Home / Rumah Tangga / Satu Syarat Sandra / Bab 2. Wanita yang Dicintai Moses

Share

Bab 2. Wanita yang Dicintai Moses

Author: Miss Capri
last update Last Updated: 2021-11-18 22:38:51

“Aku mau menikah dengan Jessica.”

Moses akhirnya mengatakan keinginannya yang terpendam. Dia sudah merencanakan semuanya beberapa bulan yang lalu, tapi dia ingin Sandra menjadi yang pertama tau. Bahkan Jessica sendiri belum tau rencananya.

Hari ini Sandra memakai blazer hitam berbahan tweed dan kemeja sutra berwarna putih yang kelihatan besar untuk badannya serta rok kantor tidak ketat dengan panjang selutut. Rambut hitamnya dicepol keatas, sangat rapi tanpa cela. Wajahnya datar saja bahkan tanpa ekspresi setelah mendengar pernyataan Moses.

Istri lelaki lainnya pasti sudah menangis, menjerit, memukul atau mencakar suaminya yang tanpa angin tanpa hujan, tiba-tiba minta cerai. Tapi tidak dengan istri Moses.

Sial! Aku tidak tau harus bahagia atau miris mendapatkan istri seperti Sandra.

“Jessica, wanita yang kamu cintai itu? Bukankah dia sudah menikah?” tanya Sandra.

Moses mengangguk, sedikit terkejut karena istrinya masih ingat dengan nama itu. Nama yang begitu dipuja-puja Moses.

“Suaminya telah meninggal 6 bulan yang lalu karena serangan jantung. Maaf aku tidak memberitahumu. Jessica sekarang seorang janda dengan anak perempuan yang baru berumur 4 tahun. Kamu tau kan bagaimana susahnya menjadi seorang ibu tanpa pekerjaan? Jessica selama ini hanyalah seorang ibu rumah tangga."

“Apakah dia sudah tau?” Sandra mengaduk jus dengan sedotan.

“Belum, aku ingin memberitahumu terlebih dahulu. Kalau kamu setuju kita bercerai baru aku akan bicara dengan Jessica. Aku tidak ingin memberinya harapan palsu."

Jessica sudah banyak menderita karena pernikahannya dengan Sandra. Mereka berdua sama-sama menderita karena dipisahkan oleh takdir.

Saat Sandra tidak mengucapkan sepatah kata pun, Moses takut jika istrinya tidak setuju. Selama ini dia berpikir Sandra pasti tidak akan menentang. Dia tau Sandra bukan tipe egois, bahkan apa yang Moses mau hampir semuanya terpenuhi.

Moses hendak mengeluarkan jurus rayuan, ketika Sandra berkata, “Baiklah, kalau itu memang keinginanmu aku tidak dapat menentang. Tapi aku mau sesuatu darimu, Moses.”

Hah? segampang itu?

Moses menenangkan hatinya yang girang. Hal pertama yang ingin dia lakukan adalah lompat dari kursi dan memeluk istrinya yang baik hati itu, bahkan jika perlu dia akan bersujud syukur di kakinya.

“Kamu mau apa, Sandra? Aku pasti akan mengabulkannya.” Moses tersenyum lega.

Sandra tidak pernah meminta apa pun dari Moses, jadi ia berpikir bahwa kali ini yang diminta Sandra pastilah sangat penting. Istrinya itu kaya raya, tidak kekurangan sesuatu pun, ia tidak pernah merengek minta dibelikan barang. Uang jajan dari Moses saja tidak tersentuh.

Mungkin dia juga tidak butuh aku jadi suaminya,’ batin Moses.

Tanpa sadar, ia memegang tangan kecil dan lembut milik istrinya yang terkepal di atas meja. Sandra melihat sekeliling restoran lagi dan membetulkan kacamata besarnya yang melorot.

Tangan Moses gatal untuk mencampakkan kacamata sialan itu dari wajah istrinya.

“Jangan disini. B-besok kamu ada waktu?” Sandra menarik tangan yang dipegang Moses.

“Bisa, aku akan melowongkan sedikit waktu. Bagaimana kalau sambil makan siang?” tawar Moses.

“Ehmm.. Tidak bisa aku sudah janji akan makan siang dengan beberapa anggota tim. Sesudah makan siang?”

Istrinya itu memang seorang business woman, jadi Moses maklum kalau dia mementingkan pekerjaan. Moses sendiri adalah orang yang pekerja keras.

“Deal. Besok sesudah makan siang ke kantorku ya.”

Moses melemparkan senyuman puas ke istrinya. Segampang itu dia mendapatkan restu tanpa harus menerima pukulan atau teriakan. Sandra membalas dengan senyuman kecil dan meneguk jus strawberry-nya.

***

Jessica menawarkan Moses untuk makan siang di rumah kontrakannya. Ini kedua kalinya mereka bertemu. Sebelumnya mereka sudah bertemu di sebuah kafe dan hanya berbincang ringan, berbagi tentang kesibukan mereka sekarang.

Sedikit tegang, Moses duduk di sofa yang tidak terlalu empuk. Ruang tamu itu cukup kecil, dan dapur langsung kelihatan dari pintu depan. Rumah kontrakan ini sangat hangat dan intim, tidak seperti rumahnya yang besar dan elegan namun hampa.

Suara lembut Jessica terdengar. “Sebentar lagi selesai, Mos.”

Moses berjalan mendekatinya ke dapur dan memperhatikan bagian belakang Jessica. Wanita yang dia cintai itu masih memiliki badan yang bagus walaupun sudah pernah melahirkan. Tubuhnya tinggi seperti model, gerakannya gemulai, dia masak dengan cekatan. Sebuah apron polkadot melingkar di pinggangnya.

Mata Moses turun ke bawah, melihat bagian tubuhnya yang molek itu. Dia jadi penasaran bagaimana bentuk tubuh istrinya.

Damn! Kenapa jadi kepikiran Sandra sih?’ Moses menggelengkan kepalanya.

“Ok, sebentar lagi selesai. Kamu bisa duduk dulu.” Jessica mematikan kompornya dan memindahkan lauk ke piring.

Dengan patuh, Moses duduk di meja makan yang kecil, hanya cukup untuk empat orang. Dua jenis lauk telah terhidang di atas meja dan satu ceret sirup segar. Jessica datang dan menyajikan lauk baru itu.

“Lihat, aku masak makanan kesukaanmu, jamur teriyaki.”

Moses sudah tau saat mencium aroma wangi makanan kesukaannya. Rasanya sangat menyenangkan ada istri yang jago masak.

“Aku jadi rindu masakan mama,” ucap Moses dengan nada sendu.

“Please jangan bandingin masakanku dengan masakan Nyonya Bramasta, ya. Aku pasti kalah.” Jessica tertawa kecil, lalu menyodorkan sepiring nasi untuk Moses.

“Makasih, Jess. Kamu udah repot-repot masak untukku. Ini sangat enak, membuatku jadi teringat dengan masakan rumahan.” Moses menyantap dengan lahap.

“Oh ya, apa istrimu tidak pernah masak untukmu, Moses?” tanya Jessica dengan nada sedikit mengejek.

“Sandra terlalu sibuk kerja dan aku juga tidak mau dia masuk dapur." Moses terdengar seperti membela istrinya.

“Oh... Dia sungguh beruntung bisa menjadi istrimu," ucap Jessica lirih.

Moses menatap ke dinding rumahnya, ada beberapa foto terpajang disana. Foto anak Jessica dan foto pernikahannya dengan Andrew Jonas.

Jessica tertunduk dan air matanya mengalir. “Apakah kamu mencintai istrimu?”

"Jangan menangis, Jess. Kamu tau kan aku hanya mencintaimu seorang. Aku tidak mungkin mencintai Sandra, dan dia juga tau itu."

Dia mengangkat kepalanya dengan pipi yang masih basah. "Istrimu tau kalau kamu mencintaiku?"

"Ya, dia sudah tau sejak awal." Moses beranjak dan berlutut di lantai, menggenggam tangan Jessica yang bergetar.

“Moses!” Jessica menariknya berdiri dan langsung memeluk dirinya.

“Aku sudah sangat rindu pelukanmu," bisik Moses sambil meraba punggungnya. 

Jessica melepas pelukannya namun dia tidak menjauh. Moses mengenal mata sayu wanita itu yang hendak menciumnya. “Tunggu, anakmu..."

Jessica meraba dada bidangnya, “Kylie sedang tidur dikamarnya. Aku juga sudah rindu kamu, Moses. Bertahun-tahun aku mencoba melupakanmu, kamu tidak tau betapa sengsaranya hatiku.”

Moses hampir terhanyut dengan kata-kata manis dan tubuh hangat Jessica. Tapi dia langsung tersadarkan. "Tunggu, Jessica. Ada hal penting yang mau kubicarakan.”

Moses dapat melihat wajah Jessica yang sedikit takut.

“A-apa itu, Mos? Kamu mau bilang kalau ini pertemuan terakhir kita? Istrimu tau kita bertemu? Dia pasti tidak mengizinkanmu bertemu denganku lagi.” Jessica cemberut dan melepaskan dirinya dari lingkaran tangan Moses.

Moses memijat keningnya yang berdenyut. Ia terbiasa dengan suasana tenang di rumah, dimana lawan bicaranya bisa menghadapi masalah dengan kepala dingin. Bukan menerornya dengan pertanyaan beruntun.

“Tenang dulu. Bukan itu yang mau kubilang.”

Wajah leganya sangat transparan. “Maaf. Aku panik…”

“Aku mau kamu jadi istriku, Jess.”

Jessica mengernyitkan dahinya, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. “K-kamu tidak bercanda kan?”

Moses hanya berdiri disana, masih dengan senyumannya.

“Oh Moses! Tentu aku mauuu!! Aku mau jadi istrimu!” pekik Jessica girang dan melompat ke tubuh Moses.

Untung saja Moses bisa menangkap tubuh ringannya, “Senang?”

Jessica tertawa dan mencium pipinya, “Tentu saja! Jadi… Kapan kamu akan menceraikan istrimu?”

Moses teringat dengan 'sesuatu' yang belum diutarakan Sandra. Mereka sudah janji akan bertemu hari ini di kantornya.

"Secepatnya, Jessica."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
irwin rogate
Kehidupan itu merupakan biasa baru
goodnovel comment avatar
Sonya Tansy
Lima tahun menikah tak tau bentuk badan istrinya..gak pernah di sentuh berarti
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Satu Syarat Sandra   Bab 86. Extra Chapter II

    Moses buru-buru melepas lengan Bella dan bangkit berdiri dari kursi. Dia menatap tajam pada pengasuh muda itu. “Kemas barang-barangmu sekarang juga dan pergi dari sini!” Bella memberinya tatapan tak percaya. Padahal dia sudah yakin bahwa Moses tidak akan menolak. Dia berpikir bahwa semua pria kaya yang sudah berkeluarga sama saja. Masih mencari kesenangan di luar. “Maaf kalau sudah membuatmu tersinggung, Tuan Moses. Tapi kalau saya berhenti kerja, siapa yang bantu menjaga Rory?” “Aku bisa mencari penggantimu detik ini juga! Enyah dari hadapanku!” benta

  • Satu Syarat Sandra   Bab 85. Extra Chapter I

    Kecupan-kecupan kecil mendarat di bahu mulus Sandra, membuatnya terbangun dari tidur lelap.Dia mengerang. “Moses… Kamu tau ini baru jam berapa?” protesnya dengan suara yang masih serak. Samar-samar Sandra dapat mendengar kicauan burung dari luar, merasakan cahaya matahari yang mengintip dari balik gorden.“Morning. Hampir jam tujuh, baby bear. Waktunya bangun.” Moses berbisik lalu melanjutkan sapuan bibirnya ke tengkuk leher Sandra.Membuka sebelah matanya, Sandra melirik ke arah jam meja digital di samping tempat tidur. Angkanya cukup besar sehingga dia tidak perlu memakai kacamata untuk bisa melihatnya dengan jelas.06:45

  • Satu Syarat Sandra   Bab 84. Forever and Ever (The End)

    “Ekhmm…” Phoebe berdehem, membuat Sandra buru-buru melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Moses. Wajahnya langsung merah padam karena ketahuan sedang mencium suaminya yang tengah terbaring di atas kasur pasien. Agatha yang berdiri di samping Phoebe juga senyum-senyum sendiri melihat kelakuan dua sejoli itu. “Maaf mengganggu kemesraan kalian. Apakah kami harus keluar dulu sebentar?” tanya Phoebe dengan senyum menggoda. Sandra merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan memeluk gadis muda itu. “Phoebe! Aku sangat merindukanmu.” “Aku juga. Kamu berhutang untuk menceritakan semua petualanganmu di Singapura ya, San. Ehmm… atau lebih tepatnya mulai sekarang aku memanggilmu kakak ipar.” “Tentu saja kamu bisa memanggilku apa saja yang kamu suka! Aku sangat senang kita bisa menjadi satu keluarga, Bee.” Lalu dia melirik Agatha dan melepas pelukannya. Sandra sedikit menundukkan kepalanya di hadapan wanita yang masih kelihatan segar dan sehat wal

  • Satu Syarat Sandra   Bab 83. Kebahagiaan Sesungguhnya

    Tidak ada korban selamat dari peristiwa meledaknya pesawat Azure 737 di langit Lockerbie, Skotlandia. Investigasi akan segera dilakukan setelah tim gabungan yang dibentuk oleh pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah Inggris menemukan black box tersebut. Sementara ini yang bisa diduga dan mungkin menjadi penyebab ledakan pesawat itu adalah dari laporan terakhir pilot sebelum Azure 737 hilang kontak, menyatakan bahwa mesin pesawat di bagian fan blade terbakar. Moses mengusap wajahnya. Dia masih di New York dan kelihatan kurang tidur. “Besok adalah hari terakhir aku ikut meeting. Setelah selesai, aku akan segera terbang ke Singapura.” “Apakah Aliasta Company ikut bertanggung jawab atas insiden ini?” tanya Sandra yang hanya bisa melihat wajah suaminya dari layar laptop. Selain video call, mereka juga sering teleponan hanya untuk menanyakan kabar. Benar-benar seperti pasangan yang diuji ketahanannya menjalin Long Distance Relationship. “Tid

  • Satu Syarat Sandra   Bab 82. Moses Junior

    Cahaya berwarna-warni dari kembang api yang sedang meletus serta lampu-lampu dari bangunan pencakar langit menyinari air laut teluk Marina.Di atas dek kapal pesiar mewah, Sandra dilamar oleh pria yang tak lain adalah suaminya sendiri. Sebelum Moses dapat melihatnya meneteskan air mata, Sandra membalikkan badannya untuk segera pergi dari tempat itu.“Sandra, honey.” Moses memanggil dengan nada sedikit panik, bangkit berdiri dan memasukkan cincin itu kembali ke dalam saku celananya. Rasa kecewa, sedih dan bingung bercampur menjadi satu. Tapi yang paling dia rasakan adalah kegagalan.Andai saja semua uang yang dia punya saat ini bisa membeli mesin waktu untuk mengulang kembali dari awal pernikahan mereka… tidak, dari awal pertemuan mereka. Moses pasti akan memperlakukan Sandra lebih baik lagi.Air mata membasahi pipi Sandra dan dia buru-buru mengusapnya saat Moses menghampirinya.“Maaf, aku belum siap.”“Pl

  • Satu Syarat Sandra   Bab 81. Happy Anniversary

    “I love you. I love you so much.” Sandra menutup kedua telinganya. “Jangan. Jangan katakan itu kalau kamu tidak bersungguh-sungguh.” “Aku tau perasaanku sendiri.” Moses menjauhkan tangan Sandra dari telinganya. “Dan aku akan membisikkannya setiap detik, setiap menit, setiap hari sampai kamu benar-benar percaya bahwa aku mencintaimu.” Sandra menepis tangannya. “Aku memang menanti tiga kata itu darimu. Tapi aku sadar bahwa cinta juga ditunjukkan dari perbuatan.” “Aku sudah menunjukkannya dengan memasak makanan yang lezat untukmu, aku menunjukkannya saat kita bercinta—“ “Tidak, itu bukan bercinta. Itu hanya sebatas berhubungan badan.” Moses seakan ditampar begitu keras. Ya, dia memang paling suka saat tubuh mereka bersatu. Dia merasa dia dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Sandra, melihat sisi lain dari Sandra yang tidak pernah dia ketahui. Selama dua hari sebelum dia terbang ke Singapura, Moses sudah mengerahkan orang bayar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status