Beranda / Fantasi / Satu Malam dengan Raja Naga / Bab 98: Mata yang Menatap Balik

Share

Bab 98: Mata yang Menatap Balik

Penulis: Ragil Avelin
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-27 08:30:00

Simbol itu tidak memiliki warna.

Tapi ia tampak mencolok di tengah kehampaan.

Bentuknya seperti mata vertikal

dengan tiga garis melingkar mengelilinginya.

Tidak berkedip.

Tidak bergerak.

Hanya… melihat.

Arven berdiri diam.

Tubuhnya masih menyimpan resonansi dari penyatuan barusan,

tapi pikirannya langsung fokus

pada entitas asing yang kini menampakkan dirinya.

Anak kecil itu,

wujud kehendak kehancuran,

menggenggam tangan Arven lebih erat.

“Kau merasa itu?”

bisiknya pelan,

seolah takut suara keras bisa membangunkan sesuatu.

Arven mengangguk.

“Ya.

Tapi ini bukan bagian dari kita.”

Dunia sekeliling mereka bergetar.

Tapi bukan karena kehendak.

Bukan pula karena medan energi.

Getaran itu berasal dari… tanggapan.

Sesuatu, atau seseorang, merespons

apa yang baru saja dilakukan Arven.

Seolah penyatuan tiga kehendak—

kesatuan, kehampaan, dan kehancuran—
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 99: Variabel Lain Telah Lepas

    Angin di dunia nyata terasa berbeda ketika Arven menginjakkan kakinya kembali.Langit terlihat lebih gelap, bukan karena malam, tapi karena keseimbangan dimensi sedang goyah. Udara berdenyut pelan, seperti dunia sendiri sedang menahan napas. Setiap langkah Arven meninggalkan jejak energi samar di tanah. Ia tidak lagi hanya seorang pewaris naga. Ia kini adalah entitas penuh, lepas dari kendali sistem, dengan kehendak yang tak bisa lagi ditentukan siapa pun kecuali dirinya sendiri.Saira adalah yang pertama mendekat."Aku tidak tahu harus lega atau takut melihatmu lagi," katanya dengan mata masih berkaca. "Kau… kau terasa seperti Arven, tapi juga tidak."Arven menatapnya, dan untuk pertama kalinya sejak ia kembali, ia bicara."Aku masih Arven. Tapi kini aku tahu siapa yang sebenarnya memegang rantai kita selama ini."Elma, yang sedang membaca celah retakan dimensi di udara, mendekat sambil mengetuk udara dengan jarinya."S

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 98: Mata yang Menatap Balik

    Simbol itu tidak memiliki warna.Tapi ia tampak mencolok di tengah kehampaan.Bentuknya seperti mata vertikaldengan tiga garis melingkar mengelilinginya.Tidak berkedip.Tidak bergerak.Hanya… melihat.Arven berdiri diam.Tubuhnya masih menyimpan resonansi dari penyatuan barusan,tapi pikirannya langsung fokuspada entitas asing yang kini menampakkan dirinya.Anak kecil itu,wujud kehendak kehancuran,menggenggam tangan Arven lebih erat.“Kau merasa itu?”bisiknya pelan,seolah takut suara keras bisa membangunkan sesuatu.Arven mengangguk.“Ya.Tapi ini bukan bagian dari kita.”Dunia sekeliling mereka bergetar.Tapi bukan karena kehendak.Bukan pula karena medan energi.Getaran itu berasal dari… tanggapan.Sesuatu, atau seseorang, meresponsapa yang baru saja dilakukan Arven.Seolah penyatuan tiga kehendak—kesatuan, kehampaan, dan kehancuran—

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 97: Tiga Pewaris Kehendak

    Medan telah tenang,tapi keheningannya bukan kedamaian.Itu seperti laut yang sunyikarena badai berikutnya masih membentuk dirinya.Arven berdiri di pusat lingkaran cahayayang baru saja tercipta dari penggabungan tiga gerbang.Kehendaknya kini utuh—bukan lagi terpecah,bukan lagi dikendalikan oleh sisi mana pun.Namun suara itu…yang datang dari luar semua dimensi,masih menggema di benaknya.“Satu telah lengkap.Dua masih tertidur.Tiga akan bangkit begitu sang pewaris membuka jalan.”Saira duduk bersandar di tepi medan,masih kehabisan napas dari ledakan energi sebelumnya.“Partner…kau dengar itu juga, kan?”Arven mengangguk pelan.“Itu bukan gema dari masa lalu.Itu pesan…dari sesuatu yang masih hidup.”Elma mencoba menstabilkan peta realitas di layar.Namun dari balik lapisan data,muncul tiga titik merahyang tak pernah ada sebelumnya.Titik

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 96: Gerbang Ketiga yang Terbuka

    Retakan itu kecil,hanya seukuran celah jari—tapi dari dalamnya mengalir kabut unguyang tidak menyerang…melainkan berbisik.Saira mundur satu langkah,meraih lengan Arven.“Apa itu? Kau tidak yang membuatnya, kan?”Arven menggeleng pelan.“Bukan aku.Tapi sesuatu…yang terbangun setelah keseimbangan terputus.”Firen mencabut kembali senjatanya,nyala api di telapak tangannyamenyala otomatis seolah tahubahaya belum selesai.Elma mencoba membaca gelombang energi dari retakan.Wajahnya langsung menegang.“Partner… ini bukan dimensi lain.Ini… ingatan tua yang dikunci.Dan sekarang ia menolak untuk dilupakan.”Kabut itu menyebar perlahan,bukan dengan kekuatan,melainkan dengan kesadaran.Ia masuk ke medan baru yang diciptakan Arven,dan tidak hancur.Arven berdiri diam,namun tubuhnya sedikit bergetar.“Aku yang membuka jalan,dan kini…

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 95: Kehendak yang Tidak Bisa Dipatahkan

    Tanah retak dalam pola simetrisseiring dua kekuatan bertabrakan di tengah medan dimensi baru.Di satu sisi: Arven,dikelilingi oleh medan cahaya yang mengalir seperti sungai emas.Di sisi lain: entitas utama,sosok gelap yang bahkan bayangannya menghapus realitas tempat ia berdiri.Saat keduanya saling menatap,dunia seolah menahan napas.Entitas itu mengangkat satu tangan.Tak ada mantra, tak ada gerakan agresif.Namun ruang di antara mereka berubah.Warnanya menjadi pudar,seperti kanvas yang dilap bersih.Segalanya… menghilang.Saira berseru,“Dia mencoba menghapus zona realitas!Kalau Arven tertelan, semua ingatannya bisa runtuh!”Tapi Arven melangkah maju,dan setiap langkahnyamenghasilkan denyut energiyang membatalkan proses kehancuran itu.Elma memantau data dengan mata membelalak.“Ini... gila.Arven tak hanya menahan kehendak entitas,tapi juga menggan

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 94: Dimensi Terbuka, Langit Terbelah

    Langit di atas mereka terbelah.Tidak seperti retakan biasa.Tapi seperti kulit dimensiyang dikoyak dari dalam—menganga dan meneteskan cahaya gelapyang tidak seharusnya ada di dunia mana pun.Saira mendongak,matanya refleks menyipit.Apa yang ia lihat…tidak bisa dijelaskan dengan bahasa biasa.Bukan makhluk.Bukan energi.Tapi kesadaranyang jatuh dalam bentuk berjuta-juta pecahan bercahaya,turun dari langit tanpa suara,namun menekan dada seperti beban seribu tahun.Elma menekan tombol darurat pada gelangnya.“Lapisan ketujuh dimensi telah pecah…ini seharusnya tidak mungkin.”Firen bersandar pada pilar ilusi,mengatur napas dengan susah payah.“Entitas itu memanggil mereka dari luar sistem alam ini.Mereka bukan sekadar pasukan—mereka fragmen dari kehendak kolektif…dari sesuatu yang lebih besar dari Tuhan.”Arven berdiri di depan mereka semua.Tubuhny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status