Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang ketika telepon di meja kerja Martin Lance berdering. Tampaknya Jason Darren Gani menyuruhnya ke ruangannya sebentar karena ada yang ingin dibicarakannya.Dia bergegas keluar dari ruangannya dan bergerak menuju ruangan direktur. Di depan pintu ruangan direktur ia bertemu dengan Oscar Olivio. Oscar Olivio mengangkat bahu petanda ia juga tidak jelas kenapa ia juga dipanggil menghadap sang direktur. Martin Lance mengetuk sebentar pintu ruangan tersebut sebelum membuka pintu dan melangkah masuk. Oscar Olivio mengekori Martin Lance masuk ke dalam ruangan direktur.Betapa terperanjatnya kedua penjahat itu tatkala melihat wajah sang pembunuh bayaran yang mereka sewa untuk melenyapkan nyawa Robert Martin. Si pembunuh bayaran duduk di sofa panjang depan meja kerja Jason Darren Gani bersama dengan beberapa petugas kepolisian.“Apakah ini orangnya?” tanya si polisi kepada si pembunuh bayaran.“Iya…” jawab si pembunuh bayaran lirih.Martin Lance dan Osca
Terlihat para pemegang saham saling berpandangan sesaat. Kebanyakan dari mereka menggelengkan kepala mereka.Detik-detik berlalu. Para pemegang saham keluar dari ruangan direktur. Tinggallah Jason Darren Gani dan sahabat karibnya di dalam ruangan tersebut.“Dengan demikian aku harus berterima kasih padamu, Bert…” Jason Darren Gani merangkul erat Robert Martin. Robert Martin hanya berdiri kaku dalam rangkulan erat sahabatnya.“Berterima kasih padamu bukan hanya kau telah membongkar semua aksi Martin Lance dan Oscar Olivio di belakangku selama ini. Tapi berterima kasih kau masih hidup dan masih berdiri di hadapanku sekarang.”Robert Martin mendadak berkata dengan lirih, “Sorry, Jason… Aku… Aku…”“Ada apa? Kedua orang yang selama ini menusuk-nusuk kita dari belakang telah ditangkap dan kau juga selamat dari percobaan pembunuhan oleh mereka. Bukankah ini adalah sesuatu yang harus kita rayakan?”“Aku… Aku memang selamat dari percobaan pembunuhan mereka dan aku masih berdiri di depanmu kini
Waktu berlalu… Perlahan-lahan Jason Darren kembali membuka sepasang matanya. Kembali dia melihat bayangan Robert Martin yang tersenyum lembut kepadanya. Dia perlahan-lahan bangkit dan mendapati dirinya berbaring di sofa panjang yang di depan meja kerjanya.“Huh…! Pingsan tadi aku kan? Ke mana kedua temanmu yang dari alam lain itu?” tanya Jason Darren memandang ke sekeliling, tapi dia tidak menemukan di mana Ray Wish dan Yongki.“Mereka sudah keluar dari ruanganmu ini. Sepertinya sekarang mereka sudah balik. Aku suruh mereka pergi duluan. Nanti aku menyusul.” Robert Martin masih terlihat tersenyum lembut.“Kau benaran akan kembali ke Negeri Elemen? Itu kan nama negerinya berdasarkan percakapanmu dengan kedua temanmu itu?” Jason Darren Gani sedikit menyipitkan matanya.Robert Martin hanya mengangguk tenang.“Sepertinya aku tidak bisa menahanmu di sini lebih lama lagi. Aku tidak memiliki sesuatu yang bisa kugunakan untuk menahanmu. Tentu saja uang takkan bisa berfungsi dengan baik lagi.”
Seberkas sinar perak berkelebat di depan halaman penginapan mereka. Muncullah sosok Jimmy Ferry di sana. Sinar merah, putih, hijau, biru, dan cokelat juga berkelebat di sana. Muncullah sosok Ray Wish, Junaidy, Vritz Victor, Robert Martin dan Yongki di sana. Mereka tersenyum melihat satu sama lain.“Apakah urusannya lancar di sana?” Robert Martin yang membuka pertanyaan terlebih dahulu.“Lancar tentu saja,” gumam Ray Wish penuh dengan semangat.“Lancar sekali…” Junaidy Jinnara tampak tersenyum penuh dengan semangat.“Lancar juga… Tidak ada yang mesti aku selesaikan di alam manusia sih… Aku hanya menengok keadaan adik dan kedua orang tuaku.” Vritz Victor tampak tersenyum tipis.“Lancar tentu saja… Kedua orang tuaku terkejut sekali ketika aku beri mereka uang. Dari mana uangnya sebegitu banyak? Ayah ibuku tanya seperti itu!” Jimmy Ferry sedikit terbahak.“Kau beritahu mereka soal rahasia dunia naga ini?” tanya Robert Martin lagi.Jimmy Ferry mengangguk antusias.“Aku juga beritahu mereka
“Terserah apa maumu…” desis Jimmy Ferry dingin sebelum ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar Josh. Mendadak timbul sebilur penyesalan dalam padang sanubari Josh.“Pikirkanlah baik-baik… Tak ada yang bakalan membenarkan posisimu dalam kondisi yang seperti tadi, Josh…” tukas Yongki dengan raut wajah datar. Dia pun keluar dari kamar Josh.“Mungkin kau membutuhkan beberapa waktu untuk kesendirianmu, Josh…” Ray Wish mengekori Yongki keluar dari kamar Josh.“Aku tahu kau akan sangat susah membuka diri dan mengungkapkan masalah pribadimu kepada kami semua. Namun, ketika kau ingin mencari teman curhat, aku siap mendengarkanmu, Josh…” kata Junaidy menepuk dan meremas ringan bahu Josh sebentar sebelum ia juga keluar dari kamar Josh.“Aku siap mendengarkan curhatanmu, Josh… Kau boleh cari aku kapan saja. Aku siap membantu sebisaku…” kata Robert Martin menepuk ringan dan meremas lembut bahu Josh. Ia juga berlalu keluar dari kamar Josh.Jimmy Ferry membawa Vritz sampai ke sebuah kolam kecil di
“Bola kristalku yang ada dalam tubuhmu itu bisa memberimu kekuatan supranatural negeri ini. Dengan kekuatan itu, kau bisa membela dan melindungi negeri ini layaknya seorang dewa naga…” kata Ratu Surgawi dengan senyuman penuh naluri keibuan yang terpancar dari wajahnya. “Dan di mana keenam rekanku yang lain itu, Ratu Surgawi?” tanya Vritz di tengah-tengah kebingungannya. “Mereka masih berada di alam manusia – merajut jalan hidup masing-masing. Takdir mereka juga mengatakan mereka akan mengalami kematian sama seperti kematian yang kaualami. Begitu itu terjadi, takdir mereka untuk menjadi pengawal-pengawal tertinggi di negeri ini akan segera dimulai.” Vritz terdiam dalam kaku. Dia sama sekali tidak bisa mengingat bagaimana, kapan, dan di mana dia meninggal. Pikiran dan perasaannya begitu kacau. “Aku sama sekali tidak bisa mengingat kapan, di mana, dan bagaimana aku meninggal di alam manusia sana. Apa… Apa sebenarnya yang telah terjadi pada diriku, Ratu Surgawi?” Tampak Vritz Victor m
“Josh…! Kita dipanggil oleh Ratu Surgawi ke istana pusat sebentar. Ada yang menggelar demonstrasi di sana protes sesuatu. Kita harus ke sana sekarang.” Robert Martin memanggil Josh Kian yang tampak masih merebahkan diri di tempat tidurnya.Josh Kian bangkit dari rebahannya dan memandangi Robert Martin dengan sorot mata bingung.“Ada juga demonstrasi di negeri dewa naga ini?” tanya Josh Kian. “Itulah juga yang kupikirkan ketika aku pertama kali mendengar berita ini. Aneh-aneh saja… Bisa pula terjadi demonstrasi di sini. Kami tunggu di luar ya, Josh…” ujar Robert Martin hendak berjalan keluar dari kamar Josh Kian.“Tidak usah tunggu aku, Bang RM… Kalian pergi saja dulu. Aku nyusul sebentar lagi…” celetuk Josh Kian tiba-tiba.Robert Martin berhenti sebentar dan menatap Josh Kian dengan penuh tanda tanya.“Aku benaran akan menyusul kok… Aku perlu sedikit waktu untuk ganti baju,” kata Josh Kian sedikit terbahak.“Oke deh… Kami menunggumu di sana ya…” tukas Robert Martin. D
Kelima pengawal tertinggi di kerajaan ikut menyeringai nakal.“Tidak ada yang menyuruhku! Tidak ada yang menyuruhku! Aku sendiri yang merasa curiga dengan kalian bertujuh! Soalnya kalian bertujuh adalah anak manusia, bukan dewa-dewa naga asli dari negeri ini! Aku juga merasa bersalah pada Pak Menteri Pemuda & Olahraga karena gara-gara kalian, Beliau jadi dikurung di dalam penjara istana! Aku sudah mengatakan yang sebenarnya! Cepat turunkan aku!”“Iya… Kau sudah mengatakan yang sebenarnya, tapi kau tetap saja bersalah karena kau telah menggelar sebuah demonstrasi di depan istana pusat dan menciptakan suatu ketidaktenangan bagi Ibunda Ratu dan Putra Mahkota. Kau harus berada di atas sana sampai matahari terbenam…” kata Jimmy Ferry.Keenam pengawal tertinggi mulai meninggalkan si ketua orasi yang masih terbelit di atas ranting-ranting pohon milik Vritz. Tampak wajah si ketua orasi yang semakin memucat.“Turunkan aku! Turunkan aku! Jangan tinggalkan aku sendirian di atas sini!” Masih terd