Reina berjalan ke rumah sambil menuntun sepedanya dan memasukkannya ke dalam dengan wajah lesu. Dia masih kecewa dengan sikap Aarav tadi.
Sang ibu yang melihat Reina murung seperti itu hanya diam dan tersenyum kecil. Dia melangkahkan kakinya berjalan menghampiri Reina."Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat kesal?" tanyanyaReina menatap ibunya sekilas. Dia kemudian menundukkan kepalanya."Ma ... Tadi Reina tidak sengaja kecelakaan," jelas Reina."Apa!? Bagaimana bisa? Sini duduk dulu, sambil istirahat," titah sang ibu, menyuruh anaknya untuk duduk di sampingnya di ranjang.Reina mengangguk. Dia kemudian duduk di ranjang dan mendekat pada ibunya. Kepalanya disandarkan di bahu ibu.Reina mengembuskan napasnya berat untuk mengatur pernapasan dan detak jantungnya yang tidak karuan agar kembali normal."Tadi kan Ma, ada orang ngebut. Jadi tidak sengaja nabrak Reina. Emang lukanya tidak terlalu parah, tapi dia menjenAarav sedang duduk di bangku sambil membaca buku fisika materi pelajaran kesukaannya. Seperti biasa, dia tidak pernah mau mengobrol bersama siapapun bahkan temannya dan asyik dalam dunianya sendiri.Di saat sedang membaca, tiba-tiba suara langkah kaki membuat suasana menjadi sunyi. Para murid segera merapikan meja mereka dan duduk manis di bangku. Begitu pula dengan Aarav, dia meletakkan bukunya di meja. Sorot matanya tertuju pada sebuah sepasang sepatu yang ada di sebelah kaki pak guru.Dia menaikkan pandangannya ke atas dan melihat ada seorang gadis. Matanya membulat sempurna saat tahu itu adalah gadis yang dia tabrak kemarin. Aarav menunduk. Pikirannya sibuk memikirkan sesuatu._"Dia itu kan---"_"Ada apa Aarav?" tanya pak Alva membuyarkan lamunan Aarav dari pikirannya. Dia spontan menggelengkan kepalanya."Tidak ada apa-apa, Pak."Pak Alva hanya diam. Dia menatap gadis yang ada di sampingnya tersebut."A
Matahari tersenyum menyinari bumi. Meski dihiasi awan gelap yang membuat langit menjadi seperti malam tidak membuat dia jenuh untuk melakukan tugasnya.Di sore yang agak mendung ini, Aarav belajar di ruang tamu. Dia duduk di lantai sembari mengerjakan tugasnya dan sesekali memakan cemilan.Ana yang melihat anak tuannya duduk di lantai menjadi terkejut. Dia segera menghampiri Aarav dan menegurnya, "Astaga, Aarav. Kamu kan bisa duduk di kursi, tidak baik duduk di bawah. Apalagi ini hujan, nanti kamu bisa sakit karena kedinginan."Aarav tersenyum kecil."Tenang aja, Bi. Aku baik-baik saja."Ana memutar bola matanya malas."Selalu begitu. Baik kalau itu maumu, tapi nanti kalau sakit jangan bilang 'Bibi aku minta teh, Bibi aku ingin itu, dan sebagainya' mengerti?" ujar Ana sambil melipat baju yang dia setrika barusan dan duduk di kursi."Hahaha. Memangnya aku pernah bilang seperti itu? Kaya anak kecil saja. Sudahlah, Bi. Kau jangan mencemaskan aku seperti ini,"
Reina berjalan ke kelas sambil tersenyum kecil menatap sekeliling. Dia menyapa orang-orang yang ditemuinya termasuk para guru dengan mengucapkan salam sambil tersenyum ramah. Bapak dan Ibu guru pun membalasnya dengan senyuman hangat. Mereka lalu masuk ke ruangan kantor guru untuk melanjutkan pekerjaan seperti mengecek tugas-tugas atau mempelajari materi yang akan diberikan pada muridnya nanti di kelas.Sesampainya di kelas, Reina mengerutkan keningnya. Dia heran dengan sikap teman-temannya yang terlihat sibuk dengan urusan mereka sambil menuliskan sebuah catatan di buku. Padahal, biasanya, jarang ada murid rajin seperti ini. Mereka selalu mengawali pagi dengan bercanda bersama, tapi kali ini suasananya berbeda.Reina segera menaruh tasnya di kursi. Dia melangkahkan kakinya dan berjalan menghampiri seorang siswa yang tengah mengerjakan tugas. "Hai! Kau sedang apa? Kenapa semua terlihat sibuk?'' tanya Reina dengan senyum manisnya. "Aku sedang menger
Keesokan paginya, Aarav sedang duduk di kelas. Dia terlihat santai membaca buku IPA. apalagi hari ini akan ada ulangan yang membuatnya harus fokus belajar. Reina berjalan menghampirinya dan tersenyum kecil. Dia berdiri di depan cowok itu. "Hai Bung. Apa kabar? Ngomong omong makasih ya kemarin," ucap Reina. Aarav hanya diam. "Kok diam sih? Kamu denger gak aku ngomong ma--" "Makasih 'kan? Iya sama-sama. Aku juga sebenarnya tidak niat nolongin kamu, kamunya aja yang maksa aku," bantah Aarav. Reina memutar bola matanya malas. "Tapi kamu mau 'kan?" "Ya iyalah. Meski akhirnya aku juga yang dapat hukuman." Reina tertawa kecil. "Iya-iya maaf. Aku janji tidak akan ngerepotin kamu lagi," janji Reina. Aarav hanya diam dan menatap Reina kesal kemudian kembali membaca bukunya. Reina memutar bola matanya malas kemudian duduk di bangkunya. Beberapa saat kemudian Pak guru datang ke kelas dengan wajah lesu. Tidak seperti biasanya
Reina melangkahkan kakinya keluar kelas dan pergi ke dapur. Di tengah jalan dia tidak sengaja menabrak seorang gadis dan menumpahkan sedikit kuah di bajunya.Melihat hal itu, Reina menjadi sangat khawatir. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Keringat dingin bercucuran membasahi rambut dan dahinya. Sorot mata sibuk menatap gadis yang ada di hadapannya dengan rasa bersalah."Aku minta maaf. Tadi aku---""Hei! Kalau jalan itu pakai mata! Itu baju mahal tau!" ucap seorang pria yang membuat Reina terkejut dia pun menoleh ke arah sumber suara.Mata Reina membulat melihat Aarav berjalan menghampirinya. Dia berniat menggodanya."Tapi aku jalan tadi pake kaki, kalau pake mata tidak akan bisa," bantah Reina.Aarav mengembuskan napasnya."Dengar. Bukan itu maksudku! Kalau jalan itu lihat-lihat. Kasihan kan dia jadi kotor gara-gara kamu!" kata Aarav sambil melirik gadis itu.Reina memutar bola matanya malas. Dia mengan
Di perjalanan, Reina terus saja memandangi isi mobil tersebut. Mulai dari alat setir, kursi, hingga radio kecil yang ada di sana. Volume AC yang tinggi membuat suasana di mobil menjadi dingin. Berulang kali gadis itu menggosok-gosok tangannya untuk mencari kehangatan. Aarav sedang sibuk menyetir. Dia tidak sengaja melihat Reina menggigil akibat kedinginan dan tersenyum. Tangannya segera melepas jaket yang dikenakan kemudian mengulurkannya ke arah Reina.Reina memandangi jaket itu dengan heran."Buat apa?" tanya Reina."Pake aja.""Iya tapi buat apa?""Kamu kedinginan, nanti kalau sakit---" ucapan Aarav terpotong saat melihat Reina yang sedang tersenyum.Sedangkan Reina merasa senang melihat perhatian Aarav. Ditatapnya wajah Aarav yang terlihat kesal sambil tersenyum kecil.Aarav yang tidak nyaman mencubit tangan Reina sehingga membuat lamunannya buyar. Dia mengembalikan jaket dan menaruhnya di belakang kursinya
Aarav duduk di kelas sambil tertawa dan bercanda bersama seorang gadis. Tidak seperti biasanya, hari ini dia sama sekali tidak menghabiskan waktunya dengan membaca buku sebelum pelajaran tapi justru mengobrol bersama Reina.Reina pun juga tertawa dengan mendengar candaan Aarav.Diam-diam, Aldo melihat kedekatan Aarav dengan Reina dari pojokan kelas hanya bisa diam. Dia menggelengkan kepalanya pelan. 'Padahal baru kemarin berantem seperti Tom and Jerry. Sekarang dah akrab kek orang baru jadian' batinnya.Selain Aarav dan Reina yang sedang mengobrol, di kelas juga ada siswa yang keluar. Coret-coret papan tulis, bahkan di sana juga ada yang memakan sesuatu diam-diam.Siswa itu begitu kelaparan apalagi camilannya juga enak sehingga membuatnya tidak bisa berhenti mengunyah makanannya.Aldo yang melihatnya ikut ketularan lapar. Dia menelan salivanya untuk mengabaikan laparnya. Namun bukannya hilang, rasa itu justru semakin bertambah dan membuatnya ingin makan.
Aarav menatap Tiara yang sedang menunduk sambil tersenyum tersipu malu. Dia mengerutkan keningnya karena heran dengan sikap gadis yang ada di depannya saat ini."Ada apa?" tanya Aarav pelan.Tiara tersenyum menggeleng."Tidak apa-apa," jawabnya.Aarav hanya diam. Dia mengembuskan napasnya berat.Reina tersenyum sambil memegang tangan Aarav, membuat pemuda itu menoleh padanya."Iya?""Kalian mau makan apa? Biar aku pesan!" ujar Tiara tiba-tiba membuat Reina bungkam saat hendak menjawab pertanyaan Aarav."Gak perlu. Aku udah kenyang," tolak Aarav sambil menggelengkan kepalanya.Tiara mengangguk pelan."Emm, ini aku ada urusan. Aku pergi dulu ya," pamit Reina.Tiara dan Aarav hanya diam dan mengangguk. Kali ini pemuda itu tetap duduk santai di bangkunya sambil tersenyum menatap wajah Tiara. Jarinya berulang kali mengetuk-ngetuk meja membuat gadis itu heran akan sikapnya yang sedikit aneh.