Share

Dan masalah datang.

===================================

Raiden menaikkan satu alisnya saat berita tentang dirinya menjadi pencarian pertama di seluruh situs internet. Terlebih kabar yang beredar tentang ia yang menyembunyikan hubungan percintaannya pada media. Raiden membaca beberapa komentar tentang fotonya bersama dengan seorang wanita asing yang terlihat cukup cantik. Komentar baik, buruk dan ada juga yang hanya menanggapi dengan emotion cukup membuat Raiden gerah.

"Dia cukup berani mencari masalah denganku. Apa dia cukup waras untuk memposting fotoku?" Raiden menatap lagi komputer yang berada di depan matanya.

"Jangan terlalu lelah bekerja sayang, aku mencintaimu, Kekasihku."

Raiden tersenyum tipis pada kata-kata yang tertera diantara fotonya dengan wanita yang tak ia kenal. Namun entah kenapa wajah wanita tersebut begitu familiar untuknya.

"Xeena Gilhive," ucap Raiden menyebut nama akun media sosial di layar monitornya.

Raiden memijit pelan kedua pelipisnya. Memikirkan semua hal yang datang silih beganti dalam hidupnya. Ingatan beberapa kabar buruk tentang imagenya kembali terbayang. Tak pernahnya Raiden membawa atau mengatakan pada seluruh kerabatnya tentang seorang wanita membuat keluarganya cukup khawatir. Hingga akhirnya Raiden memilih keluar dan hidup sendirian. Tak cukup hanya itu, bahkan media juga tak kalah sering memojokkannya jika itu tentang wanita. Jawaban Raiden yang sama sekali tak membuat mereka puas berubah menjadi kabar miring hingga saat ini.

"Gay? Aku seorang gay bagi mereka," ucap Raiden diantara senyum tipisnya yang terlihat tampan untuk wajahnya.

Ya, kabar tentang Raiden yang seorang gay tersebar luas di media. Dan Raiden hanya diam menanggapi kabar tersebut. Tak pernah menyangkal atau pun mengakui. Diamnya Raiden cukup membuat kabar tersebut kian melenceng. Mereka semua benar-benar menganggap Raiden seorang gay. Kini, setelah sekian tahun publik diam, kabar tentang dirinya kembali menjadi topik bahan utama di media. Bedanya, kali ini mereka mulai penasaran dengan sosok wanita yang menyandang gelar kekasih seorang jutawan London.

Gemparnya foto tersebut cukup membuat beberapa saham milik Raiden melonjak pesat. Rasa ingin tahu dari media cukup membuat beberapa perusahaan yang ia miliki naik begitu saja. Bahkan seluruh pegawai dari Horrods memanfaatkan kabar tersebut dengan baik. Mengubah seluruh tampilan toko kelas atas dengan nuansa pastel dan pernak-pernik indah layaknya bunga sakura yang tengah mekar. Dan jawaban mereka cukup mengesankan saat para pembeli datang dan menanyakan konsep baru yang mereka miliki.

"Karena pemilik perusahaan kami tengah jatuh cinta,"

Itu adalah jawaban mudah dan cukup membuat para pembeli tersenyum. Diluar dugaan, semua pakaian dan perhiasan couple yang dibandrol dengan harga fantastis itu begitu mudah terjual. Bahkan baru beberapa jam yang lalu para manager kantornya kualahan dengan pesanan barang yang di minta oleh pembeli. Penjualan Horrods meningkat sebanyak tujuh puluh sembilan persen. Itu semua belum termasuk dengan mall besar lainnya. Hotel bintang 5, resort dan semua aset yang Raiden miliki melonjak pesat. Bahkan Raiden bingung mengatakan kabar miring tentangnya ini sebuah petaka atau sebuah hadiah dalam hidupnya.

Tiga puluh menit saat foto tersebut baru saja terunggah, orang kepercayaan Raiden langsung menghandle segalanya. Awalnya Raiden cukup pusing untuk menyangkal semua kabar tersebut hingga merasa perlu menyiapkan konferensi pers. Namun pagi ini, semua berbalik seratus delapan puluh derajat dan Raiden hanya bisa memantau semua kabar dan perkembangan sahamnya. Bahkan Raiden telah mengirimkan sepuluh orang terbaiknya untuk mencari tahu tentang wanita yang mengaku sebagai kekasihnya.

"Jadi apa yang harus aku lakukan? Menyingkirkanmu atau menarikmu dalam masalah yang kau ciptakan?" Raiden menatap selembar foto yang baru saja ia print dari komputernya.

Senyum terkembang di bibir Raiden saat telepon genggamnya bergetar. Raiden mengangkat telepon tersebut dan berharap kabar baik telah menunggunya.

"Apa yang kau temukan?" tanya Raiden langsung.

"....."

"Aozora Xeena Gilhive, nama dan yang bagus. Berasal dari keluarga Gilhive,"

"...."

"Paragues Apartement?" senyum Raiden terkembang sesaat.

"Beli seluruh apartement Paragues dan cari tahu semua tentangnya."

"...."

"Semua, aku tak ingin ada satu pun yang terlewat."

"Aku ingin kabar tentangnya segera,"

"...."

"Ya, aku percayakan semua padamu."

Telepen tertutup dan Raiden semakin tersenyum.

"Ternyata dia hanyalah orang miskin. Semua wanita sama saja. Hanya menginginkan harta dan kekuasaan. Baiklah, akan kutunggu kabar selanjutnya. Baru akan bertindak untuk menyelesaikan masalah ini,"

***

Pagi ini Xeena bangun dengan lesu. Jadwalnya adalah melamar pekerjaan dan menghadiri beberapa interview. Xeena siap dengan rok pendek dan pakaian kerjanya. Menyiapkan beberapa hal yang ia perlukan dan memakan sebuah roti untuk sarapan paginya. Xeena baru saja akan keluar dari apartement, saat sebuah bel membuatnya harus membukakan pintu dengan cepat.

"Ya, siapa?" Xeena membuka pintu dan di hadapkan dengan dua orang yang menggunakan pakaian formal serba hitam.

"Nona Aozora," sapa salah satu dari kedua orang tersebut.

"Ya, saya sendiri. Ada perlu apa?" tanya Xeena sopan.

Xeena mengerutkan dahinya saat salah satu dari orang tersebut mengambil foto Xeena tanpa permisi.

"Apa yang anda lakukan!" tanya Xeena tegas.

"Ah, maaf Nona Aozora. Kami memberitahukan bahwa pemilik apartement Paragues telah menjual seluruh apartement di kawasan ini. Dan kami datang kesini karena Nona telah telat membayar apartement. Maaf jika kami mengambil foto Nona tanpa ijin. Namun pemilik apartement yang baru menginginkan foto anda,"

Xeena sedikit merasa aneh saat orang tersebut mengatakan tentang pemilik apartement menginginkan fotonya. Namun Xeena tak ingin mengambil pusing. "Saya akan segera membayarnya. Mohon berikan saya waktu sedikit lagi,"

Kedua orang tersebut mengangguk. "Baiklah, jika begitu kami permisi."

Xeena hanya menutup pintu dan menyandarkan tubuhnya pada pintu yang telah tertutup. Mengingat tawaran Vio yang akan meminjamkan uang untuk sewa apartementnya yang telah menunggak. Xeena juga tak bisa menyerahkan uang hasil kerja sambilannya karena membutuhkan uang untuk sehari-hari. Xeena menatap jam dinding yang terus berdetak, seketika Xeena ingat sesuatu dan langsung menyambar tasnya lalu pergi.

Xeena menyusuri jalan dan mulai sedikit heran saat tatapan orang mulai menatapnya dari atas hingga bawah. Namun karena waktu telah memburunya agar tidak telat, Xeena tak begitu memperhatikan tatapan dari orang-orang di sekelilingnya. Xeena terus bergegas melangkah menuju salah satu perusahaan besar di kota London. Menunggu untuk sesi interview yang akan ia jalani.

Lagi-lagi Xeena heran saat semua orang menatapnya heran. Hingga suatu kenyataan membuat Xeena terhempas dan terduduk lemas.

"Maaf, kami tak mempunyai tempat yang sesuai dengan anda, Nona. Kami takut pada kekasih anda, Mr. Raiden."

Xeena hanya terpaku pada jawaban resepsionis yang mengatakan itu semua. Xeena sedikit bingung dengan semuanya. Dengan semua pandangan orang-orang terhadapnya dan alasan penolakan kerjanya. Xeena keluar dari gedung besar tersebut dengan gontai. Tak menanyakan semua alasan atau pun lelaki yang mereka sebut sebagai kekasihnya.

Entah keberapa kalinya Xeena di tolak dari seluruh lamaran kerja yang ia datangi. Xeena hanya duduk termenung di sebuah bangku taman dengan semua kertas lamaran kerja yang sama sekali tak ada perusahaan yang mau menerimanya.

"Kesalahan apa yang telah aku lakukan hingga aku tak di terima kerja dimana pun? Dan ada dengan semua pandangan orang-orang itu? Apakah aku ini lelucon bagi mereka?" Xeena bergumam kesal dengan nasibnya.

"Merasa putus asa? Bagaimana rasanya?"

Suara lembut namun dingin itu terdengar jelas di telinga Xeena. Xeena menoleh dan dihadapkan dengan wanita cantik yang tersenyum sinis padanya.

"Kau," ucap Xeena mengingat wajah wanita di hadapannya.

"Aku Angela. Mantan dari tunangan yang kau rebut kemarin malam. Menggelikan, melihatmu seperti ini. Bukankah dunia sangat sempit, Xeena?" tanya Angela dingin.

Xeena terdiam. Ingatan tentang kejadian saat di Cameroon cafe kembali terbayang. "Apa maumu?" tanya Xeena langsung.

"Melihatmu hancur. Dan apa ini? Kau hanya gadis rendahan? Dimana kata-katamu yang meyakinkan untuk memberikan uang ganti untuk Jave? Nyatanya kau hanyalah sampah di perusahaan tempat ayahku bekerja!" Angela tersenyum penuh kepuasan karena berhasil membuat Xeena terpojok.

"Maaf, tapi bukankah itu keterlaluan?"

Angela tersenyum sinis. "Keterlaluan? Kau menghancurkan hubunganku dengan Jave. Memecatmu dari perusahaan dan menghubungi semua teman kolega ayahku agar kau tak diterima kerja dimana pun selama itu di London. Itu sebanding dengan rasa sakitku!"

Xeena berjengkit pada suatu kenyataan yanh baru saja ia tahu. "Ah, jadi semua ulahmu?"

"Hahaha, tentu saja. Kau pikir siapa lagi? Kau tiba-tiba dipecat dari perusahaan hanya karena terlambat datang? Yang benar adalah aku membuatmu dipecat lewat tangan ayahku!"

Xeena merasa amarahnya memuncak. Ingatan tentang perkataan sahabatnya, Vio kembali terulang. "Jangan pernah bermain-main dengan hati seseorang, Na." Xeena tersenyum tipis saat sadar perkataan sahabatnya tengah jadi kenyataan pahit yang harus ia terima.

Xeena bangun dan menatap Angela lembut. "Jave, aku kembalikan dia padamu. Maksudku, aku juga telah berakhir dengannya. Dan maaf atas semua kesalahanku," Xeena membungkukkan badannya sedikit lalu pergi daru taman begitu saja.

"Apa? Hei," Angela berteriak saat Xeena tetap berjalan meninggalkannya.

Xeena melangkah gontai dan memandang semua berkas di tangannya. "Ya ampun, pantas saja semua terasa sulit. Jika aku dari keluarga kaya, apakah semua akan jadi sedikit mudah?"

Xeena tersenyum getir pada suatu kenyataan pahit. Keluarganya hancur berantakan. Ayah dan ibunya bercerai dan tak lagi memperhatikannya. Xeena juga tak ingin bergantung pada kedua orangtuanya hingga memutuskan untuk hidup sendiri. Dengan semua uang pas-pasan dan hidup jauh dari kata mapan. Xeena cukup bahagia saat Violette, orang yang berbeda kelas darinya masih mau bersahabat dengannya. Banyaknya hutang budi pada Vio, membuat Xeena memutuskan untuk tak lagi merepotkan sahabatnya kecuali jika memang tak bisa di tunda.

"Hah, bukankah dunia ini cukup tak adil?" Xeena menghela napas kasar dan menatap langit London yang cerah.

Untuk sekian detik Xeena tersenyum. Lalu kembali menatap orang-orang di sekelilingnya yang menatapnya aneh. "Apa aku terlihat aneh? Kenapa mereka semua menatapku begitu?" Xeena memperhatikan sekitarnya dan menatap beberapa pria aneh yang mengenakan pakaian formal serba hitam juga kaca mata hitam yang terlihat serasi. Xeena mengingat dua orang yang datang pagi ini ke apartemennya. Dan ya, mereka semua terlihat mirip. Hanya saja dua orang tersebut tak menggunakan kaca mata hitam.

Xeena menunduk dan melangkah pelan. Sesekali mencoba menoleh kebelakang dengan hati-hati. Nyatanya orang-orang tersebut tetap mengikuti Xeena, kemana pun Xeena pergi. "Shit, what the hell! Apa aku telah melakukan kesalahan besar? Apa ini juga ulah Angela? Damn, ini benar-benar merepotkan."

Xeena terus melangkah dan lebih cepat. Hingga seseorang yang berlari menubruk tubuhnya. Xeena terhuyung namun orang yang menubruknya terjatuh. Teriakan "Pencuri" dari orang-orang di kejauhan membuat Xeena sadar. Dengan cepat Xeena menarik rambut orang tersebut, dan menarik tangannya kebelakang. Beberapa orang menolong Xeena saat Xeena berteriak minta tolong. Hingga akhirnya polisi membawa pelaku dan Xeena mendapatkan sebuah tas hitam di tangannya.

Dua orang Asing datang dan menghampiri Xeena. Orang itu bernapas lega dan meminta tas tersebut dari tangan Xeena. Xeena tersenyum saat tahu mereka lah yang berteriak minta tolong saat tas mereka dicuri. Xeena memberikan tas di tangannya dan tersenyum manis. Anehnya dua orang di depannya saling mencoba mengingat sambil memperhatikan wajah Xeena. Hingga salah satunya membuka handphone lalu menunjukkan pada orang di sebelahnya. Detik berikutnya mereka tersenyum dan memandang Xeena segan.

"Boku wa Raiden-san aijin dasuke? Namae wa? (Bukankah kamu kekasih Mr. Raiden? Siapa namamu?)" ucap pria setengah baya dan menunduk badannya sedikit pada Xeena.

Xeena bingung dan tak mengerti bahasa jepang yang mereka bawakan hanya bisa tertawa kecil dan ikut menundukkan badan. "Ah, sial. Dari sekian banyaknya bahasa, kenapa harus bahasa jepang? Tunggu dulu, dia bilang, namae. Bukankah itu nama? Aku pikir tak jauh berbeda dari name bahasa London."

Dengan tersenyum dan penuh percaya diri Xeena menyebutkan namanya. "Aozora Xeena Gilhive. You can call me, Xeena."

Dua orang tersebut tersenyum dan mengangguk. "Anata wa kawai desu, kare wa anata o sentaku shita baai machigatte imasen,( Kau cantik, tak salah jika ia memilihmu,)" kali ini wanita di samping lelaki tersebut yang berbicara pada Xeena.

Xeena lagi-lagi hanya bisa tersenyum kecil. "Apa lagi yang mereka katakan? Tunggu dulu, tadi dia menyebut kata kawai kan? Itu artinya cantik. Tentu saja, aku orang yang cantik.

Xeeba tersenyum lebar dan dengan bangga mengucapkan terimakasih. "Yes, ofcourse. Thank you,"

Dua orang di depan Xeena tersenyum dan saling berbisik. Membuat Xeena menjadi salah tingkah karena takut mengartikan kata-kata mereka. Hingga akhirnya wanita di samping pria tengah baya tersebut memberikan sebuah kartu nama pada Xeena. Xeena hanya menerimanya dan menundukkan badannya.

"Go kyoryuku, arigatogozaimasu. Watashi wa hontoni moichido anata ni ataidesu. Yororshiku ne, watashi wa ima ikanakereba nari masen. Watashi, wa negette imasu anata ga kekkon shimasu. ( Terimakasih atas bantuannya. Aku sangat berharap dapat bertemu lagi denganmu. Senang bertemu denganmu dan aku harus pergi sekarang. Aku berharap kalian cepat menikah.)"

Pria tengah baya itu meraih tangan Xeena dan menyalami Xeena sopan. Xeena bingung dan hanya bisa tersenyum manis. Lalu wanita di sebelah pria tersebut memeluk tubuh Xeena sesaat dan membuat Xeena semakin bingung. Lalu mereka pergi meninggalkan Xeena dan melambaikan tangannya. Xeena balas melambaikan tangannya dan memasang wajah manis.

Ah, hari yang panjang. Aku bahkan bertemu orang asing. Namun kenapa mereka membawa-bawa nama Raiden? Siapa itu Raiden? Ah masa bodoh. Aku harus pulang. Xeena memasukkan kartu nama dari orang asing tersebut kedalam dompetnya tanpa membacanya dulu. Xeena kembali melangkah dan tersenyum karena suasana hatinya membaik dengan cepat.

Namun Xeena sadar akan sesuatu. Dia tengah diikuti. Oleh pria-pria dengan pakaian serba hitam. Hingga akhirnya Xeena merasa takut dan langsung membuka handphonenya. Memencet nomor Vio dan langsung menelepon Vio sambil berlari

"Viooooo, help me. Help me. Help me,"

Belum selesai berbicara, Xeena sudah menutup telepon genggamnya dan terus berlari. Sayangnya orang-orang dengan pakaian serba hitam itu juga ikut berlari mengejar Xeena. Berkali-kali Xeena menyumpah karena rasa takutnya dan sesekali menoleh kebelakang. Semua berkas ditangannya berantakan hingga Xeena hanya menggenggam handphonenya saja. Semua lenyap karena ketakutan Xeena. Xeena terus berlari diantara keramaian. Berharap para orang aneh tersebut tak lagi mengikutinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status