Share

Bab 4

Penulis: Jalita Haira
"Dua puluh triliun?"

Leon tanpa ragu berkata, "Oke!"

Tiga tahun lalu, setelah dirinya dijebak dan diberi obat, ada seorang gadis yang tetap menyelamatkan nyawanya meski dia sendiri terluka parah.

Setelah semalaman mereka bersama, gadis itu sudah menghilang tanpa jejak setelah pagi datang.

Malam itu begitu gelap sehingga Leon tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dia hanya bisa mencium aroma obat yang samar, mirip dengan aroma obat tradisional tertentu.

Setelah kejadian itu, dia menyelidiki, hingga akhirnya menemukan Keluarga Lenova.

Mia yang sejak kecil lemah dan sering sakit, sudah terbiasa mengonsumsi obat tradisional.

Menurut penuturan langsung dari Mia, pada hari insiden itu terjadi, dia sedang diculik. Ketika akhirnya berhasil melarikan diri, dia bertemu dengan Leon.

Tanpa memedulikan keselamatannya sendiri, Mia dengan tubuh penuh luka menyerahkan kesuciannya untuk menyelamatkan Leon.

Saat itu, Mia baru berusia delapan belas tahun.

Karena telah menyelamatkan nyawanya, Leon berjanji akan menikahinya. Meski neneknya tidak setuju, Leon bersikeras untuk tetap bersamanya. Namun, tiba-tiba muncul Violet yang asal-usulnya tidak jelas.

Violet mengatur sebuah skenario untuk tampil sebagai pahlawan, hingga berhasil memenangkan hati neneknya, lalu perlahan mendorong neneknya untuk memaksa Leon menikahinya.

Setelah tujuannya tercapai, Violet memandang Mia sebagai duri dalam daging, selalu mencari masalah dengannya. Belakangan ini, dia bahkan bertindak makin kelewatan. Pertama dia menculik, lalu meracuni Mia.

Jangankan lagi 20 triliun, meski dokter sakti itu meminta lebih banyak lagi, Leon bersedia membayarnya. Karena dia merasa terlalu banyak berutang pada Mia.

**

Di sisi lain, begitu Sheva menerima balasan, dia segera memberi tahu Violet, "Bos, mereka setuju."

Setuju ....

Bohong jika Violet mengatakan tidak merasakan apa-apa di hatinya. Setelah mencintai pria itu begitu lama, dia tak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya. Apakah jika dia yang diracuni, Leon juga akan melakukan hal yang sama?

Tidak, tentu saja itu tidak akan terjadi!

Leon pasti berharap dia cepat mati, agar tak ada lagi yang menghalanginya bersatu dengan Mia.

Violet mengepalkan tangannya, menahan rasa sakit yang menghantui hatinya, lalu berujar, "Setuju!"

Ini uang 20 triliun. Jika memang Leon begitu kaya dan bodoh, mengapa tidak dia manfaatkan?

Namun ....

Siapa sebenarnya yang meracuni Mia?

Apa tujuan mereka?

Selain itu, masih ada masalah penculikan sebelumnya, yang hingga kini belum terpecahkan meski telah diselidiki secara diam-diam.

Tentu semua ini ada kaitannya.

Sepertinya malam ini Violet perlu pergi ke rumah sakit untuk memeriksa jenis racun yang menginfeksi Mia agar dapat menemukan petunjuk lebih lanjut.

Malam itu, ketika suasana sunyi menyelimuti.

Violet mengenakan seragam perawat yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh Sheva, lalu menyelinap masuk ke kamar tempat Mia dirawat.

Gadis yang terbaring di ranjang tampak sangat pucat, dengan napas yang lemah.

Melihat kondisinya, sepertinya Leon pasti sangat khawatir.

Katanya, Mia pernah menyelamatkan Leon. Oleh karena itu, pria itu begitu peduli padanya.

Jika dipikir-pikir, sebenarnya mereka berdua cukup mirip. Leon juga masuk ke hatinya sejak malam saat Violet menyelamatkannya.

Violet tersenyum sinis pada dirinya sendiri.

Dulu dia berusaha keras menikah dengannya karena mengira Leon masih lajang.

Lagi pula, rumor mengatakan bahwa Leon tidak tertarik pada perempuan, hanya fokus pada pekerjaan, sampai neneknya sendiri mencurigainya sebagai seorang penyuka sesama jenis!

Baru setelah menikah, Violet tahu bahwa ternyata Leon memiliki seorang gadis yang disukainya. Hanya saja, neneknya tidak menyetujui gadis itu, sehingga tidak pernah menyebutkan Mia di hadapannya.

Tiga tahun yang lalu, saat Violet memanfaatkan neneknya, sebenarnya neneknya juga memanfaatkannya.

Mengingat wanita tua yang cerdik itu, Violet tersenyum simpul, lalu berpikir, "Ternyata memang benar, makin tua makin ahli!"

Tanpa membuang waktu, Violet meraih pergelangan tangan Mia untuk memeriksa nadinya.

Keningnya langsung berkerut. Pola denyut nadi ini sangat mirip dengan ....

Benar!

Tatapannya berubah seketika.

Kemudian, Violet mengeluarkan tabung vakum untuk pengambilan sampel darah dari sakunya, mengarahkan jarum pada salah satu pembuluh darah di lengan kiri Mia. Ketika hendak menusukkan jarum, tangannya tiba-tiba ditangkap seseorang.

Dengan seluruh kekuatannya, Mia mencengkeram pergelangan tangan Violet, lalu bertanya, "Siapa yang mengirimmu?"

Petugas medis yang keluar masuk kamar ini semua sudah ditentukan. Dia juga mengenal mereka dengan baik. Jadi dalam sekali pandang, Mia tahu orang di depannya ini sangat mencurigakan!

Menyadari Mia sudah sadar, Violet tidak terlalu peduli. Dia melepaskan cengkeraman tangan Mia, lalu melanjutkan tindakannya.

Ketika melihat ujung jarum yang tajam hampir menembus lengannya, Mia segera mendorong Violet, cepat-cepat duduk dari tempat tidurnya, lalu meraih tombol panggilan di kepala ranjang.

Namun, sebelum sempat menyentuhnya, lengannya ditekan ke dinding.

Meski wajah Violet sebagian besar tertutup masker, sorot mata yang dingin dan tajam itu bagai pedang yang menyiratkan niat membunuh.

Mia jadi makin panik. "Aku adalah wanita yang paling dicintai oleh Leon! Kalau kamu berani menyakitiku, dia pasti nggak akan melepaskanmu ...."

"Plak!"

Violet menampar wajah Mia, mencengkeram dagunya dengan keras, lalu berkata, "Kalau nggak mau mati, diamlah!"

Wajah Mia terasa perih akibat tamparan itu, sementara dagunya hampir remuk dalam genggaman Violet. Namun, dari ucapannya, sepertinya wanita ini tidak berniat membunuhnya.

Sedikit demi sedikit, rasa takut di hati Mia mereda. Dia pun berhenti melawan.

Begitu Mia tidak lagi memberontak, Violet melepaskan cengkeraman di dagunya.

Kemudian, dia memasukkan jarum, mengambil sampel darah, lalu segera mencabut jarumnya tanpa memedulikan luka yang masih mengeluarkan darah.

Setelah mengalami penghinaan sebesar ini, mana mungkin Mia tinggal diam? Dia dengan cepat menekan tombol panggilan. "Seseorang ingin membunuhku ...."

Baru saja hendak berbicara, leher Mia langsung dicekik.

Kecepatan wanita itu begitu cepat, hingga membuat Mia terkejut.

"Awalnya aku nggak berniat membunuhmu ...." Sambil berbicara, jari-jari Violet makin kencang mencengkeram. Dia melanjutkan, "Tapi kalau kamu sudah bosan hidup, aku akan mengabulkannya!"

Dia tidak berusaha menakut-nakuti Mia, karena Violet benar-benar memiliki niat membunuh.

Sebenarnya, Mia bukanlah orang yang baik. Dia sangat ahli dalam berpura-pura.

Selama tiga tahun terakhir, dia telah berulang kali melakukan tipuan.

Violet selalu menahan diri hanya karena Mia adalah wanita kesayangan Leon. Namun, sekarang ....

Dia tidak peduli!

Lagi pula, ini adalah balasan yang harus diterima Mia.

Di hadapan para penculik, kalau bukan karena Violet melindunginya, Mia tidak akan bisa bertahan sampai Leon datang menyelamatkannya.

Melihat Mia yang wajahnya memerah karena sulit bernapas, serta pembuluh darah di dahinya satu per satu menonjol keluar, tatapan membunuh di mata Violet makin jelas.

Hanya dengan sedikit kekuatan lagi, nyawa Mia akan berakhir!

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki.

Jaraknya tidak dekat, orang biasa tidak akan bisa mendengarnya, tetapi Violet yang memiliki pendengaran tajam mendengar semuanya dengan jelas.

Leon!

Dia merasa sedikit muak saat menyadari betapa dia mengenal Leon dengan sangat baik.

Langkah kaki itu terdengar makin dekat. Matanya yang bagaikan air danau tiba-tiba menjadi gelap, lalu dia memukul Mia hingga pingsan.

Bagaimanapun juga, Mia bernilai 20 triliun. Violet tidak perlu menyia-nyiakan uang ini!

Setelah menggerakkan pandangan matanya, Violet membuka pintu balkon, lalu menyelinap ke kamar mandi.

Detik berikutnya, pintu pun terbuka.

Leon melangkah masuk. Matanya yang hitam tertuju pada pintu geser balkon yang terbuka.

Keningnya berkerut, lalu dia memberi perintah pada Joshua yang mengikutinya, "Tutup pintunya ...."

Namun, sebelum sempat menyelesaikan kata-katanya, terdengar suara jeritan.

"Ah ...."

Mia yang merasa dirinya pasti akan mati, tiba-tiba membuka matanya. Dia menatap kosong ke langit-langit dengan wajah penuh ketakutan, terengah-engah dengan napas berat.

"Apa aku membangunkanmu? Beberapa hari ini aku terlalu sibuk, jadi belum sempat menjengukmu. Bagaimana keadaanmu?"

Leon berjalan ke sisi tempat tidur. Ketika melihat wajah Mia yang tampak tidak baik, dia bertanya, "Mimpi buruk?"

Saat menoleh dan melihat Leon, Mia langsung memeluknya, menunjukkan bekas cekikan di lehernya serta bekas suntikan di lengannya. Dia berujar, "Paman, barusan ada seorang wanita yang menyamar jadi perawat. Dia mengambil darahku, lalu berusaha mencekikku sampai mati."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ninuk Besole
aku sangatsuka..karakter wanita yg tangguh
goodnovel comment avatar
Retno Setyorini
rasakan mia sekali kali di cekik violet enak kan
goodnovel comment avatar
sarifah nur
ceritanya bagus.... endingnya susah d tebak....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 416

    Pria itu mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ternyata seperti itu!"Dia hanya mengatakan ini dan tidak mengatakan yang lain lagi.Pria itu tidak mengatakan apa pun dan Violet juga tidak bertanya. Setelah perjalanan ini berakhir, Violet menyerahkan kartu yang lain pada pria itu, "Ini adalah 200 juta untuk uang tipmu hari ini. Terima kasih karena sudah menemani kami sepanjang hari ini!"Violet sangat murah hati sampai membuat pria itu enggan menerima pemberian darinya lagi, "Kamu sudah memberiku cukup banyak uang, aku nggak boleh menerimanya lagi."Violet meletakkan kartu ke tangan pria itu dengan paksa dan berkata, "Terimalah, kamu pantas mendapatkannya! Pada awalnya suasana hatiku sangat buruk karena nggak menemukan siapa pun. Tapi kamu sudah menemaniku sepanjang hari dan suasana hatiku sudah membaik sekarang. Besok tolong bawa kami datangi tempat lain."Pria itu ingin mengatakan sesuatu, tapi dia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa pun. Hanya saja dia mengembalikan kartu itu

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 415

    Awalnya berpikir bisa melihat Leon jika pergi ke sana, tapi siapa tahu ...."Kapan kamu melihatnya?"Orang yang mengaku melihat Leon adalah seorang pemuda berusia dua puluhan, juga warga setempat.Semua penduduk setempat di sini sangat tinggi, baik pria maupun wanita.Bahkan pria jangkung seperti Lukas pun terlihat agak kurus di hadapan penduduk setempat, seperti kekurangan gizi.Menanggapi pertanyaan Violet, pemuda itu menjawab, "Maaf, aku baru saja melihat foto itu dengan saksama lagi dan menyadari bahwa aku salah.""Orang itu memang sedikit mirip dengannya, tapi bukan orang yang kamu cari!"Lukas segera mencengkeram kerah pria itu dan berkata, "Tadi kamu bilang kamu benar-benar melihatnya, tapi sekarang kamu bilang salah lihat?"Pria itu segera menepis tangan Lukas dan berkata, "Aku memang salah lihat. Apa kamu nggak pernah salah lihat orang?"Lukas mengerutkan kening lebih erat. "Aku pikir kamu nggak salah lihat, tapi ada yang melarangmu mengatakannya."Mata pria itu berkedip. "Aku

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 414

    Lukas merasa agak sulit menerimanya. "Maksudmu yang sebelumnya bukan Leon, tapi Adis?""Ya!" Suara Violet terdengar serak, "Sebelumnya Adis berpura-pura menjadi Leon, bahkan nggak tahu di mana Leon yang asli sekarang.""Aku sudah mencarinya hampir di mana-mana, tapi tetap nggak bisa menemukannya. Jadi, aku berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya dan memintamu untuk mengajukan permohonan ke organisasi untuk membantu mencarinya."Violet benar-benar putus asa, mana mungkin akan merahasiakannya dari Lukas untuk sementara waktu.Lagi pula, hanya akan membuat lebih banyak orang khawatir tentang Leon.Mungkin juga akan sampai ke telinga Nenek.Kesehatan Nenek baru saja membaik sedikit akhir-akhir ini, Violet tidak ingin sesuatu terjadi padanya lagi.Lukas sangat marah. "Pantas saja aku merasa ada salah.""Saat melihatnya di pulau itu, aku merasa bukan seperti Leon, tapi kemudian aku berpikir mungkin aku terlalu banyak berpikir, jadi aku nggak meragukannya lagi. Ternyata dia bukan Leon!""Ya

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 413

    Entah metode apa pun yang digunakan Violet, pria itu selalu tidak mau mengungkapkan keberadaan Leon. Mulutnya sekeras Adis.Kalaupun Violet memberi tahu bahwa Adis sudah meninggal, pria itu tetap menolak untuk mengatakan sepatah kata pun."Tuanku sudah meninggal, tapi perintahnya masih ada. Tuanku bilang jangan sampai mengungkapkan keberadaan Leon."Pria itu penuh luka, tapi tetap tidak mau mengkhianati Adis, meski Adis sudah tidak ada lagi.Memang Adis cukup berhasil dalam melatih orang.Tidak seperti Violet ....Violet langsung memikirkan Lisa dan Sandy.Sekalipun ada alasan di balik pengkhianatannya, hal itu tetap membuktikan bahwa Violet gagal.Violet mengerutkan kening dan menatap pria itu dengan tatapan lebih dingin, "Kalaupun aku ingin membunuhmu, kamu nggak akan memberitahuku?""Nggak!" Pria itu berkata tanpa ragu, "Kalaupun kamu membunuhku, aku nggak akan memberitahumu, jadi jangan buang-buang energimu, bunuh saja aku!""Mau mati dengan mudah?" Violet hanya menyuapi pria itu d

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 412

    "Mana mungkin Sandy begitu berani?"Kapan tepatnya itu terjadi?Anak itu berusia lima tahun, Sandy sudah merahasiakannya darinya selama lima tahun!Tidak, itu tidak benar!"Sandy sangat mencintaimu hingga melakukan banyak hal untukmu secara diam-diam." Violet menasihati, "Jadi jangan terobsesi dengan hal-hal yang nggak seharusnya. Hiduplah dengan baik. Sandy sudah tiada, anak itu membutuhkanmu!""Membutuhkan aku ...."Adis mengerutkan kening. "Oh, dia masih anak-anak, bisa hidup dengan siapa saja! Violet, kalau kamu benar-benar merasa kasihan padanya, bawa saja dia untuk tinggal bersamamu!""Aku ...."Sambil berkata demikian, Adis mencabut pisaunya dan menusukkan pisaunya lagi ke tubuhnya. "Violet, kalau aku nggak bisa mendapatkan cintamu, aku benar-benar nggak bisa hidup!""Setelah bertahun-tahun, aku lelah!"Setelah bertahun-tahun berusaha, pada akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Adis benar-benar lelah dan tidak ingin terus berjuang."Oh ...." Adis memikirkan sesuatu sebelum meningg

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 411

    "Adis!"Violet mencoba menghentikannya dengan cepat, tapi sudah terlambat.Adis menatap Violet yang berlari ke arahnya. "Violet, kalau kamu nggak mau tahu keberadaan Leon, kamu mungkin nggak akan peduli dengan hidup dan matiku sama sekali, 'kan?""Bukan seperti itu!" Violet tak kuasa menahan tangisnya. "Kak Adis, sebenarnya aku nggak pernah membencimu.""Entah apa pun yang sudah kamu lakukan, kamu adalah penyelamatku.""Kalau kamu nggak menyelamatkanku dari Carmelia, aku nggak akan pernah selamat.""Setelah itu, kamu selalu menjadi orang yang melindungiku secara diam-diam.""Aku tahu semua yang sudah kamu lakukan untukku, jadi aku nggak membencimu, aku hanya nggak bisa memberimu apa yang kamu inginkan."Violet berkata demikian bukan untuk menipu Adis, melainkan dari lubuk hatinya.Dia benar-benar tidak membenci Adis.Semua hal salah yang dilakukannya adalah karena Adis terlalu mencintainya, yang membuatnya gila.Jadi Violet tidak pernah berpikir untuk membalas dendam.Kalau tidak, deng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status