Claire berusaha tenang, tidak ingin kegelisahannya terlihat jelas. Tidak ingin orang lain tau kalau tubuhnya sedang bereaksi aneh akan hal yang belum pernah dilakukannya.
Bahaya. Claire tidak ingin dimanfaatkan, apalagi di tempat seperti ini. Tempat dimana banyak pria brengsek yang berkeliaran di sekelilingnya. Pria yang akan dengan senang hati memanfaatkan kondisi tubuhnya yang menggila. Yang harus dirinya lakukan sekarang adalah melarikan diri secepatnya sebelum tubuhnya semakin lepas kendali. Melarikan diri sebelum Claire melakukan hal gila yang akan disesalinya. “Aku ingin ke toilet!” ucap Claire yang dijawab anggukan sahabatnya. Dengan tubuh sempoyongan gadis itu beranjak menuju toilet. Reaksi tubuhnya semakin tidak bisa dikendalikan dan mengkhawatirkan. Claire menyadari kalau tubuhnya sekarang oversensitive, sentuhan tidak sengaja pun bisa membuat gairahnya semakin meronta, menuntut untuk dipuaskan! Gawat! Padahal jika ingin ke toilet dirinya harus melewati area dance floor dimana banyak orang bergoyang hingga tidak memperhatikan sekitar, wajar jika tubuhnya tersenggol oleh banyak orang kan? Apalagi pria dan wanita gabung menjadi satu di dance floor, tempat dimana mereka bisa bergoyang dengan teman kencan mereka malam ini. Tempat dimana mereka bisa menyalurkan rasa frustasi dengan menari gila-gilaan. Tapi masalahnya, setiap kali Claire tersentuh meski karena ketidaksengajaan, tubuhnya seolah ingin langsung menerkam pria tersebut untuk dijadikan pelampiasan hasratnya yang menggebu-gebu! Pelampiasan hasratnya yang bergejolak menuntut sentuhan seorang pria! Ditambah lagi alkohol sudah menguasai tubuhnya membuat otaknya semakin tidak bisa berpikir jernih. Claire sadar kalau dirinya mulai mabuk. ‘Gawat, sepertinya aku lepas kendali. Tidak seharusnya aku minum sebanyak ini. Tapi bukankah aku minum alkohol seperti biasa? Rasanya tidak terlalu banyak, namun kenapa tubuhku bereaksi seaneh ini? Apa ada yang menjebakku dengan obat perangsang makanya aku bergairah seperti ini? Tapi siapa?’ Claire bukanlah gadis bodoh. Dirinya yakin ada seseorang yang menjebaknya hingga tubuhnya bereaksi diluar batas seperti ini. Masalahnya, Claire belum tau siapa yang tega melakukan hal terkutuk ini padanya! Kabut yang muncul dalam otak Claire membuat gadis itu tidak bisa berpikir jernih. Jangankan memikirkan siapa tersangka utama yang membuatnya seperti ini, sekarang Claire bahkan kian sulit mengendalikan reaksi tubuhnya sendiri yang semakin meletup-letup akan gairah dan menuntut pelampiasan! Damn! Claire menggeleng pelan, berharap dengan begitu rasa mabuknya mereda, tapi percuma, bukannya reda, Claire malah merasa seperti ada gempa kecil yang mengguncang lantai tempatnya berpijak membuat tubuhnya kian limbung. Ditambah lagi debaran jantungnya kian menggila dengan hasrat menggebu yang membuatnya semakin gelisah. Belum lagi dengan area sensitifnya yang terasa gatal dan berdenyut. Oh, sialan! Lagi, Claire hanya bisa mengumpat dalam hati. Claire berjuang dengan susah payah hingga akhirnya tiba di toilet. Bersyukur karena dirinya bisa melewati area dance floor dengan aman tanpa menerkam pria manapun untuk dijadikan pelampiasan hasratnya, meski Claire harus mengerahkan seluruh akal sehatnya yang sudah kabur karena terkontaminasi alkohol dan obat perangsang. Di dalam toilet, Claire membasuh wajahnya, berharap rasa mabuk yang menghampirinya sirna, tapi percuma karena jumlah alkohol yang masuk ke dalam darahnya sudah tidak bisa lagi ditolerir oleh tubuhnya. Ditambah obat sialan itu semakin membuat tubuhnya kian sengsara! Bahkan gairah yang menyerangnya semakin gencar membuat kegelisahan Claire meningkat! Aliran darahnya seolah mengalir deras hingga berpusat ke bagian sensitifnya yang terasa gatal. Claire memeluk tubuhnya yang semakin sulit dikendalikan. “Aku tidak bisa berada disini terus. Lebih baik aku pergi ke kamar dan berendam, siapa tau dengan begitu rasa panas di tubuhku mereda,” lirih Claire yang memang menginap di hotel yang menyatu dengan bar yang didatanginya itu. Claire berjalan hendak ke kamar, tapi sulit. Campuran antara rasa mabuk dan gairah yang melonjak naik membuat tubuhnya tidak bisa bergerak dengan benar. Claire bahkan harus berpegangan pada railing (pegangan tangga) agar tidak terjatuh. Namun sepatu hak tinggi yang dikenakannya membuat Claire semakin kesulitan berjalan, dirinya hampir jatuh terjerembab karena tersandung kakinya sendiri akibat langkahnya yang tidak stabil, saat sebuah tangan kekar menahan tubuhnya. Tangan kekar yang tanpa segan melingkari pinggangnya membuat aliran darah di tubuh Claire semakin deras, menuntut pelampiasan. Sekuat apapun Claire melawan, tapi keinginan tubuhnya tidak bisa lagi diajak kompromi. Serius, ingin rasanya Claire melampiaskan hasratnya saat ini juga di tempat ini! Persetan dengan orang banyak di sekitar mereka. Claire tidak peduli! Bukankah di tempat seperti ini setiap orang asyik dengan dunianya sendiri? Tubuhnya tidak bisa lagi bertahan terlalu lama. Sepertinya ini adalah akhir dari batas pertahanannya. Yang perlu mereka lakukan hanyalah mencari ruangan tertutup di bar ini. Claire mendongak, menatap pria yang menjadi penopang tubuhnya, bahkan sekarang tubuh mereka menempel erat satu sama lain. Sama sekali tidak ada jarak yang memisahkan. Pandangan matanya semakin kabur. “Hei, are you okay?” tanya sang pria sambil berbisik tepat di telinga Claire membuat gadis itu mengerang frustasi. Bisikan pria itu membuat gairahnya melonjak bagaikan air bah. Bagi Claire, bisikan pria itu adalah godaan yang tidak bisa lagi ditolak! “Aku menginginkannya,” lirih Claire. Ucapan yang langsung dipahami oleh sang pria. Mengikuti naluri, tanpa sadar Claire melingkarkan kedua lengannya ke leher pria yang tidak dikenalnya, hendak menyatukan bibir, membuat seringai tipis muncul di wajah licik sang pria. Namun tepat sebelum bibir mereka bersentuhan, pria itu berbisik lagi, seolah senang melihat penderitaan Claire yang sedang berjuang dilanda gairah. “Jangan disini, aku tau tempat yang tepat untuk menuntaskan keinginan tubuhmu,” tahan sang pria dan langsung memapah Claire ke tempat yang direncanakan. Claire tidak sadar kalau dirinya sudah masuk ke dalam jebakan yang bisa menghancurkan masa depannya!“Levin, perkenalkan ini Nick, orang yang saya tunjuk agar kalian dapat menjalankan kerjasama ini. Saya sudah sempat menjelaskan garis besarnya, jadi kamu bisa membuat kontrak kerjasama agar kita segera menandatanganinya secara resmi.”Kemunculan Nick membuat konsentrasi Levin terpecah selama beberapa saat namun pria itu cepat menyadari kesalahannya dan mengangguk. “Baik, saya akan mempersiapkan kontrak kerjasama secepatnya. Saya akan segera menghubungi anda dan juga Nick.”Daddy Alex mengangguk puas. Setelah itu masih ada beberapa hal kecil yang mereka bahas bersama, selama itu pula Nick hanya menatap Levin dengan wajah datar seolah tidak saling mengenal. Fokus dengan pekerjaan. Beda halnya dengan Levin yang bibirnya sudah gatal ingin bertanya mengenai Claire! Namun meski sulit, beruntung Levin dapat menahan diri hingga meeting berakhir! *** Nick termenung di ruang kerjanya, tidak menyangka kalau Levin akan kembali muncul di hadapannya. Terakhir kali diri
Levin mendesah berat. Hari ini tampak cerah, berbeda jauh dengan suasana hatinya yang kelabu. Levin masih sibuk dengan pikirannya sendiri saat terdengar ketukan di pintu ruang kerjanya disusul dengan kehadiran Johan. “Selamat pagi, Tuan. Saya akan membacakan agenda kerja anda hari ini. Pertama anda harus menghadiri rapat direksi yang diadakan pukul 10, setelah itu anda ada meeting dengan Tuan Alexander dari Arch company. Dilanjutkan dengan acara penggalangan dana di Mulia Resort,” beritahu Johan sambil menutup tab di tangannya. Levin mengangguk, memahami agenda kerjanya hari ini yang untungnya tidak terlalu padat. Setidaknya Johan masih memberinya jeda untuk bernafas. Kini, setelah menyelesaikan rapat direksi yang memusingkan, akhirnya Levin beralih ke tujuan selanjutnya. Arch company. Salah satu perusahaan dimana Levin mengajukan proposal kerjasama yang dapat saling memberi mereka keuntungan. Bukan tanpa alasan Levin mengajukan proposal kepada perusahaan tersebu
Levin tiba di kantor daddy Keenan lebih awal. Setelah menyelesaikan kuliahnya, Levin memutuskan untuk membantu daddy Keenan dan belajar mengelola perusahaan. Dan itu dimulai sejak hari ini. Levin ingin membuktikan kalau kini dirinya adalah pria yang layak diberi kepercayaan dan dapat diandalkan. Semenjak Claire pergi, hidup Levin berubah total. Pria itu berusaha keras menyelesaikan kuliahnya secepat mungkin, menyusul Nick yang sudah wisuda lebih dulu. Bukan hal yang sulit baginya karena pada dasarnya Levin memang pandai hanya saja dulu dirinya terlalu malas dan lebih memilih bersenang-senang dengan wanita serta klub malam hingga melupakan kewajibannya sebagai mahasiswa. Kepergian Claire membuat Levin sadar kalau dirinya harus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik agar jika suatu hari nanti Tuhan kembali mempertemukan mereka, Levin dapat dengan bangga menunjukkan keberhasilannya. Menunjukkan kalau dirinya baik-baik saja setelah kepergian wanita itu meski jauh di lub
Claire menggeleng pelan, tidak ingin kesedihannya terlihat oleh siapapun. Claire sudah memutuskan bahwa Levin adalah bagian dari masa lalunya, jadi dirinya harus konsisten meski bayang-bayang pria itu selalu muncul dalam pikirannya setiap waktu. Terasa utuh dan nyata! “Kamu juga mau gendong, Nick?” tanya Claire, mengusir nama Levin dari benaknya. Pria itu belum sempat menjawab saat suara daddy Alex lebih dulu terdengar. “Harus! Masa daddynya tidak mau menggendong putranya sendiri?” ejek daddy Alex membuat kening Claire mengernyit bingung. “Maksudnya apa, Dad?”“Dokter mengira Nick adalah suami kamu.”“Lagi?!” teriak Claire kaget sebelum terbahak kencang. Namun di detik selanjutnya wanita itu mengaduh kesakitan karena tawanya membuat tubuhnya terguncang hingga jahitannya terasa ngilu. “Kok bisa sih? Terus kamu bilang apa? Sudah dua kali dokter salah sangka sama kamu,” ucap Claire setelah berhasil meredakan tawanya. “Aku tidak sempat bilang a
Rasa cemas dan kepanikan Nick kian meningkat saat satu jam sudah berlalu namun belum ada tanda-tanda tangisan si kecil. Pria itu menautkan kedua tangannya, seperti orang yang sedang berdoa dan memang benar, dirinya memang sedang berdoa. Memohon agar Claire dapat segera melahirkan buah hatinya dengan selamat, karena dengan begitu telinganya tidak perlu lagi mendengar jerit kesakitan sahabatnya. Serius, Nick tidak tega! Ingin rasanya Nick melarikan diri agar tidak perlu mendengar jerit kesakitan Claire lagi, tapi dirinya tidak mungkin meninggalkan Claire dalam kondisi seperti ini. Meski hati dan telinganya terasa teriris setiap kali jerit kesakitan Claire terdengar membahana, tapi Nick berusaha menguatkan diri, menahan kakinya agar tidak lari tunggang langgang! Jujur, saat mengetahui betapa menyakitkannya melahirkan membuat pria itu terus mengumpat nama Levin meski hanya dalam hati. Andai pria itu tidak menghamili sahabatnya, Claire pasti tidak perlu m
Sejak kemarin, Claire sudah mengambil cuti, mempersiapkan diri untuk persalinannya karena menurut prediksi dokter, dirinya akan melahirkan dalam minggu ini. Maka dari itu Claire ingin mempersiapkan dirinya, baik fisik maupun mental. “Daddy, pokoknya aku ingin melahirkan secara normal, kecuali jika keadaan benar-benar tidak memungkinkan. Intinya operasi dijadikan sebagai alternative terakhir.”Daddy Alex mengangguk saat mendengar ucapan putrinya yang entah sudah diulang untuk yang keberapa kali. Padahal Claire sudah mulai merasakan kontraksi, tapi putrinya masih bisa sebegini bawelnya.Dan saat menjelang malam, kontraksi yang wanita itu rasakan mencapai puncaknya. Berulang dengan jeda waktu yang semakin sempit dan rasanya berkali-kali lipat jauh lebih menyakitkan dari sebelumnya membuat Claire terus mengerang sakit. Rintihan kesakitan Claire terdengar memilukan membuat daddy Alex panik. Untungnya ada Susan, setidaknya wanita itu memahami bagaimana sakitnya mela
Claire menatap ponselnya yang kini hening. Mensyukuri kehadiran Nick karena pria itu selalu bisa menguatkannya meski mereka terpisah jarak. Bersyukur karena kehadiran Nick membuat hari-harinya yang suram menjadi lebih menyenangkan. Setidaknya Claire memiliki seseorang yang dapat menampung cerita dan keluh kesahnya. Selama berbulan-bulan ini Claire berusaha menyesuaikan diri dengan pekerjaannya dan rajin menabung untuk biaya persalinan. Kini, dirinya tidak perlu memusingkan mengenai biaya persalinan lagi karena tabungannya sudah lebih dari cukup. Untuk hal yang satu itu, Claire harus bersyukur karena secara tidak langsung daddy Alex lah yang membuat Claire dapat menabung lebih banyak karena sang daddy selalu mensupport kebutuhan rumahnya melalui Susan meski Claire sempat protes.Namun seperti yang selama ini terjadi, Claire selalu kalah debat karena dirinya paham kalau daddy Alex hanya ingin memastikan kesejahteraannya dan si kecil meski berada jauh dari negara kelahira
Levin menenggak minuman bersoda di tangannya dengan sekali teguk. Setelah Claire meninggalkannya, Levin berusaha sebisa mungkin untuk menghindari alkohol, walaupun jujur saja dirinya sangat membutuhkan minuman beralkohol saat ini. Tapi tekad untuk membuktikan bahwa dirinya dapat menjadi pribadi yang lebih baik, lebih kuat daripada keinginannya untuk minum alkohol. Jadi malam ini, Levin harus dapat berpuas diri meski hanya bisa meneguk minuman berkarbonasi tanpa alkohol setetes pun! Playboy tobat, kurang lebih julukan itulah yang disematkan orang-orang kepadanya, tapi Levin tidak peduli.“Nick sialan!” maki Levin frustasi dan meremas kaleng di tangannya sampai tidak berbentuk. Menyalahkan pria itu meski Levin sadar kalau itu bukanlah kesalahan Nick sepenuhnya. Pria itu hanya ingin menepati janji yang terlanjur diucapkannya. Kini yang bisa Levin lakukan hanyalah membuktikan kemampuannya, seperti tekadnya beberapa waktu lalu. Percuma mencari informasi karena Nick tid
Sepulangnya dari Melbourne, Nick datang ke kampus untuk menyelesaikan segala macam urusan mengenai perkuliahan. Kakinya sedang melangkah santai di sepanjang lorong saat seseorang menghadang langkahnya. Seolah sengaja menunggu kedatangannya sejak tadi. Levin. Pria itu menatap Nick dengan tajam. Pandangan mereka beradu. Sama-sama tajam. Saling memandang sinis. Menunjukkan ketidaksukaannya pada kehadiran satu sama lain. Namun Levin sadar, sebenci-bencinya dirinya pada Nick, tapi Levin membutuhkan informasi dari pria itu! Sedangkan Nick, tanpa dapat dicegah otaknya berkelana, teringat pada apa yang dialami Claire. Saat wanita itu mengalami pendarahan karena stress dengan gunjingan rekan kerjanya. Hal yang secara tidak langsung terjadi akibat ulah pria di hadapannya. Andai Claire tidak hamil di luar nikah, sahabatnya pasti tidak perlu mengalami hal itu! Membayangkan kejadian saat Claire mengalami pendarahan saja sudah membuat Nick kembali ketakutan! Dirinya nyaris keh