Beranda / Romansa / Satu Set Gamis Mewah / Kejutan Tak Terduga

Share

Satu Set Gamis Mewah
Satu Set Gamis Mewah
Penulis: Bintang Senja

Kejutan Tak Terduga

Penulis: Bintang Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-24 16:07:30

"Ini gamis milik siapa, bagus banget. Pasti harganya mahal," ucap Sri seraya membuka bungkusan yang berada di dalam mobil milik suaminya.

"Apa mungkin ini, mas Wisnu yang beli untukku," terkanya. Memang Sri meminta suaminya untuk membelikan dirinya gamis, untuk dipakai ke acara pernikahan adik iparnya.

Tiba-tiba saja terdengar teriakan suaminya dari dalam rumah, seketika Sri terlonjak kaget. Dengan buru-buru Sri menyimpan satu set gamis yang sempat ia temukan di mobil suaminya itu.

"Sri, Sri ketemu apa nggak!" teriak Wisnu.

"Iya, Mas udah ketemu," sahut Sri yang ikut meninggikan suaranya. Setelah itu wanita berjilbab itu berlari masuk ke dalam rumah.

"Ini, Mas." Sri memberikan obat penghilang rasa sakit kepala yang biasanya Wisnu minum, saat kepalanya terasa sakit.

"Terima kasih." Wisnu menerima obat tersebut, dan langsung mengambil satu butir, lalu menelannya.

"Oya, Mas. Gamis yang aku .... "

"Oh iya ini, aku sampai lupa." Wisnu memberikan paper bag berukuran sedang pada sang istri. Dengan sedikit ragu Sri menerimanya.

"Kalau ini gamis yang untukku, lalu satu set gamis yang ada di mobil itu untuk siapa? Apa mungkin itu kado untuk Vika," ucap Sri dalam hati.

"Terima kasih ya, Mas." Sri tersenyum seraya membuka paper bag tersebut. Namun senyumnya pudar setelah tahu isi dari paper bag itu, bukan karena gamisnya yang kurang bagus, tapi kenapa hanya ada gamis saja. Tidak satu set seperti yang ada di mobil.

"Mas ini kok cuma gamis doang, yang untuk kamu mana?" tanya Sri.

"Bajuku sudah banyak, lagi pula besok aku nggak bisa datang. Aku ada meeting di Bandung, jadi nggak apa-apa kan, kamu datang sendiri. Lagian itu kan pernikahan Vika, adik iparmu sendiri," ungkap Wisnu.

"Oh iya, Mas. Ya sudah nggak apa-apa kok, oya nanti yang jadi wali siapa," sahut Sri sedikit ragu. Pasalnya sejak menikah dengan Wisnu, Sri tidak pernah bertemu dengan mertuanya. Lantaran setelah ijab kabul Wisnu langsung membawa Sri ke rumah yang sudah disiapkannya.

"Kamu tidak perlu khawatir, mama nggak galak kok. Vika juga nggak judes, sama nanti yang jadi wali, om Hamdan," ucap Wisnu, yang seakan tahu jika istrinya tengah gelisah.

"Ah iya, Mas." Sri tersenyum, meski hatinya tetap merasa tidak tenang.

"Oya, Mas di Bandung nanti nginep apa nggak?" tanya Sri.

"Enggak kok, tapi mungkin malam aku baru sampai rumah. Soalnya mau ketemu klien juga," jawab Wisnu, sementara Sri hanya mengangguk.

"Ya sudah, Mas aku siapkan air dulu untuk mandi ya," katanya seraya bangkit dari duduknya. Sementara itu Wisnu hanya mengangguk, dengan mata yang masih fokus pada layar ponsel.

***

Hari telah berganti, pukul enam pagi Wisnu sudah siap dengan pakaian kantornya. Sementara Sri masih sibuk untuk menyiapkan sarapan. Setelah selesai Sri segera memanggil suaminya untuk sarapan pagi bersama. Jujur, Sri sedikit ragu dengan kepergian suaminya itu, entah kenapa pikirannya menjadi tidak tenang.

"Mas sarapan dulu," ajaknya.

"Aku sarapan nanti saja ya, soalnya takut kesiangan," sahut Wisnu seraya memakai jasnya.

Sri mengernyitkan keningnya. "Oh, ya sudah, Mas. Jadi, Mas mau jalan sekarang."

"Iya, nitip salam untuk mama sama Vika ya." Wisnu mencium kening istrinya.

"Iya, Mas. Hati-hati di jalan ya," ucap Sri, lalu mencium punggung tangan suaminya itu.

Usai berpamitan Wisnu bergegas pergi, sementara itu dengan pikiran yang kacau Sri membereskan meja makan. Napsu makannya mendadak hilang, dan sekarang ia harus bersiap pergi ke rumah mertuanya untuk menghadiri acara pernikahan adik iparnya itu.

"Semoga, mama benar-benar baik seperti yang, mas Wisnu katakan," gumam Sri seraya bersiap-siap untuk pergi.

Setelah siap, Sri bergegas untuk pergi, dengan menggunakan taksi online. Sri akan pergi ke rumah mertuanya yang jaraknya cukup jauh, dengan menempuh waktu sekitar tiga jam lebih. Selama dalam perjalanan pikiran Sri tidak tenang, tetapi sebisa mungkin ia tetap berpikir positif.

Setelah hampir tiga jam lebih Sri tiba di rumah mertuanya. Usai membayar taksi wanita berjilbab itu bergegas masuk ke dalam, rumah sudah sangat ramai, tamu undangan sudah memenuhi ruangan yang mungkin akan dijadikan tempat ijab kabul berlangsung nanti.

"Akhirnya kamu datang juga, mama udah nungguin kamu dari tadi," ucap Ratna yang membuat Sri sedikit terkejut.

"Eh, Mama. Maaf, Ma di jalan tadi macet," sahut Sri.

"Ya sudah, ayo ikut mama ke belakang." Ratna menarik tangan menantunya itu, dan membawanya menuju ke dapur.

"Sekarang kamu cuci bersih ikan sama ayam ini, setelah itu kamu potongan-potong, lalu kamu berikan pada mbok Ijah untuk dimasak," titah Ratna, sontak Sri terkejut mendengar hal itu.

"Apa, Ma. Tapi di sini kan banyak yang .... "

"Mereka semua sedang sibuk, ikan sama ayam ini nanti untuk para yang sudah datang. Udah buruan kamu kerjakan, mama harus ke depan karena sebentar lagi ijab kabul akan dimulai. Satu lagi, kamu tidak boleh ke depan sebelum acara selesai, para tamu akan jijik melihat wajahmu itu yang seperti monster." Ratna memotong ucapan menantunya itu, setelahnya ia bergegas pergi meninggalkan dapur. Sri meraba wajah sebelah kirinya yang memiliki luka akibat tersiram air keras.

Dengan terpaksa Sri menuruti perintah mertuanya, wanita berjilbab itu mulai menggulung lengan gamisnya, lalu mulai mengerjakan tugas yang diberikan padanya. Mencuci ikan serta ayam yang entah ada berapa puluh kilo. Sri tidak menyangka kalau kedatangan dirinya hanya untuk melakukan tugas yang seharusnya tidak ia lakukan.

Sementara di depan ijab kabul telah dimulai, rasanya Sri ingin berlari untuk menyaksikan adik iparnya itu menikah. Namun, tugas yang ibu mertuanya itu berikan belum selesai, entah sampai jam berapa bisa ia selesaikan. Sri merasa percuma datang, jika akhirnya dirinya harus berada di dapur. Jangankan di kenalkan sebagai seorang menantu, untuk menyaksikan moment bahagia itu saja tidak bisa.

"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga. Sepertinya aku bisa ke depan sekarang," gumam Sri seraya mengelap tangannya sampai kering. Setelah itu ia beranjak dari dapur.

Setelah itu Sri melangkah meninggalkan dapur, ia berjalan menuju ruangan depan di mana acara sedang berlangsung. Kini Sri sudah berdiri tak jauh dari pelaminan, tiba-tiba matanya menangkap sosok pria serta wanita yang berdiri berjajar. Mata Sri melotot saat tahu siapa mereka, ia tidak menyangka kalau pria yang sangat dipercaya tega berbohong.

"Siapa perempuan itu, lalu ... ternyata kamu membeli gamis itu untuknya dan untukmu sendiri," gumam Sri. Dadanya bergemuruh saat melihat suaminya bermesraan dengan perempuan lain.

"Wisnu, dia siapa cantik banget?" tanya ibu Rahma, teman arisan Ratna.

"Dia istrinya, Wisnu. Memang cantik, pinter juga, lulusan sarjana," jawab Ratna. Sementara Wisnu hanya tersenyum.

"Wah, pantesan. Eh bukannya istrinya Wisnu itu, Sri ya," sahutnya.

"Oh, Sri sudah meninggal. Jadi Wisnu menikah lagi, tapi nikahnya nggak di sini, makanya tidak ada yang tahu," jelas Ratna. Lagi-lagi Wisnu hanya tersenyum, begitu juga dengan wanita yang berdiri di sebelahnya.

"Apa! Jadi dia istri, mas Wisnu. Dan mama bilang aku sudah meninggal, benar-benar biadap." Sri benar-benar geram melihat kenyataan yang begitu menyakitkan.

Sri hendak menghampiri mereka dan mempermalukannya, tetapi ia urungkan. Sri memilih untuk pulang, lalu mengamankan aset berharga yang telah menjadi miliknya. Bukan itu saja, Sri juga akan menguras uang Wisnu yang seharusnya menjadi miliknya itu. Cukup selama ini Wisnu membodohinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Satu Set Gamis Mewah   Meniti Kebahagiaan

    Tidak terasa bulan demi bulan terus berjalan, dan tahun pun telah berganti. Selama ini rumah tangga Astri dan Steven semakin hari semakin romantis dan juga harmonis. Masalah memang selalu ada, akan tetapi keduanya selalu menghadapinya dengan otak dan kepala yang dingin. Dan sekarang usia Naira menginjak lima tahun, Naira tumbuh menjadi gadis yang cantik seperti ibunya. Kecantikan serta lemah lembutnya menurun dari ibunya, tapi di balik itu, Naira memiliki sifat yang menurun dari ayahnya, yaitu manja, dan gampang ngambek. Tatapan matanya pun sama seperti mata Steven, tapi wajah, hidung serta bibir sama seperti Astri. Hari adalah hari senin, dan seperti biasanya Astri akan memulai kesibukannya usai shalat subuh. "Sayang jam tangan aku di mana!" teriak Steven dari dalam kamar. Pria itu tengah mencari jam tangannya yang selalu ia pakai. "Iya sebentar." Astri ikut berteriak. Saat ini Astri tengah sibuk menyiapkan bekal untuk Naira. Setelah selesai, Astri bergegas naik ke lantai atas di

  • Satu Set Gamis Mewah   Hadirnya Melaikat Kecil

    Hari demi hari telah berganti, minggu demi minggu telah berlalu, bahkan bulan pun terus berjalan. Tidak terasa kini usia kandungan Astri sudah sembilan bulan, mereka tinggal menanti kelahiran malaikat kecil yang telah dinanti-nanti. Yang akan menjadi pelengkap kebahagiaan mereka. Kini Steven sudah standby di rumah, karena mereka tidak tahu kapan Astri akan melahirkan, entah itu siang, pagi ataupun malam. Meski sudah ada perkiraan dari dokter, tetap saja mereka tidak tahu, bisa lebih cepat atau mungkin sebaliknya. Pagi ini Astri tengah duduk di depan televisi, tak lupa di pangkuannya terdapat satu toples cemilan. Wanita berjilbab itu tengah asyik menonton televisi sembari memakan cemilan. Selang berapa menit Steven datang, pria itu menjatuhkan bobotnya di sebelah sang istri. "Sayang lihat tuh, tangan sama kaki, paha, muka udah bulat macam bola saja, tapi ngemil nggak mau berhenti." Steven menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. "Biarin, soalnya enak, Mas," sahut Astri. Tiba-tiba

  • Satu Set Gamis Mewah   Penyesalan

    Seminggu telah berlalu, sejak kejadian di mana Vina datang untuk menuntut balas, sejak saat itu Steven semakin memperketat penjagaan di rumahnya. Ia tidak ingin sampai kejadian buruk menimpa istrinya itu, terlebih saat ini Astri tengah mengandung. "Mas keluar yuk, aku bosen di rumah terus. Hari ini kamu libur kan, Mas?" tanya Astri. Pagi ini mereka tengah duduk santai di ruang tengah. "Memangnya mau pergi ke mana, hem." Steven balik bertanya. "Nyari baju hamil, Mas. Baju yang ada di lemari udah nggak muat," sahut Astri. "Ya udah mandi dulu sana," titah Steven. "Ish aku kan udah mandi," sahut Astri. "Iya mandi kemarin, udah buruan sana," kata Steven. "Mandiin ya," sahut Astri. Seketika ia bangkit dan beranjak dari ruang tengah sebelum suaminya itu benar-benar menyetujui ucapannya itu. Setibanya di kamar, Astri bergegas masuk ke dalam kamar mandi, untuk membersihkan diri. Dua puluh menit kemudian, Astri keluar dengan memakai handuk kimono. Wanita hamil itu berjalan menuju lemari

  • Satu Set Gamis Mewah   Dendam Vina

    Semua rahasia yang Irvan sembunyikan kini telah terbongkar, awalnya Irvan ingin tetap merahasiakan siapa dirinya sebenarnya. Namun ibunya terus mendesak, alhasil saudara kembar Wisnu mau mengaku juga. Ratna sempat syok mendengar hal itu, tetapi ia berusaha untuk menerima kenyataan itu. "Andai saja Wisnu masih ada di sini, mungkin kebahagiaan mama akan lebih lengkap. Tapi Wisnu sudah lebih dulu meninggalkan kita." Ratna mulai terisak, dengan cepat Irvan memenangkannya. Ia tidak ingin ibunya kembar depresi karena kepergian putranya yang selama ini bersamanya. "Sudah, Ma. Wisnu sekarang sudah tenang, walaupun Wisnu tidak bersama kita. Irvan yakin, Wisnu akan bahagia, jika melihat kita juga bahagia." Irvan mendekap erat tubuh ibunya, hal tersebut yang puluhan tahun Irvan rindukan. "Irvan, tolong jaga tinggalkan mama lagi, sudah cukup mama kehilangan Wisnu," pinta Ratna. "Mama tidak perlu khawatir, mulai sekarang Irvan yang akan menjaga, Mama." Irvan semakin mempererat dekapannya itu.

  • Satu Set Gamis Mewah   Terbongkar

    Satu bulan sudah sejak kejadian Astri diculik, sejak saat ini Steven lebih ketat lagi untuk menjaga istrinya itu. Terlebih Astri saat ini tengah mengandung, bahkan Steven rela mengeluarkan uang banyak untuk membayar bodyguard demi melindungi sang istri. Setelah kejadian itu juga, Ferdy membebaskan adiknya itu dari urusan kantor. Ferdy tidak ingin kejadian buruk itu kembali menimpa sang adik. Astri memang sangat beruntung memiliki kakak seperti Ferdy, dan ia juga beruntung memiliki suami seperti Steven. "Mas sarapannya sudah siap," ucap Astri seraya berjalan menghampiri suaminya yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. "Iya sebentar lagi aku turun," sahut Steven. Setelah itu Astri memutuskan untuk turun terlebih dahulu. Selang beberapa menit, Steven turun, pria berkulit putih itu melangkahkan kakinya menghampiri sang istri yang telah menunggunya di meja makan. Melihat suaminya datang, Astri langsung menarik kursi untuk duduk suaminya itu. "Mau sarapan pakai apa, Mas?"

  • Satu Set Gamis Mewah   Karma untuk Lirna

    Astri mengerjapkan matanya, perlahan ia membuka matanya, setelah kelopak matanya terbuka sempurna. Astri terkejut saat melihat ke sekelilingnya yang terlihat menyeramkan. "Ya Allah aku ada di mana," gumamnya. Mata Astri terus menyapu setiap sudut ruangan tersebut. Gelap dan juga pengap. "Mas tolong aku," batin Astri. Berharap semoga ada yang segera menolongnya. Tiba-tiba saja pintu terbuka, seorang wanita berjalan masuk ke dalam. Wanita itu tersenyum, lalu berjalan mendekat. "Siapa kamu, tolong lepaskan aku," ujar Astri yang memohon agar wanita itu mau melepaskan dirinya. Wanita itu menyunggingkan senyumnya. "Jangan harap, sebelum kamu mendapatkan balasan yang setimpal dariku. Gara-gara kamu ayah dari anakku tiada."Astri diam mendengar hal itu. "Maksud kamu apa, aku tidak mengerti.""Apa kamu lupa dengan mantan suamimu yang tiada karena ulahmu itu," ujar wanita tersebut. Detik itu juga Astri diam. Mantan suami itu artinya mas Wisnu. "Maksud kamu, Mas Wisnu," sahut Astri."Dia a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status