Share

Bab 3

Author: Yessika Sutomo
Yovita berpikir bahwa itu pasti adalah putra sulung Keluarga Darian yang sudah menghilang selama bertahun-tahun.

Yovita mengikutinya dari jarak sekitar seratus meter, bersama-sama menuju ke aula untuk makan.

Kebetulan angin dingin berembus pada saat itu, menyibakkan ujung bawah kebaya Yovita, lalu memperlihatkan sepasang kaki putih dan jenjangnya.

Saat itu adalah waktu matahari terbenam. Cahaya senja memenuhi langit, membuat rumah dengan halaman bergaya tradisional itu terbungkus dalam warna yang samar. Ketenangan dan keanggunan wanita itu makin terpancar. Cahaya senja membuat pemandangan itu terlihat sangat menawan.

Yovita terus melangkah ke depan.

"Berhenti."

Ketika Yovita menoleh, dia melihat Davin yang entah sejak kapan berdiri di bawah pohon beringin.

Bibi Sarti membungkuk hormat. "Pak Davin."

Yovita juga menyapa, "Kamu sudah pulang?"

Davin tidak bergerak, melainkan mengamati Yovita dari atas ke bawah, secara khusus melirik kaki Yovita beberapa kali. "Siapa yang menyuruhmu memakai baju seksi seperti ini?" tanya pria itu.

Ini bukan pertama kalinya Yovita dihina seperti ini, jadi dia hanya menjawab dengan acuh tak acuh, "Nenek yang menyuruh."

"Jangan membawa nama Nenek. Aku rasa kamu memang sengaja ingin menggodaku."

Yovita terdiam.

"Kamu sendiri yang mengatakan akan mengirimkan kondom, tapi setelah sampai di depan pintu, kamu malah nggak berani masuk, lalu kamu malah menangis. Untuk apa? Apa uang 10 miliar belum cukup untuk membeli kepatuhanmu?" ujar Davin.

Sepertinya pengawal sudah melapor pada Davin.

Yovita tetap diam, yang dianggap sebagai pengakuan atas kata-kata Davin.

Yovita terlahir cantik, serta memiliki kulit yang putih alami. Dengan diterangi cahaya senja, dia tampak sangat memukau dalam balutan kebaya ini.

Davin pun menjadi sangat tergoda.

Pria itu memeluk Yovita, berjalan beberapa langkah, lalu mendorong wanita itu ke balik bebatuan sambil berteriak pada Bibi Sarti, "Nggak seorang pun boleh mendekat. Enyah kalian!"

Bibi Sarti yang panik langsung berlari pergi.

Yovita menahan dada Davin dengan kedua tangan. Dia hampir muntah, tetapi tetap harus menahannya mati-matian. "Davin, aku benar-benar nggak bisa!"

"Kenapa nggak? Begitu kakakku pulang, kamu langsung memakai baju seksi seperti ini. Kenapa dulu aku nggak pernah melihatmu memakai kebaya?" Davin merobek pakaian Yovita dengan tidak sabaran.

"Davin." Jari-jari Yovita gemetaran, berusaha keras memegang pakaiannya untuk menolak. "Apa bermain-main di luar saja nggak cukup? Kita berdua nggak memiliki perasaan apa pun. Lagi pula, ini di taman!"

Tatapan Davin menjadi dingin, kesabarannya benar-benar habis. Dia melangkah maju mendekati Yovita, mendorongnya ke batu, lalu membuat punggung Yovita menghadap ke arahnya.

"Davin!" Yovita merasa marah sekaligus panik. Dia melawan dan meronta sambil menggertakkan gigi. "Lepaskan!"

Kekuatan Yovita tidak sebanding dengan Davin. Satu tangan Davin saja sudah bisa menahannya.

Rok Yovita diangkat, membuat angin dingin berembus masuk, sementara tangan pria itu meraba pahanya.

Yovita berteriak keras dengan panik, "Bibi Sarti, Bibi Sarti!"

Bibi Sarti berdiri di belakang pilar yang berada tidak jauh dari sana, tidak bergerak sama sekali. Dalam hati dia berpikir, 'Nona Yovita, jangan melawan. Puaskan saja dia, maka kamu akan baik-baik saja.'

Yovita berteriak sampai suaranya serak, tetapi Bibi Sarti tetap tidak bergeming.

Sampai ….

Plak.

Suara tamparan keras mengakhiri semua ini.

Yovita ditampar hingga terjatuh keluar dari balik bebatuan. Wanita itu tersungkur di tanah. Pakaiannya berantakan, rambutnya terurai, sementara di wajah pucatnya ada bekas tamparan yang tampak jelas.

Davin memegangi belakang kepalanya. Darah tampak mengalir dari sela-sela jari Davin, sementara dia menunjuk ke arah Yovita dengan penuh amarah. "Kamu berani memukulku!"

'Para pelayan sialan itu juga pantas dihukum! Kenapa ada batu yang longgar di bebatuan itu?' pikir Davin.

Yovita memejamkan matanya sejenak, lalu menghela napas lega.

Bibi Sarti berlari menghampiri. Ketika melihat situasinya, dia segera berkata, "Pak Davin, cepat perban lukamu. Nona Yovita, kenapa kamu berani memukul Pak Davin? Kamu adalah istrinya, memang seharusnya kamu menurut padanya. Kenapa kamu bersikap sok suci?"

Kepala Davin sangat sakit hingga amarahnya meluap. Dia menendang pantat Yovita dengan keras, lalu pergi dengan kesal. Bibi Sarti segera mengikutinya dengan banyak kata sanjungan.

Yovita bangkit dari tanah. Dia merapikan pakaiannya, tetapi tetap tidak bisa menutupi kecantikannya yang terungkap.

Ada rasa amis darah di tenggorokan Yovita. Bibirnya sedikit bergerak, sementara darah mengalir pelan keluar.

Angin sepoi-sepoi berembus, mengacaukan rambut hitamnya, sementara semburat merah itu tampak begitu mencolok.

Yovita menutupi perutnya, lalu berjalan ke arah kamar tidur. Sosoknya yang ramping itu tampak lemah, tetapi juga keras kepala.

Di aula depan.

Widya dan putra sulung Keluarga Darian sudah selesai berbasa-basi. Widya melirik ke arah pintu sambil mengerutkan kening. "Kenapa Davin dan Yovita masih belum datang juga? Mereka membuat Kakak mereka menunggu di sini, sungguh konyol."

Pria yang duduk di sampingnya tampak mengenakan kemeja hitam dan celana panjang sewarna. Sikapnya dingin dan anggun. Dia tampak begitu gagah dengan potongan rambut pendeknya.

Jari-jarinya yang panjang memutar-mutar korek api mahalnya. Kemudian, dia berkata dengan nada malas dan angkuh, "Nenek, mungkin pasangan muda itu sedang bermesraan di kamar tidur. Kita nggak boleh merusak momen mereka. Bagaimana menurutmu?"

"Kamu selalu bicara omong kosong," kata Widya.

Alex tersenyum lebar, tampak begitu sombong dan tak terkendali.

Pada saat itu, seorang pelayan datang, lalu berkata dengan cemas, "Bu Widya, ini gawat. Pak Davin terluka."

Widya langsung bangkit berdiri, lalu bertanya dengan cemas, "Kenapa dia bisa terluka?"

"Dia dipukul oleh Bu Yovita," jawab pelayan itu.

"Bagaimana mungkin wanita selemah dia bisa memukul seseorang?" kata Widya.

Pelayan merasa kesulitan untuk menjelaskan karena Alex ada di sana. Namun, Widya menatap tajam padanya, jadi pelayan itu terpaksa berkata, "Itu …. Pak Davin ingin ... ingin berhubungan. Bu Yovita nggak setuju, lalu memukul Pak Davin."

Ketika Alex mendengar ini, alisnya terangkat. 'Wanita ini cukup berani,' pikir Alex

"Lancang!" Widya sangat marah. "Apa yang diinginkan wanita itu? Bukannya aku sudah mengajarinya? Cepat panggil dia ke sini, aku ingin bertanya padanya!"

"Haruskah Bu Yovita dikirim ke aula leluhur?" tanya pelayan itu.

Widya ragu sejenak. Dia duduk kembali, lalu berkata dengan nada berat, "Alex masih di sini, jadi kita bicarakan hukumannya nanti saja. Kalau pukulan itu seperti rayuan mesra, aku nggak akan ikut campur. Pergilah, suruh mereka berdua segera ke sini untuk meminta maaf pada Alex. Kenapa mereka sama sekali nggak paham tata krama?"

"Baik."

Pelayan itu pun pergi.

Wajah Widya tampak dingin, sementara Alex memberikan segelas air padanya. "Nenek, nanti kalau adik iparku datang, kamu bisa mengajari dia bagaimana caranya melayani suami. Kenapa kamu harus marah?"

"Sudah banyak yang aku ajarkan padanya," balas Widya.

Pada saat itu, di luar ada pelayan yang menyapa, "Bu Yovita."

Orang yang dibicarakan sudah datang.

"Ya." Sebuah jawaban yang lembut mengungkapkan sikap yang lembut dan anggun.

Bersama angin, suara itu masuk ke telinga Alex. Ada pula aroma harum yang samar-samar terasa tidak asing.

Jari-jari Alex yang ramping menjepit sebatang rokok yang belum dinyalakan, lalu dia menoleh ke samping.

Matahari sudah terbenam, lampu-lampu pun menyala. Daun pohon di luar halaman bergoyang, lentera menyebarkan cahaya merah yang samar, tampak misterius dan memabukkan.

Cahaya di dalam ruangan sangat terang. Alex dari tempat terang melihat ke tempat gelap. Halaman bergaya tradisional itu terlihat kaku.

Tak lama kemudian, sosok yang ramping seperti bulan sabit muncul di matanya, seperti cahaya bulan yang masuk ke sumur yang dalam, datang membawa seberkas cahaya.

Alex memusatkan pandangan. Betis seputih salju, pergelangan kaki ramping, serta ujung bawah kebaya yang bergesekan dengan kulit yang mulus. Semuanya penuh pesona sensual.

Di atas, lekuk pinggangnya tampak begitu menggoda, samar-samar tampak bergerak di bawah selendang saat wanita itu berjalan.

Lebih ke atas lagi, leher jenjangnya seperti tokoh di dalam komik. Tanpa lemak berlebih, dengan wajah yang bersih dan cerah, serta riasan yang halus.

Apakah itu dia? Wanita dengan aroma tubuh yang membuatnya terobsesi?

Kening Alex mengerut!

Yovita juga menghentikan langkahnya ketika melihat ke arah Alex. Bagaimana mungkin dia ada di sini?

Apakah dia adalah putra sulung Keluarga Darian?

Tiba-tiba, Yovita merasa awan gelap menimpanya. Kegelisahan dan ketakutan menyebar di dalam tubuhnya.

Alex menatap kaki Yovita. Dengan jentikannya, api berwarna biru terang dari korek api muncul. Rokok terjepit di sudut bibirnya, sementara Alex bangkit berdiri sambil perlahan tersenyum. "Jadi, kamu … adik iparku."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 100

    Setelah mengalami begitu banyak tekanan, Yovita mengira dia akan menggila.Hanya saja anehnya dia tiba-tiba merasa tenang.Dia bahkan tidak meringkuk ketakutan lagi, melainkan duduk di tempat tidurnya untuk menghadapi langit malam yang gelap.…Keesokan harinya.Cindy tiba di rumah sakit, dia ingin memulai balas dendamnya pada Yovita secara resmi. Dia sudah tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi.Dia membeli beberapa buah dan pergi ke kamar pasien Thomas. Pada saat ini, Thomas sedang diinfus di dalam kamar. "Halo, Paman.""Oh? Halo, ternyata kamu," kata Thomas sambil tersenyum. "Kamulah yang bawa aku ke rumah Keluarga Darian sebelum ini. Kalau bukan karenamu, aku benar-benar nggak tahu betapa menderitanya Yovita di sana. Terima kasih.""Paman, ucapanmu terlalu sungkan. Yovita dan aku adalah teman baik. Akhir-akhir ini Yovita terbebani oleh masalah 10 miliar, jadi dia nggak bisa datang menjengukmu dan minta aku untuk datang.""10 miliar? Masalah apa itu?""Paman nggak tahu? Yovita

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 99

    Alex berdiri, dia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan memakan semangkuk mi ini. Cindy buru-buru bertanya. "Pak Alex, apakah kamu nggak mau makan mi ini?"Pria itu mengeluarkan ponsel, lalu mentransfer satu miliar padanya sambil berkata, "Jangan khawatirkan aku. Tidurlah lebih awal, aku masih punya urusan." Setelah mengatakan ini, Alex berjalan meninggalkan halaman. Sosoknya yang tinggi segera menghilang di tengah langit malam.Cindy merasa sangat senang saat melihat notifikasi di ponselnya.Alex lebih murah hati daripada Davin, dia bahkan memberi satu miliar demi semangkuk mi ini. Cindy telah mempelajari banyak keterampilan untuk menggoda Davin, dia bahkan juga pernah melakukan aborsi, tapi uang yang diberikan oleh Davin tidak mencapai satu miliar.Hanya saja, Cindy masih merasa kecewa.Alangkah baiknya jika Alex ingin melakukannya dengannya. Dia sangat ingin melakukan hal itu dengannya.Cindy membawa mangkuk mi itu ke dapur dan langsung membuangnya ke tempat sampah. Setelah

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 98

    Yovita menghela napas lega saat melihat kepergian Davin, panggilan itu benar-benar datang di saat yang tepat.Dia mematikan air dan berjalan keluar.Akhirnya dia berhasil melewati masalah ini.Waktu di ponselnya menunjukkan pukul 23.30 tepat.Pada saat ini, ponselnya berdering. Itu adalah panggilan suara WhatsApp.Sebuah foto profil berwarna hitam muncul di layer ponsel Yovita.Itu adalah panggilan dari Alex.Pria itu meneleponnya di saat yang tepat.Seperti surat perintah hukuman mati, seolah-olah pria itu tidak akan menyerah sampai dia menjawab panggilan ini.Yovita menjawab panggilan ini, lalu menempelkan ponsel ke telinganya. Tidak lama kemudian dia mendengar suara berat Alex dari ujung lain panggilan. "Di mana kamu?"Yovita berkata, "Kak, aku hampir sampai di sana. Aku akan segera memasaknya untukmu.""Bagus sekali."Alex memutuskan panggilan, lalu mengambil headset Bluetooth-nya dan menyalakan kamera, layar laptop menunjukkan sekelompok direktur yang berpakaian dengan rapi."Lanj

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 97

    Langit malam sangat gelap, cuacanya juga sangat sejuk.Saat melewati hutan maple, angin berdesir yang membuat dedaunan gugur dan menyentuh pergelangan kaki Yovita. Daun ini bagaikan sebilah pisau yang melukai kaki Yovita dan membuatnya gelisah.Davin telah mengutus seseorang untuk memanggilnya, tapi Alex tetap diam.Yovita merasa Alex yakin dia tidak mungkin tidak pergi dan juga tidak berani melawan.Dia juga mengetahui jika dia tidak membuatkan camilan, Alex tidak akan melepaskannya.Yovita berdiri di persimpangan kamar timur dan barat. Lampu di kedua halaman menyala, cahayanya menyebar sejauh puluhan meter, seperti cahaya penuntun jalan baginya.Membiarkan Yovita memilih jalan mana yang harus diambil.Yovita berdiri di tempat selama 10 detik, lalu segera berbalik dan pergi ke kamar timur.Pengurus rumah tangga baru yang bernama Bibi Eni sedang menunggunya. Dia menyapanya dengan hormat. "Bu Yovita."Yovita membalas sapaannya. Bibi Eni berkata, "Pak Davin sedang mandi. Dia meminta And

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 96

    Yovita berkata, "Tadi aku lagi cari baju." Dia berjalan ke jendela untuk menuang segelas air untuk mengalihkan perhatian Davin.Benar saja, Davin berjalan mendekat, lalu duduk di sofa tunggal sambil menyilangkan kakinya.Jantung Yovita berdetak dengan cepat, tadi Alex baru saja duduk di sana.Davin mendengus. "Apakah kamu sehabis pakai parfum di sini?"Dia belum pernah benar-benar memasuki kamar Yovita karena dia meremehkan wanita ini. Biasanya Davin hanya berdiri di depan pintu.Ternyata kamar ini sangat harum?Yovita menyerahkan segelas air hangat untuknya. "Aku nggak pakai parfum."Davin tidak menjawab, melainkan menyeringai. "Kamu menyerahkan air dan mencoba merayuku lagi, apakah kamu sedang bernafsu lagi?""Nggak.""Jangan terus bilang nggak. Nggak peduli apa pun jawabanmu, cepat rapikan lemarimu. Aku mau gantung beberapa pakaianku di dalam. Mulai malam ini aku akan tinggal bersamamu. Aku akan melakukan apa pun yang kamu mau, aku juga bisa membiarkanmu tidur di sampingku setiap ma

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 95

    Otot paha pria ini terasa kuat dan keras di balik pakaian tipisnya.Suhu tubuh mereka saling meningkat, pembuluh darah mereka juga saling berdenyut saat kulit mereka bersentuhan.Alex meletakkan satu tangan di bagian belakang kepala Yovita, lalu mencengkeram pinggangnya dengan tangan yang lain, ciuman ini semakin lama semakin panas dan dalam.Yovita bisa merasakan perubahan pada tubuh Alex dengan jelas, dia merasa panik dan ketakutan, tapi tidak berani bergerak.Karena dia mengetahui jika pria ini mampu melakukan tindakan keji seperti itu!Saat ciuman ini berakhir, Yovita bersandar dengan lemas di dada Alex karena kekurangan oksigen. Pikirannya menjadi gelap, kedua matanya juga berkaca-kaca.Alex terkekeh. "Kapasitas paru-parumu cuma sebesar ini?"Lima detik kemudian, Yovita akhirnya tersadar kembali. Dia mendongak dan hendak berdiri, tapi Alex menghentikannya.Tangan pria itu menekan perut Yovita, tanpa mengungkit masalah anak atau kehamilannya, tapi tindakan ini sudah cukup membuat Y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status