Share

Bab 3

Author: Jalita Haira
Jarak Kota Barona hanya satu setengah jam perjalanan dari Kota Jimasta.

Violet tiba di rumah Keluarga Wijaya sesuai janji dengan menggunakan penyamaran.

Dengan alasan mengobati penyakit, dia memanfaatkan kesempatan untuk menghipnosis Dimas yang sudah lanjut usia.

Sayangnya, tidak ada informasi berguna yang bisa didapat.

Setelah usahanya tidak membuahkan hasil, Violet berjalan sambil menunduk, memikirkan sesuatu. Tiba-tiba dia merasakan sakit di dahinya.

"Maaf ...."

Kata-kata permintaan maaf itu terhenti di tenggorokan ketika melihat wajah orang yang ada di depannya.

Leon?

Kenapa dia ada di sini?

Memang benar, musuh akan selalu bertemu!

Hanya dalam waktu kurang dari dua detik, Violet mengalihkan pandangannya, lalu pergi tanpa ekspresi.

Leon tertegun.

Awalnya orang ini tampak akan meminta maaf, tetapi setelah melihatnya, sikapnya tiba-tiba berubah drastis. Terutama tatapan yang berubah seolah mereka punya dendam mendalam.

Leon berbalik, memandang ke arah kepergian wanita itu. Mata gelapnya sedikit menyusut. Punggung itu mirip dengan Violet ....

"Pak Leon, kami nggak tahu kalau kamu akan datang. Maaf nggak bisa menyambut dengan baik."

Suara kepala pelayan Keluarga Wijaya membuyarkan lamunan Leon. Saat kembali melihat, wanita itu sudah tidak tampak lagi.

Setelah mengikuti kepala pelayan untuk menemui Dimas, Leon melihat wajah Dimas tampak sehat dan segar, seperti sudah pulih dari sakitnya. Tanpa basa-basi, Leon langsung menyampaikan maksud kedatangannya.

Namun, pihak Keluarga Wijaya mengatakan bahwa dokter sakti itu sudah pergi. Selisih waktunya dengan kedatangan Leon hanya sebentar saja.

Leon tertegun.

Apakah wanita dengan wajah penuh bintik-bintik yang baru saja ditemuinya itu adalah si dokter sakti?

Meski tahu mengejar akan percuma, Leon tetap buru-buru berpamitan dengan Dimas.

Tak disangka, wanita itu ternyata belum pergi.

Leon berjalan menuju mobil wanita itu yang baru menyala dengan langkah cepat, lalu berkata, "Tunggu seben ...."

Belum selesai Leon berbicara, suaranya sudah tertelan oleh deru mesin yang meraung.

"Sialan!"

Kini Leon hampir yakin bahwa wanita itu memang punya dendam padanya.

Leon pun naik ke mobil, lalu mengejarnya.

Ketika melihat mobil Hummer berwarna hitam yang mengejar dari belakang, kening Violet sedikit berkerut.

Apa pria itu mengenalinya?

Bukannya mau membual, tetapi teknik penyamaran Violet sangatlah hebat. Meski kedua orang tuanya masih hidup, mereka tak akan mengenalinya. Jangankan lagi Leon yang tak pernah benar-benar memperhatikannya meski sudah menikah dengannya selama tiga tahun!

Apakah hanya karena tadi tidak meminta maaf, dia dikejar sampai sejauh ini?

"Heh ...." Sebuah seringai dingin muncul di sudut bibir Violet. Kemudian, dia menekan pedal gas hingga maksimal, lalu bergumam, "Kamu berutang padaku jauh lebih banyak daripada aku padamu!"

Mobil Maserati merah melaju kencang seperti kilat.

"Menarik!"

Mata hitam Leon tampak sedikit menyipit, lalu dia juga menambah kecepatannya.

Satu mobil merah, satu mobil hitam. Keduanya layaknya dua naga raksasa yang saling mengejar di jalanan berkelok di pegunungan.

Pada awalnya, Leon merasa sangat percaya diri dengan kemampuan mengemudinya. Dia adalah seorang pria. Dia tidak percaya jika dia tidak bisa mengejar seorang wanita!

Namun, pada putaran terakhir, wanita itu tiba-tiba berputar balik, langsung menuju ke arahnya.

Leon memutar setir ke kanan secara refleks, menghindar sebelum wanita itu menabraknya. Namun, karena kecepatan yang terlalu tinggi, dia malah menabrak sisi bukit. Meski tidak terjadi apa-apa dengan dirinya, mobilnya terpaksa berhenti mendadak.

Dari balik kaca depan, pandangannya bertemu dengan tatapan wanita itu yang penuh ejekan. Wanita itu bahkan menunjukkan jempol ke bawah padanya.

Sombong sekali!

Kemudian, mobil wanita itu mundur dengan cepat, pergi begitu saja, tetap dengan kecepatan yang tak berkurang.

"Elang Merah ...."

Dia bisa menyembuhkan penyakit, juga jago balapan. Meski tampangnya biasa saja, kemampuannya ternyata cukup banyak.

Namun, kenapa begitu memusuhi dirinya?

Setelah kembali ke kantor, hal pertama yang dilakukan Leon adalah meminta Joshua untuk menyelidiki latar belakang Elang Merah. "Cari informasi sedetail mungkin."

Leon ingin tahu, apa yang sebenarnya sudah dia lakukan hingga wanita itu begitu marah padanya.

Setengah jam kemudian, Joshua masuk dengan wajah lesu. Dia melapor, "Pak, informasi tentang Elang Merah dilindungi dengan kata sandi. Beberapa teknisi sudah mencobanya, tapi nggak bisa menembusnya."

"Berikan alamat situsnya padaku!"

**

"Bos, ada yang sedang menyelidikimu!"

Sheva menyerahkan laptopnya kepada Violet yang sedang berbaring di sofa ruang tamu, asyik menonton drama. "Sudah dimulai sejak setengah jam yang lalu. Pihak mereka sudah mengganti beberapa orang. Yang terbaru ini cukup hebat, aku hampir nggak bisa menahannya."

"Benarkah?" Tatapan mata Violet sedikit menyipit. Dia bangkit dari sofa, lalu berujar, "Biarkan aku yang menghadapi dia!"

Jarinya mengetik dengan cepat di atas keyboard, membuat sederet kode berlarian di layar laptop.

Dalam waktu tak lebih dari sepuluh menit, Violet menutup laptopnya, lalu melemparkannya sembarangan ke sofa. Dia berdiri sambil meregangkan tubuh, lalu berkata, "Ayo kita makan."

Pada saat yang sama, di hadapan layar komputernya, Leon hampir melempar laptopnya ketika melihat kode yang ditampilkan oleh pihak lawan.

PECUNDANG!

Ketika melihat kata yang berkedip-kedip di layar, ada aura dingin yang terpancar dari tubuhnya. Joshua bahkan tidak berani bernapas.

Kemampuan meretas bosnya itu tidak hanya terkenal di Jimasta, tetapi bahkan di dunia. Namun, sekarang ....

Melihat wajah muram bosnya, haruskah dia memberikan sedikit penghiburan?

Setelah berpikir sejenak, Joshua dengan hati-hati membuka mulutnya, "Pak, mungkin pihak lawan nggak tahu siapa kamu. Dia nggak bermaksud menghinamu ...."

"Keluar!"

"Ya!"

"Tunggu sebentar." Leon memanggil Joshua yang hendak pergi, lalu berujar, "Hubungi dia dengan kontak yang diberikan oleh Keluarga Wijaya. Tawarkan biaya konsultasi 100 miliar!"

Tujuannya adalah mencari cara menyembuhkan racun Mia. Sedangkan hal lainnya ....

Kilatan gelap melintas cepat di mata kelamnya.

**

Begitu makanan disajikan di meja, ponsel Sheva berbunyi. Sebuah nomor asing muncul di layar.

Dia menatap Violet yang duduk di seberangnya. Setelah melihatnya mengangguk, Sheva pun menekan tombol untuk menjawab panggilan, lalu mengaktifkan pengeras suara.

"Apakah ini dokter sakti Elang Merah?"

Joshua!

Tangan Violet yang hendak mengambil makanan berhenti sejenak.

Jadi Leon masih mengejar permintaan maaf darinya?

Tentu saja, Leon Jiwono yang tak pernah merasa direndahkan, pastinya akan sulit menerima kekalahan beruntun darinya.

Tidak ingin berurusan dengannya lagi, Violet memberi isyarat kepada Sheva untuk menutup teleponnya.

"Maaf, aku bukan orang yang kamu cari."

Ketika Sheva hendak menutup telepon, Joshua buru-buru berkata, "Tunggu sebentar! Di sini ada seorang pasien yang sangat membutuhkan pertolongan dari dokter sakti. Kami bersedia menawarkan biaya konsultasi sebesar 100 miliar!"

Violet terdiam.

Jadi ini tujuan Leon terus mengejarnya?

Pergi ke Keluarga Wijaya juga bukan kebetulan?

Jika sampai Leon turun tangan sendiri dan menawarkan biaya sebesar itu ....

Mungkin masalah ini menyangkut Mia yang dia perlakukan dengan sangat baik itu. Dengan gerakan bibir, dia meminta Sheva untuk bertanya lebih lanjut.

Sheva berkata, "Bisa tolong kirimkan informasi singkat pasien itu ke ponselku?"

Begitu mendengar ada peluang, Joshua segera berkata, "Baik, aku akan segera mengirimkannya."

Hampir seketika setelah panggilan ditutup, Joshua mengirimkan semua informasi terkait. Ketika Violet melihat bahwa pasien yang perlu diselamatkan adalah Mia, dia melempar ponsel itu ke arah Sheva sambil berkata, "Beri tahu dia kalau aku nggak mencari uang ketika mengobati orang. Semua hanya bergantung pada takdir. Astrologi pasien ini nggak cocok denganku!"

Sheva tertegun.

Sejak kapan ada aturan seperti itu?

Meskipun merasa ada sesuatu yang aneh dengan ekspresi Violet, Sheva tidak banyak bertanya, langsung menyampaikan pesan itu ke Joshua.

Setelah menerima balasan, Joshua buru-buru menemui Leon.

Mata hitam pekat itu menyipit sedikit, lalu dia membalas, "Tambah 100 miliar lagi!"

Dia tidak percaya wanita itu bisa menolak uang sebanyak itu!

Violet tertawa sinis sambil bergumam, "Dua ratus miliar?"

Dia tiba-tiba merasa ingin tahu, berapa sebenarnya nilai Mia di hati Leon.

Mata Violet yang berkilauan menyipit, lalu dia berkata, "Beri tahu dia, aku akan datang kalau mereka setuju dengan 20 triliun. Nggak kurang sepeser pun!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
kuras we ampe bangkrut,,pengen tau j mau ga klo leon jd kismin
goodnovel comment avatar
Ninuk Besole
bgus lanjutkan
goodnovel comment avatar
Retno Setyorini
nilai yang menggiurkan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 416

    Pria itu mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ternyata seperti itu!"Dia hanya mengatakan ini dan tidak mengatakan yang lain lagi.Pria itu tidak mengatakan apa pun dan Violet juga tidak bertanya. Setelah perjalanan ini berakhir, Violet menyerahkan kartu yang lain pada pria itu, "Ini adalah 200 juta untuk uang tipmu hari ini. Terima kasih karena sudah menemani kami sepanjang hari ini!"Violet sangat murah hati sampai membuat pria itu enggan menerima pemberian darinya lagi, "Kamu sudah memberiku cukup banyak uang, aku nggak boleh menerimanya lagi."Violet meletakkan kartu ke tangan pria itu dengan paksa dan berkata, "Terimalah, kamu pantas mendapatkannya! Pada awalnya suasana hatiku sangat buruk karena nggak menemukan siapa pun. Tapi kamu sudah menemaniku sepanjang hari dan suasana hatiku sudah membaik sekarang. Besok tolong bawa kami datangi tempat lain."Pria itu ingin mengatakan sesuatu, tapi dia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa pun. Hanya saja dia mengembalikan kartu itu

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 415

    Awalnya berpikir bisa melihat Leon jika pergi ke sana, tapi siapa tahu ...."Kapan kamu melihatnya?"Orang yang mengaku melihat Leon adalah seorang pemuda berusia dua puluhan, juga warga setempat.Semua penduduk setempat di sini sangat tinggi, baik pria maupun wanita.Bahkan pria jangkung seperti Lukas pun terlihat agak kurus di hadapan penduduk setempat, seperti kekurangan gizi.Menanggapi pertanyaan Violet, pemuda itu menjawab, "Maaf, aku baru saja melihat foto itu dengan saksama lagi dan menyadari bahwa aku salah.""Orang itu memang sedikit mirip dengannya, tapi bukan orang yang kamu cari!"Lukas segera mencengkeram kerah pria itu dan berkata, "Tadi kamu bilang kamu benar-benar melihatnya, tapi sekarang kamu bilang salah lihat?"Pria itu segera menepis tangan Lukas dan berkata, "Aku memang salah lihat. Apa kamu nggak pernah salah lihat orang?"Lukas mengerutkan kening lebih erat. "Aku pikir kamu nggak salah lihat, tapi ada yang melarangmu mengatakannya."Mata pria itu berkedip. "Aku

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 414

    Lukas merasa agak sulit menerimanya. "Maksudmu yang sebelumnya bukan Leon, tapi Adis?""Ya!" Suara Violet terdengar serak, "Sebelumnya Adis berpura-pura menjadi Leon, bahkan nggak tahu di mana Leon yang asli sekarang.""Aku sudah mencarinya hampir di mana-mana, tapi tetap nggak bisa menemukannya. Jadi, aku berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya dan memintamu untuk mengajukan permohonan ke organisasi untuk membantu mencarinya."Violet benar-benar putus asa, mana mungkin akan merahasiakannya dari Lukas untuk sementara waktu.Lagi pula, hanya akan membuat lebih banyak orang khawatir tentang Leon.Mungkin juga akan sampai ke telinga Nenek.Kesehatan Nenek baru saja membaik sedikit akhir-akhir ini, Violet tidak ingin sesuatu terjadi padanya lagi.Lukas sangat marah. "Pantas saja aku merasa ada salah.""Saat melihatnya di pulau itu, aku merasa bukan seperti Leon, tapi kemudian aku berpikir mungkin aku terlalu banyak berpikir, jadi aku nggak meragukannya lagi. Ternyata dia bukan Leon!""Ya

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 413

    Entah metode apa pun yang digunakan Violet, pria itu selalu tidak mau mengungkapkan keberadaan Leon. Mulutnya sekeras Adis.Kalaupun Violet memberi tahu bahwa Adis sudah meninggal, pria itu tetap menolak untuk mengatakan sepatah kata pun."Tuanku sudah meninggal, tapi perintahnya masih ada. Tuanku bilang jangan sampai mengungkapkan keberadaan Leon."Pria itu penuh luka, tapi tetap tidak mau mengkhianati Adis, meski Adis sudah tidak ada lagi.Memang Adis cukup berhasil dalam melatih orang.Tidak seperti Violet ....Violet langsung memikirkan Lisa dan Sandy.Sekalipun ada alasan di balik pengkhianatannya, hal itu tetap membuktikan bahwa Violet gagal.Violet mengerutkan kening dan menatap pria itu dengan tatapan lebih dingin, "Kalaupun aku ingin membunuhmu, kamu nggak akan memberitahuku?""Nggak!" Pria itu berkata tanpa ragu, "Kalaupun kamu membunuhku, aku nggak akan memberitahumu, jadi jangan buang-buang energimu, bunuh saja aku!""Mau mati dengan mudah?" Violet hanya menyuapi pria itu d

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 412

    "Mana mungkin Sandy begitu berani?"Kapan tepatnya itu terjadi?Anak itu berusia lima tahun, Sandy sudah merahasiakannya darinya selama lima tahun!Tidak, itu tidak benar!"Sandy sangat mencintaimu hingga melakukan banyak hal untukmu secara diam-diam." Violet menasihati, "Jadi jangan terobsesi dengan hal-hal yang nggak seharusnya. Hiduplah dengan baik. Sandy sudah tiada, anak itu membutuhkanmu!""Membutuhkan aku ...."Adis mengerutkan kening. "Oh, dia masih anak-anak, bisa hidup dengan siapa saja! Violet, kalau kamu benar-benar merasa kasihan padanya, bawa saja dia untuk tinggal bersamamu!""Aku ...."Sambil berkata demikian, Adis mencabut pisaunya dan menusukkan pisaunya lagi ke tubuhnya. "Violet, kalau aku nggak bisa mendapatkan cintamu, aku benar-benar nggak bisa hidup!""Setelah bertahun-tahun, aku lelah!"Setelah bertahun-tahun berusaha, pada akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Adis benar-benar lelah dan tidak ingin terus berjuang."Oh ...." Adis memikirkan sesuatu sebelum meningg

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 411

    "Adis!"Violet mencoba menghentikannya dengan cepat, tapi sudah terlambat.Adis menatap Violet yang berlari ke arahnya. "Violet, kalau kamu nggak mau tahu keberadaan Leon, kamu mungkin nggak akan peduli dengan hidup dan matiku sama sekali, 'kan?""Bukan seperti itu!" Violet tak kuasa menahan tangisnya. "Kak Adis, sebenarnya aku nggak pernah membencimu.""Entah apa pun yang sudah kamu lakukan, kamu adalah penyelamatku.""Kalau kamu nggak menyelamatkanku dari Carmelia, aku nggak akan pernah selamat.""Setelah itu, kamu selalu menjadi orang yang melindungiku secara diam-diam.""Aku tahu semua yang sudah kamu lakukan untukku, jadi aku nggak membencimu, aku hanya nggak bisa memberimu apa yang kamu inginkan."Violet berkata demikian bukan untuk menipu Adis, melainkan dari lubuk hatinya.Dia benar-benar tidak membenci Adis.Semua hal salah yang dilakukannya adalah karena Adis terlalu mencintainya, yang membuatnya gila.Jadi Violet tidak pernah berpikir untuk membalas dendam.Kalau tidak, deng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status