Share

Bab 9

Author: Yessika Sutomo
Dokter memberikan formulir pemeriksaan pada Yovita, memintanya mengisi informasi pribadi seperti nama, nomor KTP, serta nomor telepon.

Yovita tidak bisa mengisi dengan informasi pribadinya sendiri. Dia takut orang Keluarga Darian akan mengetahuinya. Setelah berpikir sejenak, dia mengisinya dengan nama palsu.

Setelah selesai, Yovita melirik pintu yang tertutup rapat, lalu berkata dengan hati-hati dan waspada, "Aku hamil."

"Apa?" Dokter juga merasa terkejut. Dia segera menyuruh Yovita berbaring di tempat tidur perawatan, lalu mendorong mesin USG ke sana.

Di sela pemeriksaan, jantung Yovita berdetak terlalu kencang. Dia merasa sangat tegang hingga tidak bisa mengendalikan diri.

Dokter memeriksanya sambil berkata, "Ada tanda-tanda keguguran, jadi kamu harus menjalani rawat inap. Orang di luar itu pacarmu, 'kan? Beri tahu dia, suruh dia mengurus prosedur rawat inap."

Yovita takut dokter itu akan pergi memanggil Alex, jadi dia segera berkata, "Dokter, jangan memanggilnya. Kalau dia tahu aku hamil, pasti dia akan memukuli dan memarahiku. Dia nggak mengizinkanku hamil."

Dokter itu mengerutkan kening.

Yovita juga tidak banyak bicara, langsung bertanya dengan cemas, "Bisakah aku merelakan anak ini saja? Aku ingin menggugurkannya."

"Pada usia kandungan tiga setengah bulan, aborsi sangat nggak disarankan," jawab dokter itu.

"Aku nggak bisa melahirkannya. Aku nggak menginginkannya. Suamiku juga nggak akan setuju kalau aku melahirkannya. Tolong rahasiakan ini untukku. Jangan beri tahu pria di luar itu kalau aku hamil. Dokter, bisakah kamu membantuku? Aku benar-benar nggak bisa melahirkan anak ini," kata Yovita.

Ketika dokter melihat wajah Yovita yang bengkak dan merah di balik syal, serta mengingat kata-kata Yovita barusan, dalam hati dia berpikir bahwa Yovita mungkin mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

Dokter itu berkata dengan nada lembut, "Meskipun kamu menggugurkan anak ini, kamu tetap membutuhkan persetujuan pacarmu. Kandunganmu sudah tiga bulan lebih, dia sudah memiliki jenis kelamin, jadi bukan janin yang masih kecil. Lagi pula, kamu harus melakukan rawat inap kalau ingin menjalani induksi persalinan. Harus ada orang yang menemanimu."

Yovita berujar dengan tidak sabaran, "Aku nggak memerlukan rawat inap. Aku bisa melakukannya. Aku juga nggak memerlukan persetujuannya. Bisakan kita langsung melakukannya malam ini?"

"Nggak bisa." Dokter langsung menolak, "Meskipun kamu harus dioperasi, kamu juga harus menunggu sampai pendarahannya berhenti dulu. Kamu berbaring saja dulu, aku akan memanggilkan dokter kandungan. Tenang saja, aku akan merahasiakannya dari pacarmu."

"Terima kasih," ujar Yovita.

Dokter mengambilkan pakaian pasien yang yang bersih, serta dua buah pembalut, lalu membantu Yovita untuk berganti sebelum pergi.

Setelah mengenakan pakaian yang kering, Yovita merasa jauh lebih nyaman.

Hanya saja, masalah yang rumit ini tetap membuatnya tidak bisa tenang. Dia sangat berharap malam ini bisa menyelesaikan hal ini dengan tenang.

Dia juga berharap Alex sudah pergi.

Yovita menoleh untuk melihat hasil cetakan laporan yang keluar dari printer. Dia ingin melihatnya sekilas, jadi dia pun duduk. Baru saja Yovita duduk, tetapi dia mendengar suara pintu yang dibuka. Kemudian, tirai ditarik, hingga sosok tinggi Alex muncul di pandangan.

Dalam sekejap, setetes keringat dingin mengalir dari punggung Yovita!

Dia mencengkeram selimut dengan wajah pucat di balik syal. Hati Yovita merasa tegang. "Kak Alex, kamu .... Bagaimana kamu bisa masuk?"

Alex menarik kursi di depan mesin USG, lalu duduk dengan santai sambil menyilangkan kaki. Ketika menatap mata Yovita yang gelisah, pria itu tersenyum. "Aku penasaran, bagaimana kamu mengenalkanku pada dokter? Dokter menyuruhku masuk untuk menemani istriku."

Yovita tertegun.

Pria itu tersenyum nakal. "Apa kamu mengatakan kalau aku suamimu?"

Otak Yovita langsung kosong. Dia merasa canggung sekaligus takut. Lembar pemeriksaan itu ada di sisi kiri Alex, sementara tangan pria itu sudah terulur untuk mengambilnya.

Kebenaran sudah di depan mata!

Pada saatnya nanti, Yovita tidak akan bisa lagi mengatakan bahwa ini adalah pendarahan karena datang bulan.

"Aku ...." Lidah Yovita seakan mati rasa karena tegang. "Aku hanya bicara sembarangan. Dokter ...."

Detik berikutnya, Alex berbalik ke samping untuk mengambil laporan itu.

Suara dan detak jantung Yovita seakan terputus secara bersamaan!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 100

    Setelah mengalami begitu banyak tekanan, Yovita mengira dia akan menggila.Hanya saja anehnya dia tiba-tiba merasa tenang.Dia bahkan tidak meringkuk ketakutan lagi, melainkan duduk di tempat tidurnya untuk menghadapi langit malam yang gelap.…Keesokan harinya.Cindy tiba di rumah sakit, dia ingin memulai balas dendamnya pada Yovita secara resmi. Dia sudah tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi.Dia membeli beberapa buah dan pergi ke kamar pasien Thomas. Pada saat ini, Thomas sedang diinfus di dalam kamar. "Halo, Paman.""Oh? Halo, ternyata kamu," kata Thomas sambil tersenyum. "Kamulah yang bawa aku ke rumah Keluarga Darian sebelum ini. Kalau bukan karenamu, aku benar-benar nggak tahu betapa menderitanya Yovita di sana. Terima kasih.""Paman, ucapanmu terlalu sungkan. Yovita dan aku adalah teman baik. Akhir-akhir ini Yovita terbebani oleh masalah 10 miliar, jadi dia nggak bisa datang menjengukmu dan minta aku untuk datang.""10 miliar? Masalah apa itu?""Paman nggak tahu? Yovita

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 99

    Alex berdiri, dia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan memakan semangkuk mi ini. Cindy buru-buru bertanya. "Pak Alex, apakah kamu nggak mau makan mi ini?"Pria itu mengeluarkan ponsel, lalu mentransfer satu miliar padanya sambil berkata, "Jangan khawatirkan aku. Tidurlah lebih awal, aku masih punya urusan." Setelah mengatakan ini, Alex berjalan meninggalkan halaman. Sosoknya yang tinggi segera menghilang di tengah langit malam.Cindy merasa sangat senang saat melihat notifikasi di ponselnya.Alex lebih murah hati daripada Davin, dia bahkan memberi satu miliar demi semangkuk mi ini. Cindy telah mempelajari banyak keterampilan untuk menggoda Davin, dia bahkan juga pernah melakukan aborsi, tapi uang yang diberikan oleh Davin tidak mencapai satu miliar.Hanya saja, Cindy masih merasa kecewa.Alangkah baiknya jika Alex ingin melakukannya dengannya. Dia sangat ingin melakukan hal itu dengannya.Cindy membawa mangkuk mi itu ke dapur dan langsung membuangnya ke tempat sampah. Setelah

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 98

    Yovita menghela napas lega saat melihat kepergian Davin, panggilan itu benar-benar datang di saat yang tepat.Dia mematikan air dan berjalan keluar.Akhirnya dia berhasil melewati masalah ini.Waktu di ponselnya menunjukkan pukul 23.30 tepat.Pada saat ini, ponselnya berdering. Itu adalah panggilan suara WhatsApp.Sebuah foto profil berwarna hitam muncul di layer ponsel Yovita.Itu adalah panggilan dari Alex.Pria itu meneleponnya di saat yang tepat.Seperti surat perintah hukuman mati, seolah-olah pria itu tidak akan menyerah sampai dia menjawab panggilan ini.Yovita menjawab panggilan ini, lalu menempelkan ponsel ke telinganya. Tidak lama kemudian dia mendengar suara berat Alex dari ujung lain panggilan. "Di mana kamu?"Yovita berkata, "Kak, aku hampir sampai di sana. Aku akan segera memasaknya untukmu.""Bagus sekali."Alex memutuskan panggilan, lalu mengambil headset Bluetooth-nya dan menyalakan kamera, layar laptop menunjukkan sekelompok direktur yang berpakaian dengan rapi."Lanj

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 97

    Langit malam sangat gelap, cuacanya juga sangat sejuk.Saat melewati hutan maple, angin berdesir yang membuat dedaunan gugur dan menyentuh pergelangan kaki Yovita. Daun ini bagaikan sebilah pisau yang melukai kaki Yovita dan membuatnya gelisah.Davin telah mengutus seseorang untuk memanggilnya, tapi Alex tetap diam.Yovita merasa Alex yakin dia tidak mungkin tidak pergi dan juga tidak berani melawan.Dia juga mengetahui jika dia tidak membuatkan camilan, Alex tidak akan melepaskannya.Yovita berdiri di persimpangan kamar timur dan barat. Lampu di kedua halaman menyala, cahayanya menyebar sejauh puluhan meter, seperti cahaya penuntun jalan baginya.Membiarkan Yovita memilih jalan mana yang harus diambil.Yovita berdiri di tempat selama 10 detik, lalu segera berbalik dan pergi ke kamar timur.Pengurus rumah tangga baru yang bernama Bibi Eni sedang menunggunya. Dia menyapanya dengan hormat. "Bu Yovita."Yovita membalas sapaannya. Bibi Eni berkata, "Pak Davin sedang mandi. Dia meminta And

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 96

    Yovita berkata, "Tadi aku lagi cari baju." Dia berjalan ke jendela untuk menuang segelas air untuk mengalihkan perhatian Davin.Benar saja, Davin berjalan mendekat, lalu duduk di sofa tunggal sambil menyilangkan kakinya.Jantung Yovita berdetak dengan cepat, tadi Alex baru saja duduk di sana.Davin mendengus. "Apakah kamu sehabis pakai parfum di sini?"Dia belum pernah benar-benar memasuki kamar Yovita karena dia meremehkan wanita ini. Biasanya Davin hanya berdiri di depan pintu.Ternyata kamar ini sangat harum?Yovita menyerahkan segelas air hangat untuknya. "Aku nggak pakai parfum."Davin tidak menjawab, melainkan menyeringai. "Kamu menyerahkan air dan mencoba merayuku lagi, apakah kamu sedang bernafsu lagi?""Nggak.""Jangan terus bilang nggak. Nggak peduli apa pun jawabanmu, cepat rapikan lemarimu. Aku mau gantung beberapa pakaianku di dalam. Mulai malam ini aku akan tinggal bersamamu. Aku akan melakukan apa pun yang kamu mau, aku juga bisa membiarkanmu tidur di sampingku setiap ma

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 95

    Otot paha pria ini terasa kuat dan keras di balik pakaian tipisnya.Suhu tubuh mereka saling meningkat, pembuluh darah mereka juga saling berdenyut saat kulit mereka bersentuhan.Alex meletakkan satu tangan di bagian belakang kepala Yovita, lalu mencengkeram pinggangnya dengan tangan yang lain, ciuman ini semakin lama semakin panas dan dalam.Yovita bisa merasakan perubahan pada tubuh Alex dengan jelas, dia merasa panik dan ketakutan, tapi tidak berani bergerak.Karena dia mengetahui jika pria ini mampu melakukan tindakan keji seperti itu!Saat ciuman ini berakhir, Yovita bersandar dengan lemas di dada Alex karena kekurangan oksigen. Pikirannya menjadi gelap, kedua matanya juga berkaca-kaca.Alex terkekeh. "Kapasitas paru-parumu cuma sebesar ini?"Lima detik kemudian, Yovita akhirnya tersadar kembali. Dia mendongak dan hendak berdiri, tapi Alex menghentikannya.Tangan pria itu menekan perut Yovita, tanpa mengungkit masalah anak atau kehamilannya, tapi tindakan ini sudah cukup membuat Y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status