Share

Bab 2

Penulis: Jalita Haira
Keesokan harinya.

Pagi-pagi sekali.

Karena lukanya terasa sangat sakit, Mia meminta Leon untuk tetap tinggal, sehingga dia menghabiskan semalam lagi di rumah sakit.

Dalam perjalanan ke kantor, dia tiba-tiba memberi perintah pada sopir ketika melewati sebuah persimpangan, "Pergi ke Vila Aster."

Dia sudah memakai baju ini selama dua hari, sudah waktunya untuk diganti.

Jika tidak, tempat itu sebenarnya adalah tempat yang paling tidak ingin Leon datangi.

Siapa sangka, ketika kembali ke vila, yang menyambutnya bukan kehangatan seperti biasanya, melainkan dinginnya suasana di seluruh ruangan. Sementara di atas meja di ruang tamu ada ....

Surat cerai!

Melihat tanda tangan di bagian akhir dan kunci yang diletakkan di atas kertas itu, mata hitam Leon bersinar samar. Kemudian, dia berbalik untuk melangkah naik ke lantai atas.

Ini adalah pertama kalinya Leon masuk ke kamar Violet.

Biasanya mereka hidup dalam dunia mereka masing-masing.

Seperti yang diduganya, kamar itu sudah bersih dan rapi.

Selama tiga tahun terakhir, segala kebutuhan hidup Leon diurus secara langsung oleh Violet.

Harus diakui, dalam beberapa hal, Violet cukup memenuhi syarat sebagai seorang istri.

Saat menyadari arah pikirannya, Leon mengerutkan keningnya, melangkah mendekati lemari pakaiannya, lalu membukanya.

Pakaian, perhiasan, serta semua barang yang berkaitan dengan Keluarga Jiwono ditinggalkan di sana.

Seperti yang tertulis dalam surat cerainya, dia tidak meminta apa pun, pergi dengan tangan kosong.

Jadi ketika hari itu dia terus mengatakan akan segera mati, ternyata itu benar-benar hanya taktik yang menyedihkan!

Mata hitam Leon menampilkan seulas ejekan ketika dia bergumam, "Violet, aku ingin tahu permainan apa lagi yang ingin kamu mainkan kali ini."

Ponselnya berdering.

Leon mengeluarkannya dari saku, melihat nama di layar, lalu di kedalaman matanya tampak sedikit kekecewaan yang mungkin bahkan tidak disadarinya sendiri. "Ada apa?"

Suara asistennya, Joshua Wirya, terdengar sangat cemas di ujung telepon, "Pak Leon, Nona Mia mengalami masalah!"

Keningnya langsung berkerut. "Aku akan segera ke sana!"

Di rumah sakit.

Ada penjaga di depan pintu, sementara tidak ada yang mencurigakan dari rekaman kamera pengawas. Namun, Mia keracunan dan berada dalam kondisi kritis.

Dokter utama Mia menduga, "Pak Leon, kemungkinan besar Nona Mia sudah diberi racun bahkan sebelum tiba di rumah sakit ...."

Mia memotong pembicaraan dokter sebelum dia selesai berbicara, "Paman, jangan salahkan Kak Violet. Dia hanya berusaha melindungi pernikahannya! Kalau saja aku mendengarkannya dan menjauh darimu, aku nggak akan berakhir seperti ini. Jadi semua ini adalah kesalahanku sendiri ...."

"Dalam situasi seperti ini, yang harus kamu khawatirkan adalah dirimu sendiri, bukan wanita berhati dingin itu."

Leon mengeluarkan ponsel dengan mata yang berkilat dingin, ingin menelepon Violet.

"Maaf, nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif."

Kemarahan yang terpancar dari matanya hampir bisa menelan siapa pun. Kemudian, dia dengan suara dingin memerintahkan Joshua yang ada di samping, "Cari Violet di seluruh kota!"

Sementara itu, di Vila Magnolia.

"Hatsyim ...."

Begitu masuk, Violet langsung bersin, membuat Sheva yang berada di belakangnya langsung panik, "Bos, apa kamu masuk angin?"

Violet mengusap hidungnya yang terasa sedikit gatal, lalu bersin lagi. Kemudian, dia menjawab, "Nggak apa-apa."

"Kamu sudah bersin dua kali, pasti kamu masuk angin!" Sheva meletakkan barang-barang Violet, lalu segera bergegas ke dapur. Dia berkata, "Aku harus cepat-cepat membuatkanmu minuman jahe."

Ketika melihat Sheva yang begitu cemas dan khawatir, Violet teringat dengan kata-kata Leon.

"Aku sudah bilang, hidup matinya nggak ada hubungannya denganku!"

Orang yang peduli padamu, akan selalu merasa khawatir meski kamu hanya bersin. Sedangkan orang yang tidak peduli, akan mengira kamu sedang bermain ayunan meski kamu menggantung dirimu.

Tiga tahun yang lalu, Violet menggunakan segala cara untuk bisa menikah dengannya. Untuk membalas budi, dia menekan sifat aslinya, rela merendahkan diri hingga menjadi pelayannya.

Sekarang kalau dipikir-pikir, pasti ada masalah dengan otaknya selama tiga tahun terakhir ini.

Meski tiga tahun lalu pria itu memang menyelamatkannya, saat itu juga adalah yang pertama kalinya bagi Violet. Sebenarnya Leon juga tidak dirugikan. Dia sama sekali tidak seharusnya punya pikiran konyol untuk membalas budi.

Violet dengan paksa menekan rasa sakit di dalam hatinya, lalu memanggil Sheva yang sudah sampai di pintu dapur, "Nggak perlu minuman jahe. Tapi mungkin aku perlu bantuanmu memperkenalkanku pada Keluarga Wijaya di Kota Barona."

"Keluarga Wijaya?"

Mata Violet tampak sedikit menyipit ketika berkata, "Pembunuh orangtuaku dulu, serta percobaan pembunuhanku tiga tahun lalu, mungkin ada kaitannya dengan Keluarga Wijaya."

Mendengar hal itu, kening Sheva langsung berkerut dalam. "Keluarga Wijaya terlibat dalam pemerintahan. Sepertinya ikan di balik layar ini lebih besar dari yang kita duga."

"Kebetulan, beberapa waktu terakhir kondisi kesehatan Pak Dimas menurun. Mereka sedang mencari dokter terkenal. Aku akan segera menyebarkan berita kalau kamu adalah seorang dokter sakti."

Sepuluh menit kemudian, Sheva memberi tahu Violet, "Bos, pihak Keluarga Wijaya sedang terburu-buru. Mereka ingin kamu datang secepatnya. Tapi lukamu ...."

Sebenarnya sejak pertama kali melihat Violet, Sheva sudah ingin menanyakan soal luka-lukanya dan ke mana saja dia selama tiga tahun terakhir ini. Kenapa Violet tidak pernah menghubungi mereka jika masih hidup?

Namun, Sheva sama sekali tidak pernah menyinggung hal itu selama perjalanan. Dia mengetahui sifat Violet, jadi dia juga tidak berani banyak bicara.

Violet tahu Sheva merasa khawatir padanya. Namun, Violet tidak ingin menyebutkan segala hal tentang Leon pada siapa pun.

Semua sudah berakhir, tidak akan ada urusan apa pun lagi di antara mereka. Jadi tidak perlu mengatakannya pada orang lain.

Namun, jika tidak mengatakan apa-apa, Sheva pasti tak akan tenang.

Setelah berpikir sejenak, dia berkata pada Sheva, "Aku merawat seekor anjing, tapi nggak jinak-jinak meski sudah tiga tahun. Dia malah menggigitku sekali."

Sheva langsung naik pitam. "Di mana binatang itu? Biar aku pergi mencabut taringnya!"

Berani-beraninya menyakiti bosnya! Siapa pun dia, Sheva tak akan mengampuninya!

"Sudah mati!" Mati di dalam hatinya. "Beri tahu Keluarga Wijaya, dua hari lagi, jam empat sore!"

Dua hari berlalu dengan cepat.

Di kantor CEO Grup Jiwono.

Leon menatap Joshua yang baru masuk, lalu langsung bertanya, "Masih belum ketemu?"

"Dokter yang bisa menyembuhkan racun belum ditemukan ...."

Joshua memberanikan diri untuk melanjutkan, "Selain itu, karena Bu Violet seorang yatim piatu tanpa keluarga, seluruh catatan kehidupannya selama tiga tahun terakhir juga berkaitan denganmu, nggak ada hal mencurigakan sama sekali. Jadi ... dia juga belum ditemukan."

"Sudah dua hari ...."

Apakah dia sengaja menghindar karena merasa bersalah atau dia juga ....

Sadar bahwa dia ternyata mengkhawatirkan wanita itu, kening Leon berkerut dalam. Dia memerintahkan, "Tingkatkan upaya pencariannya!"

"Baik!"

Di depan jendela besar, Leon memandang ke kejauhan. Mata gelapnya menunjukkan emosi rumit yang bahkan dia sendiri tidak sadari. "Violet, kamu sebaiknya benar-benar bisa bersembunyi seumur hidup."

"Pak ...."

Baru saja Joshua keluar tidak sampai satu menit, tetapi dia sudah kembali dengan terburu-buru, bahkan tidak sempat mengetuk pintu. Dia berkata, "Lihat ini!"

Leon mengira ini kabar tentang Violet. Namun, ketika melihat ponsel ....

"Elang Merah?"

"Seorang dokter sakti terkenal di dunia pengobatan tradisional!" Joshua menjelaskan dengan sangat bersemangat, "Dia bisa menyembuhkan berbagai racun, serta menyembuhkan segala macam penyakit. Orang-orang memanggilnya Dokter Dewi. Dia punya kemampuan menyembuhkan orang yang mau mati, serta menyambung tulang."

"Tiga tahun yang lalu, entah karena alasan apa, dia tiba-tiba menghilang. Semua orang mengira dia sudah meninggal. Namun, belakangan ini dia mendadak muncul kembali."

"Kami baru saja menerima informasi terpercaya. Hari ini jam empat sore, dia akan pergi ke Keluarga Wijaya di Kota Barona untuk merawat Pak Dimas. Apakah kamu ingin mencobanya untuk Nona Mia?"

"Keluarga Wijaya di Kota Barona ...."

Jika dia sampai diundang oleh Keluarga Wijaya, sepertinya orang ini memang punya kemampuan. Leon berkata, "Pergi undang dia!"

Setelah berpikir sejenak, Leon memanggil kembali Joshua yang sudah sampai di pintu, "Aku akan pergi sendiri."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
leon dsn msh buta yah,,yg mn yg berlian yg mn yg batu
goodnovel comment avatar
Ninuk Besole
baguuus bagus aku sukas
goodnovel comment avatar
Retno Setyorini
awal yang bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 416

    Pria itu mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ternyata seperti itu!"Dia hanya mengatakan ini dan tidak mengatakan yang lain lagi.Pria itu tidak mengatakan apa pun dan Violet juga tidak bertanya. Setelah perjalanan ini berakhir, Violet menyerahkan kartu yang lain pada pria itu, "Ini adalah 200 juta untuk uang tipmu hari ini. Terima kasih karena sudah menemani kami sepanjang hari ini!"Violet sangat murah hati sampai membuat pria itu enggan menerima pemberian darinya lagi, "Kamu sudah memberiku cukup banyak uang, aku nggak boleh menerimanya lagi."Violet meletakkan kartu ke tangan pria itu dengan paksa dan berkata, "Terimalah, kamu pantas mendapatkannya! Pada awalnya suasana hatiku sangat buruk karena nggak menemukan siapa pun. Tapi kamu sudah menemaniku sepanjang hari dan suasana hatiku sudah membaik sekarang. Besok tolong bawa kami datangi tempat lain."Pria itu ingin mengatakan sesuatu, tapi dia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa pun. Hanya saja dia mengembalikan kartu itu

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 415

    Awalnya berpikir bisa melihat Leon jika pergi ke sana, tapi siapa tahu ...."Kapan kamu melihatnya?"Orang yang mengaku melihat Leon adalah seorang pemuda berusia dua puluhan, juga warga setempat.Semua penduduk setempat di sini sangat tinggi, baik pria maupun wanita.Bahkan pria jangkung seperti Lukas pun terlihat agak kurus di hadapan penduduk setempat, seperti kekurangan gizi.Menanggapi pertanyaan Violet, pemuda itu menjawab, "Maaf, aku baru saja melihat foto itu dengan saksama lagi dan menyadari bahwa aku salah.""Orang itu memang sedikit mirip dengannya, tapi bukan orang yang kamu cari!"Lukas segera mencengkeram kerah pria itu dan berkata, "Tadi kamu bilang kamu benar-benar melihatnya, tapi sekarang kamu bilang salah lihat?"Pria itu segera menepis tangan Lukas dan berkata, "Aku memang salah lihat. Apa kamu nggak pernah salah lihat orang?"Lukas mengerutkan kening lebih erat. "Aku pikir kamu nggak salah lihat, tapi ada yang melarangmu mengatakannya."Mata pria itu berkedip. "Aku

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 414

    Lukas merasa agak sulit menerimanya. "Maksudmu yang sebelumnya bukan Leon, tapi Adis?""Ya!" Suara Violet terdengar serak, "Sebelumnya Adis berpura-pura menjadi Leon, bahkan nggak tahu di mana Leon yang asli sekarang.""Aku sudah mencarinya hampir di mana-mana, tapi tetap nggak bisa menemukannya. Jadi, aku berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya dan memintamu untuk mengajukan permohonan ke organisasi untuk membantu mencarinya."Violet benar-benar putus asa, mana mungkin akan merahasiakannya dari Lukas untuk sementara waktu.Lagi pula, hanya akan membuat lebih banyak orang khawatir tentang Leon.Mungkin juga akan sampai ke telinga Nenek.Kesehatan Nenek baru saja membaik sedikit akhir-akhir ini, Violet tidak ingin sesuatu terjadi padanya lagi.Lukas sangat marah. "Pantas saja aku merasa ada salah.""Saat melihatnya di pulau itu, aku merasa bukan seperti Leon, tapi kemudian aku berpikir mungkin aku terlalu banyak berpikir, jadi aku nggak meragukannya lagi. Ternyata dia bukan Leon!""Ya

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 413

    Entah metode apa pun yang digunakan Violet, pria itu selalu tidak mau mengungkapkan keberadaan Leon. Mulutnya sekeras Adis.Kalaupun Violet memberi tahu bahwa Adis sudah meninggal, pria itu tetap menolak untuk mengatakan sepatah kata pun."Tuanku sudah meninggal, tapi perintahnya masih ada. Tuanku bilang jangan sampai mengungkapkan keberadaan Leon."Pria itu penuh luka, tapi tetap tidak mau mengkhianati Adis, meski Adis sudah tidak ada lagi.Memang Adis cukup berhasil dalam melatih orang.Tidak seperti Violet ....Violet langsung memikirkan Lisa dan Sandy.Sekalipun ada alasan di balik pengkhianatannya, hal itu tetap membuktikan bahwa Violet gagal.Violet mengerutkan kening dan menatap pria itu dengan tatapan lebih dingin, "Kalaupun aku ingin membunuhmu, kamu nggak akan memberitahuku?""Nggak!" Pria itu berkata tanpa ragu, "Kalaupun kamu membunuhku, aku nggak akan memberitahumu, jadi jangan buang-buang energimu, bunuh saja aku!""Mau mati dengan mudah?" Violet hanya menyuapi pria itu d

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 412

    "Mana mungkin Sandy begitu berani?"Kapan tepatnya itu terjadi?Anak itu berusia lima tahun, Sandy sudah merahasiakannya darinya selama lima tahun!Tidak, itu tidak benar!"Sandy sangat mencintaimu hingga melakukan banyak hal untukmu secara diam-diam." Violet menasihati, "Jadi jangan terobsesi dengan hal-hal yang nggak seharusnya. Hiduplah dengan baik. Sandy sudah tiada, anak itu membutuhkanmu!""Membutuhkan aku ...."Adis mengerutkan kening. "Oh, dia masih anak-anak, bisa hidup dengan siapa saja! Violet, kalau kamu benar-benar merasa kasihan padanya, bawa saja dia untuk tinggal bersamamu!""Aku ...."Sambil berkata demikian, Adis mencabut pisaunya dan menusukkan pisaunya lagi ke tubuhnya. "Violet, kalau aku nggak bisa mendapatkan cintamu, aku benar-benar nggak bisa hidup!""Setelah bertahun-tahun, aku lelah!"Setelah bertahun-tahun berusaha, pada akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Adis benar-benar lelah dan tidak ingin terus berjuang."Oh ...." Adis memikirkan sesuatu sebelum meningg

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 411

    "Adis!"Violet mencoba menghentikannya dengan cepat, tapi sudah terlambat.Adis menatap Violet yang berlari ke arahnya. "Violet, kalau kamu nggak mau tahu keberadaan Leon, kamu mungkin nggak akan peduli dengan hidup dan matiku sama sekali, 'kan?""Bukan seperti itu!" Violet tak kuasa menahan tangisnya. "Kak Adis, sebenarnya aku nggak pernah membencimu.""Entah apa pun yang sudah kamu lakukan, kamu adalah penyelamatku.""Kalau kamu nggak menyelamatkanku dari Carmelia, aku nggak akan pernah selamat.""Setelah itu, kamu selalu menjadi orang yang melindungiku secara diam-diam.""Aku tahu semua yang sudah kamu lakukan untukku, jadi aku nggak membencimu, aku hanya nggak bisa memberimu apa yang kamu inginkan."Violet berkata demikian bukan untuk menipu Adis, melainkan dari lubuk hatinya.Dia benar-benar tidak membenci Adis.Semua hal salah yang dilakukannya adalah karena Adis terlalu mencintainya, yang membuatnya gila.Jadi Violet tidak pernah berpikir untuk membalas dendam.Kalau tidak, deng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status