Share

Bab 8

Author: Yessika Sutomo
Otak Yovita saat itu seakan meledak. Dia ... apa yang pria itu katakan?

Untuk sesaat Yovita tidak bisa berkata-kata.

Segera, rona merah merambat ke telinga Yovita, lalu mewarnai wajahnya yang indah. Semua ini tertangkap oleh mata pria itu.

"Nggak … nggak bisa." Yovita ketakutan sampai bicaranya tidak jelas, "Kamu ini kakak iparku!"

"Nggak ada ciuman?" tanya pria itu.

"Nggak!" tegas Yovita.

"Kalau begitu, aku yang akan mencium." Pria itu mendekat, sementara Yovita melepaskan tangannya. Karena ketakutan, kepalanya terbentur saat dia mundur. Yovita langsung menutupi mulutnya sendiri, jantungnya seakan berhenti berdetak!

Alex memiringkan kepala, menatapnya dengan santai, lalu menunjukkan senyum palsu di wajahnya.

'Si kecil ini nggak tahan kalau digoda,' pikir Alex.

Yovita merasa ketakutan sampai jari kakinya meringkuk. Dia merasa perutnya mulai sakit lagi.

Yovita melihat sebuah syal dari sudut matanya, lalu segera mengambilnya. Dia melilitkannya di bagian bawah hidung dengan erat, hanya menyisakan dua bola mata yang ketakutan di luar.

Bulu mata tebal yang lembab itu bergetar pelan.

Alex tertawa. "Lucu sekali."

Yovita terdiam.

"Nggak bernapas lagi?" tanya pria itu.

Yovita tetap tidak mengatakan apa pun.

"Baiklah, masuk saja sendiri." Alex tidak menggodanya lagi, takut wanita itu akan mati sesak napas di sini. Alex menggendongnya keluar dari mobil, lalu menurunkannya di tanah.

Begitu kaki Yovita menyentuh tanah, dia langsung mendorong Alex. Sikapnya seperti kelinci kecil yang tidak sabar meninggalkan wilayah serigala besar.

Syal pria di leher Yovita berkibar di punggungnya.

Alex bersandar di pintu mobil, menatap Yovita yang menghilang. Di depan matanya seolah masih terpancar rona merah itu.

'Cih, cukup menarik,' pikir Alex.

Dia mengambil sebatang rokok dari mobil, menyelipkannya di bibir, lalu mengambil korek api. Baru saja Alex hendak menyalakannya, dia melihat bekas darah di telapak tangannya.

Alex menyimpan korek apinya, mendongak untuk melihat melalui pintu kaca UGD. Wanita dengan rok berdarah itu tampak berdiri di sudut dengan syal menutupi seluruh wajahnya. Kedua tangannya tergenggam di dada, tampak bingung dan tak berdaya.

Ada banyak pasien pada saat ini. Sepertinya dokter sedang sangat sibuk, hingga tidak sempat melayani Yovita.

Akhirnya, ada seorang dokter yang lewat di depannya. Baru saja Yovita hendak berbicara, tetapi dokter sudah bergegas melewatinya.

Yovita hanya bisa berdiri diam lagi.

Alex terdiam.

Pria itu membuang rokok ke tempat sampah, lalu melangkah masuk.

Ada orang yang memang terlahir menjadi pusat perhatian. Begitu Alex melangkah masuk, Yovita langsung menyadarinya. Wanita itu pun langsung berlari!

"Awas kalau kamu bergerak satu langkah saja. Mau coba?" kata Alex.

Suara pria yang acuh tak acuh itu terdengar jelas di tengah suasana bising. Yovita bersandar di dinding, tidak bergerak. Mata besarnya tampak penuh dengan penolakan. "Kak Alex, bukannya kamu mengatakan nggak akan masuk?"

Ada ketidakpuasan yang besar dalam nada bicara Yovita.

Alex bertanya dengan suara pelan yang berbahaya, "Katakan lagi?"

Yovita tidak berbicara lagi.

"Kura-kura penakut pun nggak sepenakut kamu," kata Alex.

Yovita bukannya penakut. Dia hanya tidak tahu bagaimana mengatakan yang sebenarnya setelah bertemu dengan dokter.

Kedua tangan Alex menggenggam bahunya, memutarnya, lalu membuat Yovita membelakangi orang banyak, lalu telapak tangan pria itu menepuk dinding. Suara nyaring itu langsung menarik perhatian sebagian besar orang.

Dalam waktu kurang dari lima detik, seorang dokter terburu-buru menghampiri. "Nona, apa yang terjadi? Kenapa ada banyak darah di bajumu? Ayo cepat, ikut denganku."

Yovita berbalik untuk melirik Alex, lalu mendekat padanya. Aroma yang samar-samar itu kembali masuk ke hidung Alex. Yovita pun berbisik pelan, "Kamu cepat pergilah!"

Alex tertegun.

Yovita mengikuti dokter ke ruang perawatan, sementara dokter berkata pada Alex, "Pacarnya bisa menunggu di luar. Jangan berkeliaran terlalu jauh."

Otak Yovita seakan meledak. Alex dengan santai mengangkat alis ke arah Yovita.

"Gadis kecil." Dokter wanita itu berbicara dengan sangat lembut, "Jangan panik, jangan takut. Biar kami memeriksamu dulu. Kamu terus memegang perutmu, apa perutmu sakit?"

Yovita membalas, "Ya."

"Baiklah, aku akan mengisi formulir sambil mengajukan pertanyaan padamu," kata dokter itu.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 100

    Setelah mengalami begitu banyak tekanan, Yovita mengira dia akan menggila.Hanya saja anehnya dia tiba-tiba merasa tenang.Dia bahkan tidak meringkuk ketakutan lagi, melainkan duduk di tempat tidurnya untuk menghadapi langit malam yang gelap.…Keesokan harinya.Cindy tiba di rumah sakit, dia ingin memulai balas dendamnya pada Yovita secara resmi. Dia sudah tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi.Dia membeli beberapa buah dan pergi ke kamar pasien Thomas. Pada saat ini, Thomas sedang diinfus di dalam kamar. "Halo, Paman.""Oh? Halo, ternyata kamu," kata Thomas sambil tersenyum. "Kamulah yang bawa aku ke rumah Keluarga Darian sebelum ini. Kalau bukan karenamu, aku benar-benar nggak tahu betapa menderitanya Yovita di sana. Terima kasih.""Paman, ucapanmu terlalu sungkan. Yovita dan aku adalah teman baik. Akhir-akhir ini Yovita terbebani oleh masalah 10 miliar, jadi dia nggak bisa datang menjengukmu dan minta aku untuk datang.""10 miliar? Masalah apa itu?""Paman nggak tahu? Yovita

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 99

    Alex berdiri, dia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan memakan semangkuk mi ini. Cindy buru-buru bertanya. "Pak Alex, apakah kamu nggak mau makan mi ini?"Pria itu mengeluarkan ponsel, lalu mentransfer satu miliar padanya sambil berkata, "Jangan khawatirkan aku. Tidurlah lebih awal, aku masih punya urusan." Setelah mengatakan ini, Alex berjalan meninggalkan halaman. Sosoknya yang tinggi segera menghilang di tengah langit malam.Cindy merasa sangat senang saat melihat notifikasi di ponselnya.Alex lebih murah hati daripada Davin, dia bahkan memberi satu miliar demi semangkuk mi ini. Cindy telah mempelajari banyak keterampilan untuk menggoda Davin, dia bahkan juga pernah melakukan aborsi, tapi uang yang diberikan oleh Davin tidak mencapai satu miliar.Hanya saja, Cindy masih merasa kecewa.Alangkah baiknya jika Alex ingin melakukannya dengannya. Dia sangat ingin melakukan hal itu dengannya.Cindy membawa mangkuk mi itu ke dapur dan langsung membuangnya ke tempat sampah. Setelah

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 98

    Yovita menghela napas lega saat melihat kepergian Davin, panggilan itu benar-benar datang di saat yang tepat.Dia mematikan air dan berjalan keluar.Akhirnya dia berhasil melewati masalah ini.Waktu di ponselnya menunjukkan pukul 23.30 tepat.Pada saat ini, ponselnya berdering. Itu adalah panggilan suara WhatsApp.Sebuah foto profil berwarna hitam muncul di layer ponsel Yovita.Itu adalah panggilan dari Alex.Pria itu meneleponnya di saat yang tepat.Seperti surat perintah hukuman mati, seolah-olah pria itu tidak akan menyerah sampai dia menjawab panggilan ini.Yovita menjawab panggilan ini, lalu menempelkan ponsel ke telinganya. Tidak lama kemudian dia mendengar suara berat Alex dari ujung lain panggilan. "Di mana kamu?"Yovita berkata, "Kak, aku hampir sampai di sana. Aku akan segera memasaknya untukmu.""Bagus sekali."Alex memutuskan panggilan, lalu mengambil headset Bluetooth-nya dan menyalakan kamera, layar laptop menunjukkan sekelompok direktur yang berpakaian dengan rapi."Lanj

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 97

    Langit malam sangat gelap, cuacanya juga sangat sejuk.Saat melewati hutan maple, angin berdesir yang membuat dedaunan gugur dan menyentuh pergelangan kaki Yovita. Daun ini bagaikan sebilah pisau yang melukai kaki Yovita dan membuatnya gelisah.Davin telah mengutus seseorang untuk memanggilnya, tapi Alex tetap diam.Yovita merasa Alex yakin dia tidak mungkin tidak pergi dan juga tidak berani melawan.Dia juga mengetahui jika dia tidak membuatkan camilan, Alex tidak akan melepaskannya.Yovita berdiri di persimpangan kamar timur dan barat. Lampu di kedua halaman menyala, cahayanya menyebar sejauh puluhan meter, seperti cahaya penuntun jalan baginya.Membiarkan Yovita memilih jalan mana yang harus diambil.Yovita berdiri di tempat selama 10 detik, lalu segera berbalik dan pergi ke kamar timur.Pengurus rumah tangga baru yang bernama Bibi Eni sedang menunggunya. Dia menyapanya dengan hormat. "Bu Yovita."Yovita membalas sapaannya. Bibi Eni berkata, "Pak Davin sedang mandi. Dia meminta And

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 96

    Yovita berkata, "Tadi aku lagi cari baju." Dia berjalan ke jendela untuk menuang segelas air untuk mengalihkan perhatian Davin.Benar saja, Davin berjalan mendekat, lalu duduk di sofa tunggal sambil menyilangkan kakinya.Jantung Yovita berdetak dengan cepat, tadi Alex baru saja duduk di sana.Davin mendengus. "Apakah kamu sehabis pakai parfum di sini?"Dia belum pernah benar-benar memasuki kamar Yovita karena dia meremehkan wanita ini. Biasanya Davin hanya berdiri di depan pintu.Ternyata kamar ini sangat harum?Yovita menyerahkan segelas air hangat untuknya. "Aku nggak pakai parfum."Davin tidak menjawab, melainkan menyeringai. "Kamu menyerahkan air dan mencoba merayuku lagi, apakah kamu sedang bernafsu lagi?""Nggak.""Jangan terus bilang nggak. Nggak peduli apa pun jawabanmu, cepat rapikan lemarimu. Aku mau gantung beberapa pakaianku di dalam. Mulai malam ini aku akan tinggal bersamamu. Aku akan melakukan apa pun yang kamu mau, aku juga bisa membiarkanmu tidur di sampingku setiap ma

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 95

    Otot paha pria ini terasa kuat dan keras di balik pakaian tipisnya.Suhu tubuh mereka saling meningkat, pembuluh darah mereka juga saling berdenyut saat kulit mereka bersentuhan.Alex meletakkan satu tangan di bagian belakang kepala Yovita, lalu mencengkeram pinggangnya dengan tangan yang lain, ciuman ini semakin lama semakin panas dan dalam.Yovita bisa merasakan perubahan pada tubuh Alex dengan jelas, dia merasa panik dan ketakutan, tapi tidak berani bergerak.Karena dia mengetahui jika pria ini mampu melakukan tindakan keji seperti itu!Saat ciuman ini berakhir, Yovita bersandar dengan lemas di dada Alex karena kekurangan oksigen. Pikirannya menjadi gelap, kedua matanya juga berkaca-kaca.Alex terkekeh. "Kapasitas paru-parumu cuma sebesar ini?"Lima detik kemudian, Yovita akhirnya tersadar kembali. Dia mendongak dan hendak berdiri, tapi Alex menghentikannya.Tangan pria itu menekan perut Yovita, tanpa mengungkit masalah anak atau kehamilannya, tapi tindakan ini sudah cukup membuat Y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status