MasukPrang!
Lirea tersandung dan secara tidak sengaja membuat seorang pelayan yang lewat terjatuh. Gelas kaca yang ia pegang langsung terjatuh ke lantai dan membuat suara yang cukup keras. Orang-orang sangat terkejut. Mereka memandang Lirea dan mulai menunjuk ke arahnya, "Putri siapa itu? Kenapa tidak punya sopan santun?" Lirea tertegun saat mendengarnya. Dia tiba-tiba teringat ketika Arka memperkenalkannya kepada para tamu, Arka hanya berkata 'Namanya Lirea', dan tidak pernah berkata, 'Ini tunanganku'. Bukankah itu berarti Arka tidak ingin mengakui diriku sebagai tunangan kepada orang lain? Wajar saja jika mereka menunjuknya dengan sinis begitu. Lirea merasa sangat malu dan tidak tahu harus berbuat apa. Untungnya Arka berjalan dengan cepat ke arahnya, "Lirea, ada apa denganmu?" "Aku... aku kepanasan." Jawab Lirea. Arka meletakkan tangannya di dahi Lirea dan bertanya, "Apa kamu sakit? Sepertinya kamu demam." "Se... Sepertinya iya..." Lirea merasa pendekatan Arka ini membuatnya semakin kepanasan. Dia menyandarkan kepalanya pada bahu Arka, "Arka.. sepertinya aku sakit..." "Aku akan membawamu beristirahat!" Ucap Arka, lalu dengan cepat membantunya masuk ke dalam vila. Ketika mereka berjalan ke ruang tamu yang ada di lantai dasar, Arka melihat dua orang pelayan turun dari lantai atas. Kemudian dia bertanya kepada Pelayan itu, "Apa kamarnya sudah siap?" Rendra sudah bertahun-tahun tidak pulang. Entah kenapa ia tiba-tiba kembali seperti ini, hingga Pelayan harus membereskan kamarnya seperti sedia kala. "Sudah, Tuan Muda." Pelayan itu menjawab dengan hormat. Arka hanya menganggukkan kepalanya lalu kembali memapah Lirea naik ke lantai atas. Arka memapah Lirea menaiki tangga dan berkata padanya, "Kamar kedua di sebelah kiri, kamu pergilah sendiri. Aku harus menyapa para tamu yang hadir." Lirea menatap Arka dengan sedikit kecewa. Apa Arka tidak mau mengantarku sampai ke kamar? Selama menjadi tunangan Arka, dia belum pernah naik ke lantai atas dan tidak pernah tahu dimana kamar Arka berada. "Menurutlah." Arka berkata. Dia melihat Lirea sedikit bingung, masih diam dan tidak bergerak, kemudian dia dengan lembut membujuk, "Istirahatlah dulu, setelah ini aku akan menemuimu." "Baiklah..." Lirea dengan enggan menyetujuinya. Arka segera melepaskan Lirea dan dia segera turun. Lirea bersandar di tangga dan bertanya pelan sebelum Arka menghilang, "Apa itu kamarmu, kamar kedua yang di sebelah kiri?" Samar-samar, Lirea mendengar Arka mengiyakan perkataannya. Lirea melangkah pelan, mengulurkan tangannya untuk menghitung, “Satu.. Dua..” “Oh, ini.” Dia menemukan kamar kedua di sebelah kiri. Kemudian masuk ke dalam pintu kamar itu. Kamar ini tampak gelap. Lirea mengulurkan tangannya dan menyentuh dinding untuk mencari tombol lampu. Seluruh tubuhnya terasa panas dan tubuhnya lemas. Tangannya berada tepat di bawah saklar, tetapi dia tidak bisa menyentuhnya beberapa kali. Setelah beberapa kali gagal menyalakan lampu akhirnya, Lirea menyerah, lalu dia langsung menutup pintu kamar. Dengan penerangan cahaya dari luar jendela, dia berjalan menuju tempat tidur. Di luar jendela terdengar suara musik yang indah. Di acara pesta ulang tahun Arka malam ini, mereka memang mengundang sebuah band. Saat ini Lirea berbaring di tempat tidur dan berguling dengan gelisah. Rambutnya yang rapi tersebar di bantal. "Arka..." Lirea mengerang pelan. Tiba-tiba pikiran seperti melayang, dia tidak bisa berpikir dengan jernih dan merasakan ada yang aneh di tubuhnya. Ada apa denganku? Lirea meraba tubuhnya sendiri. Dia sedikit malu saat menyadari apa yang dia rasakan saat ini. Lirea membuka mulutnya dan menggigit tangannya sendiri untuk berusaha membuat dirinya sadar. Saat ini tiba-tiba pintu terbuka, Lirea terkejut dan langsung terduduk di tempat tidur, "Arka..." Orang yang baru saja datang itu siap menyalakan lampu, tapi tiba-tiba dia mendengar suara wanita, tangannya langsung berhenti. Pria itu mengerutkan dahinya. Kenapa ada wanita di dalam kamarku? Apa ini halusinasi? Pria itu kembali menutup pintu kamarnya dan sosoknya yang tinggi langsung mendekati sisi tempat tidur… "Arka... kamu kembali?" Suara Lirea terdengar sangat lembut dan halus, "Aku sangat kesakitan, tolong aku..." Arka? Pria itu kembali mengerutkan keningnya. Oh, jadi ini wanitanya Arka? Lirea melempar selimutnya, "Arka... berikan aku air... aku... ingin minum… haus sekali…" Namun tiba-tiba pria itu sangat terkejut saat menyadari sesuatu. Kenapa suara ini terdengar begitu mirip dengannya? Apa ini benar-benar 'dia'? Arka pernah bertemu dengan 'dia' bertahun-tahun yang lalu. Tidak mengherankan jika 'dia' memang muncul di sini. Pria itu menyeret tas kopernya. Kebetulan di dalamnya ada air, kemudian dia membuka kopernya, dan mengeluarkan air mineral. Lalu dia mendatangi wanita itu. Karena merasakan ada seseorang yang berjalan mendekatinya, Lirea segera bangun. Meskipun Lirea tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas, tapi dia bisa mencium bau maskulin yang kuat. Dia mengulurkan tangannya, tapi pria itu malah mengangkat dagunya. Lirea berjuang keras untuk menahan sesuatu yang bergejolak dalam dirinya. Pria itu mengangkat wajah Lirea, dalam ruangan yang redup dan hanya ada cahaya dari luar jendela sedikit menyinari wajah Lirea. Di bawah lingkaran cahaya, kulit wajah Lirea terlihat halus dan tanpa cacat, dan ada lapisan bulu halus di atasnya. Bibir merah mudanya sedikit terbuka, dan bau harum tercium di wajahnya. Pria itu tiba-tiba terdiam membeku. Empat tahun tidak bertemu, Lirea telah berubah menjadi gadis yang sangat cantik. Dia telah terpesona oleh gadis ini sejak dulu, dan sekarang dia semakin terpesona. Bagus! Bagus sekali! Berani-beraninya Lirea bersama Arka? Arka, berani-beraninya kamu menyentuhnya? Kalian berdua, akan menanggung amarahku! Pria itu menggertakkan gigínya. "Air..." Ucap Lirea sambil memohon. Pria itu tersadar. Kemudian dia membuka tutup air mineral dengan satu tangan dan menyerahkan air ke mulut Lirea. "Uh..." Lirea segera menahan air dan meminumnya dalam satu tarikan napas. Kemudian, botol itu direbut oleh Lirea, dia masih tidak puas dan berkata dengan manja, "Aku masih mau..." "Aku pikir kamu tidak membutuhkan air..." Ucap pria itu dengan suaranya yang dalam dan sikapnya yang dingin. "Arka..." Lirea sedikit tercengang. Suara ini tidak sama dengan suara Arka. Apa Arka mabuk? Lirea memegangi kepalanya karena kepalanya terasa sakit. Apa karena aku sakit sampai pendengaranku bermasalah? Pria itu melemparkan air mineral ke lantai. Air pun mengalir keluar dari mulut botol. Lalu pria itu mulai berjalan mendekati Lirea dan hendak mencubit dagu Lirea. Tapi Lirea tiba-tiba mengulurkan tangannya di lehernya dan berkata sambil tersenyum, "Selamat ulang tahun..." Pria itu tertegun sejenak, dia malah mengulurkan tangan untuk menahan bagian belakang kepala Lirea. "Ah..." Lirea merasakan sedikit terkejut. Kemudian ia memanggil dengan suara rendah dan bertanya dengan perasaan bersalah, "Arka, apa yang kamu lakukan?” "Jangan panggil aku dengan nama itu!" Pria itu memotong perkataan Lirea dengan suaranya yang dalam.Yang dikatakan Arka memang benar. Bagaimana bisa Lirea meminta Arka untuk memaafkannya dengan mudah. Dia sudah tidur dengan pria lain. Bahkan pria yang menidurinya itu adalah adik kandungnya Arka sendiri.Sudah begitu jelas kesalahan Lirea. Apa yang bisa ia harapkan lagi? Lirea mengangkat kepalanya sambil menangis tersedu-sedu. Angin datang berhembus dari sekelilingnya membuat rambutnya beterbangan dengan liar. Beberapa saat kemudian, Lirea mendengar suara benturan logam yang cukup keras, seketika ia pun menoleh dan melihat Rendra keluar dari gerbang. Brak! Rendra berhenti di gerbang besi, kakinya yang panjang berada di tengah jalan, dan saat ini posisinya hanya berjarak setengah meter dari Lirea. Rendra meninggalkan barang bawaannya di tanah. Dia melihat ke atas dan merasakan angin di sekelilingnya. Lalu ia berkata, "Cuaca yang bagus." Tidak lama setelah Rendra berkata seperti itu, tetesan air hujan besar menghantam Lirea, dan suara guntur terdengar sangat keras. Dalam sek
Setelah ditepuk beberapa kali, Lirea bangun dan mengeluh, "Sayang… aku masih ngantuk. Biarkan aku tidur lagi.” Nada bicara Lirea terdengar manja, seolah-olah dia telah mengenal pria yang ia jadikan sandaran di belakangnya. Hal ini membuat semua orang di ambang pintu semakin bingung. Tatapan mata Lirea tampak redup, ia tidak melihat dengan jelas siapa orang yang ada di belakangnya, kemudian ia memiringkan badan dan kembali tidur. Beberapa saat kemudian, Lirea seperti menyadari sesuatu. Dia terkejut-- Pria yang ada di belakangnya ternyata bukan Arka!Lirea menoleh dan melihat pria yang ada di depannya. Kemudian ia pun berteriak dengan kencang, "Ahhh..." Rendra membuka bibirnya dan berkata, "Ingin mencari suamimu?" Seluruh tubuh Lirea terasa dingin dan matanya membelalak lebar karena terkejut. Su... Suami? Dia tampak linglung. Lirea ingat adegan panas yang telah ia lakukan sebelumnya. Dia memanggil 'suami' lagi dan lagi. Ternyata pria ini bukan Arka, tapi pria itu adalah pria
Lirea merasa takut dan tidak berani berbicara. Pria itu tersenyum dengan sangat puas. Apa yang ingin dilakukan Arka sampai membawa gadis ini ke tempat tidurnya? Apa Arka ingin menyenangkanku. Lalu berdamai denganku? Hehe... jangan bercanda. Setelah kejadian itu, Arka sangat membencinya. Pria itu menundukkan kepalanya dan langsung mencium bibir Lirea. seketika Lirea merasa sedih, "Arka? Kenapa kamu..." Pria itu mengerutkan keningnya dan berkata dengan tidak senang, "Panggil suami!" Pria ini tidak ingin Lirea memanggil nama itu untuk saat ini. "Suami?" Lirea mengulangi dengan sedikit kebingungan. Memikirkan arti dari kata ini, seluruh badannya bersandar ke pelukan pria itu dengan rasa malu dan kelembutan, lalu ia memanggil dengan manis, "Suamiku..." Ternyata, Arka tidak ingin aku memanggilnya karena ini? Pikir Lirea dengan setengah sadar. Di lantai bawah, karena Lirea tidak hadir di acara ulang tahun Arka, saat ini Aira menemani Arka untuk memulai tarian. Dia mendapatkan pujia
Prang! Lirea tersandung dan secara tidak sengaja membuat seorang pelayan yang lewat terjatuh. Gelas kaca yang ia pegang langsung terjatuh ke lantai dan membuat suara yang cukup keras. Orang-orang sangat terkejut. Mereka memandang Lirea dan mulai menunjuk ke arahnya, "Putri siapa itu? Kenapa tidak punya sopan santun?" Lirea tertegun saat mendengarnya. Dia tiba-tiba teringat ketika Arka memperkenalkannya kepada para tamu, Arka hanya berkata 'Namanya Lirea', dan tidak pernah berkata, 'Ini tunanganku'. Bukankah itu berarti Arka tidak ingin mengakui diriku sebagai tunangan kepada orang lain? Wajar saja jika mereka menunjuknya dengan sinis begitu. Lirea merasa sangat malu dan tidak tahu harus berbuat apa. Untungnya Arka berjalan dengan cepat ke arahnya, "Lirea, ada apa denganmu?" "Aku... aku kepanasan." Jawab Lirea. Arka meletakkan tangannya di dahi Lirea dan bertanya, "Apa kamu sakit? Sepertinya kamu demam." "Se... Sepertinya iya..." Lirea merasa pendekatan Arka ini membuatnya sem
Suasana di halaman Vila mewah itu penuh cahaya lampu kristal. Musik lembut mengalun, tamu-tamu berdandan glamor, dan di tengah keramaian itu berdiri Arka Maherson. Lelaki tampan putra pertama keluarga Maherson dari istri tidak sah, yang malam ini berulang tahun ke-28.Lirea datang dengan gaun sederhana berwarna pastel. Meski cantiknya alami, dia tetap merasa minder. Dari tatapan-tatapan sinis keluarga Maherson, jelas sekali bahwa kehadirannya tidak begitu disukai. Tapi karena dia adalah tunangan Arka, jadi dia tetap datang untuk menghadiri pesta ini.Saat dia masuk, dia melihat Arka. Tapi di sebelah Arka, berdiri seorang gadis yang tidak dia kenal. Gadis itu seusianya. Terlihat sangat cantik dan menawan. Mereka mengobrol dengan akrab seperti sepasang kekasih.Itu membuat Lirea sedikit tidak senang.Pada saat itu Arka menoleh padanya, “Lirea, kamu sudah datang?” Arka menghampirinya Lirea dengan tergesa-gesa.Gadis di sebelah Arka ikut menatapnya. Senyumnya kaku dan tatapannya seperti







