi, tak lama orang yang menyekap dirinya dan sang ajudan pergi dari kamar hotel yang hanya menyisakan dua insan yang terjebak di ranjang dengan keadaan penuh gairah. 

“Ah! Bu–tunggu dulu, urgh!” 

Ela tak paham mengapa tubuhnya terasa begitu panas. Tak ada yang bisa meredakan gejolak asing yang kini bergumul dalam tubuhnya. Ketika dia menyentuh tubuh ajudannya, ada perasaan berdesir yang sukses mengobati rasa sakitnya. 

“Nggak bisa, please… rasanya nggak enak, sakit Pak… tolong, Pradipta, please help me.” Ela memohon sambil menempelkan tubuh panasnya yang masih terbalut gaun hitam indahnya. 

“Jangan, oh, God!” Suara penolakan Pradipta mampir meskipun tangannya tak menghentikan serangan Ela yang mulai membabi buta kepadanya. 

Ela melepas jas hitam yang membingkai tubuh besar ajudannya, menarik dasi sutra hitam yang membelit lehernya dengan kasar, sebelum akhirnya tak sabaran melepaskan kancing kemeja putih yang melekat indah di tubuh tegapnya. 

“Ela! Hentikan, ini nggak benar!” Tangan Pradipta menghentikan jemari Ela yang sudah mulai bergerilya ke bawah perut sixpack ajudannya untuk menanggalkan sabuk kulit dari celana hitam yang menutupi paha keras penuh otot yang terpahat sempurna seperti mahakarya sang maestro. 

Please, aku nggak tahan lagi! Ini terlalu sakit, please…” Ela memohon sambil menggigit bibir bawahnya. 

Insting primordial sang gadis itu kini memimpin pergerakan spontan tubuhnya. Otaknya tak lagi berfungsi. Gairah yang butuh penyaluran instan ini mencari-cari sumber pelepas sakitnya. 

Pak Pradipta–sang ajudan yang terpaut usia 10 tahun di atasnya adalah sumber sempurna yang bisa meredakan perasaan asing yang menghancurkan logika Ela. Pria itu setengah terduduk di atas ranjang dengan Ela yang secara provokatif membawa tubuh panasnya duduk di atas paha pria tersebut. 

Tubuh Ela bergerak secara insting yang sukses membuat Pradipta mengerang penuh hasrat. 

“Tolong aku,” ujar Ela yang semakin mendekatkan tubuh indahnya ke dalam pelukan Pradipta. 

Pria itu yang juga terserang kabut gairah yang menyebabkan otaknya tak dapat berpikir rasional, pun pada akhirnya tak kuasa menolak sentuhan yang ditujukan kepadanya. 

“Ah, sial!” rutuk pria itu seraya mengerang menahan diri. 

Tapi serangan yang dilakukan Ela sukses membangkitkan libidonya yang tertahan sedemikian rupa. Kesabarannya dan rasionalitasnya perlahan terkikis oleh erangan manis Ela, wangi memabukkan tubuh Ela, serta panasnya inti tubuh sang gadis yang membuat miliknya meronta untuk menguasai Elaina Gauri Dharmawan seutuhnya.  

Pradipta akhirnya kalah.

Dia memagut bibir indah Elaina dan tunduk sepenuhnya dalam pusaran gairah yang tercipta antara dirinya dan gadis terlarang yang seharusnya tak bisa disentuh. 

Ela merasakan ciuman panas yang semakin memporak-porandakan jantungnya.

Ini merupakan awal dari kehancuran dirinya, dan juga awal dari kebangkitan seorang Elaina Gauri Dharmawan yang baru.

Semuanya berawal dari malam panas antara dirinya dan Pradipta Bagaskara, sang pengawal yang dipercayakan papanya untuk menjaga putri cantik kebanggaan keluarga Dharmawan. 

Komen (3)
goodnovel comment avatar
carsun18106
awal dari kebangkitan...menarik ni
goodnovel comment avatar
carsun18106
hmm siapa ni dalang penjebakan ini...
goodnovel comment avatar
carsun18106
yeaaaay ^_^
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status