LOGINLirea merasa takut dan tidak berani berbicara. Pria itu tersenyum dengan sangat puas.
Apa yang ingin dilakukan Arka sampai membawa gadis ini ke tempat tidurnya? Apa Arka ingin menyenangkanku. Lalu berdamai denganku? Hehe... jangan bercanda. Setelah kejadian itu, Arka sangat membencinya. Pria itu menundukkan kepalanya dan langsung mencium bibir Lirea. seketika Lirea merasa sedih, "Arka? Kenapa kamu..." Pria itu mengerutkan keningnya dan berkata dengan tidak senang, "Panggil suami!" Pria ini tidak ingin Lirea memanggil nama itu untuk saat ini. "Suami?" Lirea mengulangi dengan sedikit kebingungan. Memikirkan arti dari kata ini, seluruh badannya bersandar ke pelukan pria itu dengan rasa malu dan kelembutan, lalu ia memanggil dengan manis, "Suamiku..." Ternyata, Arka tidak ingin aku memanggilnya karena ini? Pikir Lirea dengan setengah sadar. Di lantai bawah, karena Lirea tidak hadir di acara ulang tahun Arka, saat ini Aira menemani Arka untuk memulai tarian. Dia mendapatkan pujian dari para tamu yang hadir. Ada banyak orang yang senang dengan Aira. Juna Maherson juga menyukai Aira karena dia belajar di luar negeri, dia lulusan dari sekolah terkenal, dan memiliki latar belakang keluarga yang baik. Dia merasa jika Aira adalah wanita yang cocok untuk Arka. Sayangnya, karena perjodohan leluhur, Juna harus rela Arka bertunangan dengan gadis miskin itu! Orang-orang yang hadir di sana sampai lupa jika Arka baru saja memperkenalkan seorang gadis yang bernama Lirea. Setelah pesta ulang tahun selesai, para tamu pergi secara berurutan. Keluarga Maherson mengantar para tamu yang hendak pergi, tiba-tiba Juna teringat sesuatu, "Di mana Rendra? Bukannya tadi dia sudah pulang? Kenapa aku tidak melihat batang hidungnya sepanjang malam?" Nindya istri Juna bertanya dengan terkejut, "Rendra sudah pulang? Ada di mana dia?" "Mungkin dia sedang beristirahat di kamarnya." Ucap Arka, "Dia baru saja turun dari pesawat," Imbuhnya. Begitu Arka selesai bicara, sebuah lampu tiba-tiba menyala di kamar di lantai atas. Dengan reflek orang-orang yang masih ada di sana melihat ke atas. Bukankah itu kamar Rendra? Juna Maherson berjalan ke arah ruang tamu, lalu dengan suaranya yang berat ia berteriak, "Panggil dia!" Arka buru-buru berkata, "Ini sudah larut malam. Kita bicarakan besok saja.” "Besok? Kita tidak akan tahu di mana dia akan bersembunyi lagi besok!" Keluarga itu masuk ke ruang tamu dan menemukan seseorang terbaring di sofa. Nindya terkejut dan langsung memanggilnya, "Aira?" Aira bangkit dari sofa dan berpura-pura menyalahkan dirinya sendiri, "Maaf Bibi, aku sedikit pusing tadi, jadi aku masuk dan duduk. Aku malah ketiduran... Apa pestanya sudah selesai. Aduh! Apa ibu dan ayahku sudah pergi?” Aira terlihat sangat cemas. Jika orang tuanya sudah pergi, bagaimana caranya dia bisa pulang? "Mereka sudah pulang, kamu tinggal saja di sini." Ucap Nyonya Maherson ini untuk menghibur Aira. Juna Maherson mengangguk dan setuju dengan istrinya, lalu ia berkata pada Arka, "Panggil Rendra ke bawah." Aira terkejut, "Rendra sudah pulang?" Sebenarnya, Aira sengaja berpura-pura mabuk. Sebelumnya, Arka membantu Lirea pergi. Dia benar-benar takut mereka akan melakukan sesuatu. Untungnya, Arka kembali. Setelah beberapa saat setelah Aira memasukkan obat perangsang kedalam minuman Lirea, tidak mungkin Lirea bisa menahan diri kan? Aira menyuruh orang bertanya, dan ternyata tidak ada yang melihat Lirea pergi. Sepertinya rencananya akan berhasil. Sekarang, dia tinggal untuk melihat apa yang terjadi. Rendra sudah pulang, apa... Arka akan naik ke atas? Mata Aira melirik Arka, "Aku sudah lama tidak melihat Rendra, aku akan pergi menyapanya." Arka menatap Aira sambil berpikir sejenak, kemudian dia berkata, "Ayo pergi bersama." Akhirnya mereka berdua pergi ke kamar Rendra. Sesampainya di depan pintu kamar, Arka mengetuk pintunya. Namun tidak ada jawaban dari dalam kamar, kemudian dia mendorong pintu hingga terbuka. "Hah…!" Teriak Aira karena terkejut. Di dalam kamar, berdiri seorang pria telanjang dada dengan handuk mandi melilit di pinggangnya. Mereka melihat pakaian berserakan di lantai. Dan juga ada orang lain yang berbaring di atas tempat tidur. Arka menggenggam erat gagang pintu. Tiba-tiba suara Nindya terdengar memanggil Rendra dari belakang Arka, "Rendra?" Seketika Rendra menoleh ke belakang, dia melihat Juna Maherson yang ayah dan istrinya. Ada Arka dan juga Aira. Ketika Juna dan Nindya hendak mendekati pintu, mereka melihat Rendra berdiri di dalam ruangan, hanya dengan handuk di sekitar pinggangnya, dan handuk di satu tangan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Rendra bertubuh tinggi, wajahnya tampan, serta tubuhnya yang berotot membuatnya terlihat semakin sempurna. Badannya sangat ideal. Rendra tersenyum lembut, tapi terlihat jahat, "Kenapa datang rombongan seperti ini?" Juna Maherson melihat pakaian berserakan di mana-mana. Pria dan wanita dengan tubuh telanjang... Tubuhnya gemetar, "Sekalinya pulang kamu malah membawa wanita. Kamu masih menganggap aku ini Ayahmu atau tidak?" Rendra mengangkat alisnya dengan curiga, "Begitu aku masuk ke kamarku, ada seorang wanita berbaring di tempat tidur. Aku mengira dia adalah hadiah ulang tahunku. Apa aku punya alasan untuk tidak menikmati apa yang diberikan ayahku sendiri?" Benar, hari ini tidak hanya ulang tahun Arka, tapi juga ulang tahun Rendra. Juna Maherson terlihat tidak nyaman. Sejak kecil hingga dewasa, putranya ini telah diabaikannya. Bahkan saat hari ulang tahunnya juga, mereka hanya merayakan ulang tahun Arka saja. Mereka tidak pernah merayakan hari ulang tahun Rendra. Semua orang bahkan tidak ada yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Aira tiba-tiba berkata, "Gaun itu… kok seperti mirip dengan yang di pakai…" Mereka semua langsung menatap gaun yang dimaksud Aira dan tampak sangat terkejut ketika melihat gaun pastel yang tergeletak di lantai. Semuanya tiba-tiba teringat sesuatu. Rendra langsung membuang handuk di tangannya dan pergi ke tempat tidur, "Aku pikir orang ini familiar di mata kalian..." Kemudian Rendra membuka selimut yang menutupi Lirea yang sedang tidur di atas ranjang, saat itu posisi tidur Lirea wajahnya menghadap ke atas, hingga semua orang bisa melihatnya dengan jelas. Semua orang yang berkerumun di dekat tempat tidur seketika langsung tersentak hebat. Arka sangat terkejut. Seperti disambar petir. Matanya langsung terbelalak lebar karena tidak percaya. Gadis itu terlihat kesakitan dan kelelahan. Bahkan seperti orang pingsan. Lirea pasti sudah beberapa kali dihabisi di ranjang dengan brutal oleh Rendra. Terbukti saat Rendra menariknya pun tidak membuatnya bangun. Sebaliknya, dia malah terjatuh ke tubuh Rendra. Rendra melihat ekspresi Arka, dan dengan senyuman yang dingin, ia mengulurkan tangan lalu menepuk wajah Lirea sembari berkata, "Sayang-, bangun-" ---Yang dikatakan Arka memang benar. Bagaimana bisa Lirea meminta Arka untuk memaafkannya dengan mudah. Dia sudah tidur dengan pria lain. Bahkan pria yang menidurinya itu adalah adik kandungnya Arka sendiri.Sudah begitu jelas kesalahan Lirea. Apa yang bisa ia harapkan lagi? Lirea mengangkat kepalanya sambil menangis tersedu-sedu. Angin datang berhembus dari sekelilingnya membuat rambutnya beterbangan dengan liar. Beberapa saat kemudian, Lirea mendengar suara benturan logam yang cukup keras, seketika ia pun menoleh dan melihat Rendra keluar dari gerbang. Brak! Rendra berhenti di gerbang besi, kakinya yang panjang berada di tengah jalan, dan saat ini posisinya hanya berjarak setengah meter dari Lirea. Rendra meninggalkan barang bawaannya di tanah. Dia melihat ke atas dan merasakan angin di sekelilingnya. Lalu ia berkata, "Cuaca yang bagus." Tidak lama setelah Rendra berkata seperti itu, tetesan air hujan besar menghantam Lirea, dan suara guntur terdengar sangat keras. Dalam sek
Setelah ditepuk beberapa kali, Lirea bangun dan mengeluh, "Sayang… aku masih ngantuk. Biarkan aku tidur lagi.” Nada bicara Lirea terdengar manja, seolah-olah dia telah mengenal pria yang ia jadikan sandaran di belakangnya. Hal ini membuat semua orang di ambang pintu semakin bingung. Tatapan mata Lirea tampak redup, ia tidak melihat dengan jelas siapa orang yang ada di belakangnya, kemudian ia memiringkan badan dan kembali tidur. Beberapa saat kemudian, Lirea seperti menyadari sesuatu. Dia terkejut-- Pria yang ada di belakangnya ternyata bukan Arka!Lirea menoleh dan melihat pria yang ada di depannya. Kemudian ia pun berteriak dengan kencang, "Ahhh..." Rendra membuka bibirnya dan berkata, "Ingin mencari suamimu?" Seluruh tubuh Lirea terasa dingin dan matanya membelalak lebar karena terkejut. Su... Suami? Dia tampak linglung. Lirea ingat adegan panas yang telah ia lakukan sebelumnya. Dia memanggil 'suami' lagi dan lagi. Ternyata pria ini bukan Arka, tapi pria itu adalah pria
Lirea merasa takut dan tidak berani berbicara. Pria itu tersenyum dengan sangat puas. Apa yang ingin dilakukan Arka sampai membawa gadis ini ke tempat tidurnya? Apa Arka ingin menyenangkanku. Lalu berdamai denganku? Hehe... jangan bercanda. Setelah kejadian itu, Arka sangat membencinya. Pria itu menundukkan kepalanya dan langsung mencium bibir Lirea. seketika Lirea merasa sedih, "Arka? Kenapa kamu..." Pria itu mengerutkan keningnya dan berkata dengan tidak senang, "Panggil suami!" Pria ini tidak ingin Lirea memanggil nama itu untuk saat ini. "Suami?" Lirea mengulangi dengan sedikit kebingungan. Memikirkan arti dari kata ini, seluruh badannya bersandar ke pelukan pria itu dengan rasa malu dan kelembutan, lalu ia memanggil dengan manis, "Suamiku..." Ternyata, Arka tidak ingin aku memanggilnya karena ini? Pikir Lirea dengan setengah sadar. Di lantai bawah, karena Lirea tidak hadir di acara ulang tahun Arka, saat ini Aira menemani Arka untuk memulai tarian. Dia mendapatkan pujia
Prang! Lirea tersandung dan secara tidak sengaja membuat seorang pelayan yang lewat terjatuh. Gelas kaca yang ia pegang langsung terjatuh ke lantai dan membuat suara yang cukup keras. Orang-orang sangat terkejut. Mereka memandang Lirea dan mulai menunjuk ke arahnya, "Putri siapa itu? Kenapa tidak punya sopan santun?" Lirea tertegun saat mendengarnya. Dia tiba-tiba teringat ketika Arka memperkenalkannya kepada para tamu, Arka hanya berkata 'Namanya Lirea', dan tidak pernah berkata, 'Ini tunanganku'. Bukankah itu berarti Arka tidak ingin mengakui diriku sebagai tunangan kepada orang lain? Wajar saja jika mereka menunjuknya dengan sinis begitu. Lirea merasa sangat malu dan tidak tahu harus berbuat apa. Untungnya Arka berjalan dengan cepat ke arahnya, "Lirea, ada apa denganmu?" "Aku... aku kepanasan." Jawab Lirea. Arka meletakkan tangannya di dahi Lirea dan bertanya, "Apa kamu sakit? Sepertinya kamu demam." "Se... Sepertinya iya..." Lirea merasa pendekatan Arka ini membuatnya sem
Suasana di halaman Vila mewah itu penuh cahaya lampu kristal. Musik lembut mengalun, tamu-tamu berdandan glamor, dan di tengah keramaian itu berdiri Arka Maherson. Lelaki tampan putra pertama keluarga Maherson dari istri tidak sah, yang malam ini berulang tahun ke-28.Lirea datang dengan gaun sederhana berwarna pastel. Meski cantiknya alami, dia tetap merasa minder. Dari tatapan-tatapan sinis keluarga Maherson, jelas sekali bahwa kehadirannya tidak begitu disukai. Tapi karena dia adalah tunangan Arka, jadi dia tetap datang untuk menghadiri pesta ini.Saat dia masuk, dia melihat Arka. Tapi di sebelah Arka, berdiri seorang gadis yang tidak dia kenal. Gadis itu seusianya. Terlihat sangat cantik dan menawan. Mereka mengobrol dengan akrab seperti sepasang kekasih.Itu membuat Lirea sedikit tidak senang.Pada saat itu Arka menoleh padanya, “Lirea, kamu sudah datang?” Arka menghampirinya Lirea dengan tergesa-gesa.Gadis di sebelah Arka ikut menatapnya. Senyumnya kaku dan tatapannya seperti







