Beranda / Fantasi / Satu Malam dengan Raja Naga / Bab 172 – Kumpul di Bawah Bayang Naga

Share

Bab 172 – Kumpul di Bawah Bayang Naga

Penulis: Ragil Avelin
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-16 08:30:39

Setelah pertempuran sengit di atas laut, Aeryn mendarat dengan sayap yang masih bergetar dari ledakan energi. Ia tahu waktu untuk beristirahat sangat terbatas. Di kejauhan, bendera pasukan berkibar, berkumpul di dataran luas yang dikelilingi hutan lebat.

Valtherion sudah menunggunya di tengah barisan, wajahnya penuh tanda tanya tapi juga harapan. “Kita harus mengumpulkan semua pasukan. Ancaman dari laut tidak bisa kita anggap remeh.”

Aeryn mengangguk. “Semua yang bersedia bertarung harus siap. Aku butuh strategi yang kuat, bukan hanya kekuatan.”

Prajurit mulai berbaris dengan rapi, pasukan dari berbagai suku dan kerajaan berkumpul, masing-masing membawa senjata dan perlengkapan khas mereka. Suasana tegang tapi penuh semangat.

Di sisi lain, Althea dan Serat tengah membahas peta medan perang, menunjukkan titik-titik lemah dan jalur potensial serangan musuh. “Kita harus mengantisipasi dua kemungkinan serangan—dari laut dan darat,” ujar Althea.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 174 – Bayangan Kelam di Balik Kemenangan

    Kemenangan sementara di medan perang membawa angin segar bagi pasukan Aeryn, namun bayangan kelam tetap mengintai di balik tirai malam. Aeryn berdiri di puncak tebing, memandang jauh ke arah medan yang kini sepi dari deru pertempuran. Hanya suara angin dan gesekan dedaunan yang terdengar, menciptakan kesunyian yang hampir menakutkan.Walau api perlawanan masih membara di dada setiap prajurit, Aeryn merasakan beban berat yang tidak terlihat oleh mata. Dia tahu bahwa musuh yang mereka hadapi bukan hanya sekadar pasukan biasa, melainkan kekuatan yang lebih gelap dan licik.Althea mendekat, langkahnya tenang tapi penuh tekad. “Kita harus waspada, Aeryn. Mereka mungkin akan menggunakan cara yang tak terduga.”Serat muncul dari balik bayangan, menyambung, “Aku telah menerima laporan tentang gerakan pasukan bayangan yang tersembunyi di hutan sebelah timur. Mereka berencana melakukan serangan mendadak saat kita lengah.”Aeryn mengangguk pelan, matanya men

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 173 – Api Perlawanan yang Membara

    Malam berganti pagi, tapi pertempuran belum juga mereda. Aeryn terbang rendah di atas medan yang berubah menjadi ladang api dan reruntuhan, tatapan matanya tajam mengamati setiap gerakan musuh. Di bawahnya, pasukan sudah bergeser formasi, mencoba bertahan dari serangan bertubi-tubi yang semakin brutal.Aroma asap dan besi terbakar memenuhi udara, menyatu dengan suara benturan pedang dan teriakan peperangan yang bergema. Di kejauhan, tampak bayangan para pemanggil leviathan yang masih terus memanggil kekuatan laut, mencoba memutar balik keadaan.Aeryn menggelengkan kepala, merasakan beban yang lebih dari sekadar fisik. “Ini bukan perang biasa,” pikirnya. “Ini adalah ujian untuk semua yang kita perjuangkan selama ini.”Ia mendarat di tanah, langkahnya pasti dan tegap. Dengan suara lantang yang langsung menyebar ke sekeliling, ia memerintahkan para pasukan cadangan. “Siapkan barisan baru! Kita tidak boleh kehilangan momentum!”Sementara itu, Valtheri

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 172 – Kumpul di Bawah Bayang Naga

    Setelah pertempuran sengit di atas laut, Aeryn mendarat dengan sayap yang masih bergetar dari ledakan energi. Ia tahu waktu untuk beristirahat sangat terbatas. Di kejauhan, bendera pasukan berkibar, berkumpul di dataran luas yang dikelilingi hutan lebat.Valtherion sudah menunggunya di tengah barisan, wajahnya penuh tanda tanya tapi juga harapan. “Kita harus mengumpulkan semua pasukan. Ancaman dari laut tidak bisa kita anggap remeh.”Aeryn mengangguk. “Semua yang bersedia bertarung harus siap. Aku butuh strategi yang kuat, bukan hanya kekuatan.”Prajurit mulai berbaris dengan rapi, pasukan dari berbagai suku dan kerajaan berkumpul, masing-masing membawa senjata dan perlengkapan khas mereka. Suasana tegang tapi penuh semangat.Di sisi lain, Althea dan Serat tengah membahas peta medan perang, menunjukkan titik-titik lemah dan jalur potensial serangan musuh. “Kita harus mengantisipasi dua kemungkinan serangan—dari laut dan darat,” ujar Althea.

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 171 – Sayap Api di Atas Laut Badai

    Angin menghantam wajah Aeryn begitu keras, seolah berusaha merobeknya dari langit. Di bawahnya, ombak setinggi menara beradu satu sama lain, memecah udara dengan suara yang lebih mirip ledakan daripada gemuruh. Air asin menyambar matanya, tapi penglihatan Aeryn tetap tajam menatap sosok raksasa yang bergerak di tengah pusaran laut.Leviathan. Kulitnya seperti sisik baja basah, setiap gerakan tubuhnya menimbulkan gelombang kejut yang memecahkan kapal. Dua tanduk melengkung keluar dari kepalanya, memancarkan kilatan biru pucat yang berdenyut seperti petir di kedalaman laut. Nafas makhluk itu adalah kabut dingin yang menusuk paru-paru.Dari jauh, suara teriakan prajurit terdengar samar. “Aeryn! Di bawah sirip kirinya! Itu titik lemahnya!”Aeryn mengangguk singkat meski mereka tak mungkin mendengar, lalu mencondongkan tubuh ke depan. Sayap aura emas-merahnya terbentang lebih lebar, setiap kepakan melepaskan serpihan cahaya yang langsung menguap di udara. Ia me

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 170 – Duel Bayangan Darah

    Aeryn berlari di atas tanah yang bergetar, pedang di tangannya terasa begitu berat dibanding milik sosok di depannya. “Dirinya” yang lain bergerak seperti kilat, setiap tebasannya memecah udara dan meninggalkan percikan api biru.Benturan pertama membuat tulang Aeryn berderak. Dia hampir terjengkang, tapi menahan diri. Nafasnya memburu. Dia… jauh lebih cepat dari yang kuduga.Bayangan itu tersenyum mengejek. “Kau terlalu lambat. Kalau begini, kau bahkan tidak pantas disebut pewaris naga.”Serangan kedua datang tanpa peringatan. Aeryn terlempar beberapa meter, tanah di belakangnya pecah berkeping-keping. Rasa panas menjalar di tulangnya, tapi ia memaksa tubuhnya untuk berdiri.“Aku mungkin lambat…” gumamnya sambil mengangkat pedang, “tapi aku masih punya satu hal yang tidak kau miliki.”Bayangan itu mengangkat alis. “Apa itu?”“Teman-teman yang menungguku kembali hidup-hidup.”Dengan teriakan keras, Aeryn melepaskan aura

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 169 – Daratan Terlarang

    Udara di luar badai terasa asing. Tidak ada aroma tanah basah atau dedaunan seperti hutan biasa, melainkan perpaduan bau logam dan asap tipis yang menusuk hidung. Langit di atas mereka berwarna abu-abu gelap, seolah matahari tertahan di balik selimut awan pekat yang tak pernah pecah.Aeryn berdiri perlahan, lututnya masih lemas. “Ini… bukan dunia yang sama, kan?” bisiknya, memandangi daratan yang dipenuhi batu-batu tajam menjulang seperti tombak.Serat menunduk, tangannya menyentuh tanah yang retak-retak. “Benar. Ini adalah Daratan Terlarang. Legenda mengatakan tempat ini diciptakan dari sisa-sisa pertempuran naga pertama ribuan tahun lalu.”Raja Naga berdiri di depan mereka, napasnya teratur tapi sorot matanya penuh kewaspadaan. “Jangan berpikir kita sudah aman. Di sini, setiap langkah bisa membangunkan sesuatu yang seharusnya tetap tidur.”Mereka mulai berjalan, mengikuti celah sempit di antara tebing batu. Althea merapatkan jubahnya, pandangann

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status