Share

Hubungan Palsu(2)

Bel pulang sekolah berbunyi. Tanda, kalau semua pembelajaran hari ini sudah selesai. Dengan perasaan senang, semua murid pun, langsung menuju ke parkiran. 

Di parkiran, sudah banyak murid yang sedang mencoba mengeluarkan sepeda motornya dari keramaian yang ada. Terlalu banyak yang mengendarai sepeda motor, sampai-sampai parkiran sekolah penuh.

Tiba-tiba, aktivitas mereka terhenti,  saat melihat ada sepasang kekasih memasuki parkiran. Mereka menatap sepasang kekasih itu dengan tatapan tajam. Sepasang kekasih itu adalah Ardiansyah dan Laura. 

Berita tentang mereka resmi berpacaran sudah menyebar ke seluruh murid yang bersekolah di SMA Nusa Bangsa. Tentu saja, semua murid laki-laki langsung kecewa setelah mendengar itu. Bidadari yang selama ini mereka idam-idamkan,  sudah menjadi milik orang lain. Tetapi, masih banyak beranggapan, kalau itu hanyalah gosip belaka. Karena, tidak mungkin, seorang murid baru, bisa mendapatkan bidadari idaman mereka. 

Langkah Ardiansyah, dan Laura berhenti, saat Brian berdiri tepat di depan mereka. Brian menatap sepasang kekasih itu sambil tersenyum. Ia sangat tidak percaya dengan gosip itu. Tetapi, kalau gosip itu benar, ia tidak bisa melakukan apapun.

"Selamat," ucap Brian sambil mengulurkan tangannya. 

"Makasih," ucap Ardiansyah. 

"Perasaan baru kemarin lo masuk sekolah ini. Tapi, kok udah bisa dapat pacar aja."

"Takdir."

Sepertinya akan sangat sulit bagi Brian untuk membongkar apa yang sebenarnya terjadi. Apalagi, laki-laki yang ada di hadapannya ini, sangat irit bicara. 

"Kayaknya banyak nggak percaya sama hubungan kalian berdua. Gimana, kalau kalian ngasih satu bukti, biar semua yang ada di sini percaya?" tanya Brian.

Ardiansyah menatap Brian dengan malas. Laki-laki itu sangat suka sekali membuat dirinya kerepotan. Lagi pula, ia yakin, kalau laki-laki itu tau kebenarannya. Tetapi, kenapa masih saja merepotkannya dengan pertanyaan itu?

"Ans," ucap Laura. 

Mendengar itu, Ardiansyah pun langsung memandang Laura. Matanya membulat sempurna, saat bibir Laura mendarat sempurna di pipi sebelah kanannya.  Sepertinya bukan cuman Ardiansyah yang terkejut. Tetapi, semua orang yang ada di sana pun langsung terkejut melihat itu.

Seorang perempuan yang sangat menjaga jarak dengan laki-laki. Sekarang, dengan santainya, mencium laki-laki di depan umum. Dengan ini, satu bukti sudah ditunjukkan. Tidak ada yang bisa menyangkal bukti ini.

Ardiansyah dan Laura pun langsung melenggang pergi melewati Brian yang masih diam mematung. Ardiansyah melirik Brian sebentar.

"Pasti sakit," ucap Ardiansyah lalu melanjutkan perjalanannya. 

Ardiansyah dan Laura sudah berada di dekat sepeda Ardiansyah. Sebuah sepeda dewasa berwarna putih polos, dengan sebuah jok bonceng di belakangnya.  

Ardiansyah melepaskan tasnya, lalu memberikannya kepada Laura. Ia pun menarik sepedanya keluar dari himpitan sepeda motor yang terparkir rapi. 

"Naik," ucap Ardiansyah. 

Laura pun naik ke atas jok bonceng sepeda itu. Ini pertama kalinya, ia naik sepeda bersama seorang laki-laki. Dan, mungkin, mulai sekarang, naik sepeda, akan jadi kebiasaannya.

"Coba ubah posisi duduk lo menghadap ke belakang," ucap Ardiansyah. 

"Kalau aku jatuh gimana?" tanya Laura. 

"Nggak mungkin. Gua nggak bakal biarin bidadari gua jatuh," jawab Ardiansyah. 

Ardiansyah sudah mulai memainkan perannya sebagai seorang kekasih. Dan, Laura pun mencoba untuk mempercayai ucapan lelaki itu. Ia pun duduk menghadap ke arah belakang. Dan, Ardiansyah mulai mengayuh sepedanya keluar dari parkiran. 

Ardiansyah mengayuh sepedanya dengan santai. Tadi, ia sempat dikasih tau, tentang alamat rumah Laura. Dan, sampai sekarang, ia masih ingat. Jadi, ia tidak perlu arahan dari  Laura. 

Memboncengkan Laura, tidak seberat yang ia kira.  Tetapi, masih ia tidak kira, kalau waktu ini akan tiba. Waktu di mana, ia akan memboncengkan seorang perempuan dengan sepedanya. 

Sedangkan, di satu sisi. Laura sedang menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Posisinya sekarang, membuatnya sedikit pusing. Tetapi, ia sangat terpukau dengan apa yang lihat sekarang. Ia melihat ke arah langit sambil tersenyum. Apa dengan Ardiansyah ini, ia bisa melupakan sosok laki-laki yang selalu ia idam-idamkan? Tentu tidak. Tetapi, ia harap, rasa cintanya pada laki-laki yang berada di belakangnya ini, tumbuh secepatnya.

"Ans, apa menurut kamu, ketulusan itu ada?" tanya Laura sambil menyadarkan punggungnya ke punggung Ardiansyah. 

"Entah," ucap Ardiansyah. 

Laura, dan Ardiansyah sama-sama tidak percaya dengan sebuah ketulusan. Bagi mereka, tidak ada bedanya antara ketulusan dengan rasa iba. 

"Kalau ada, aku pengen ngerasain sekali saja," ucap Laura.

Ardiansyah hanya diam. Ia tetap mengayuh sepedanya. Tetapi, pikirannya sedang memikirkan hal yang lain. Ketulusan. Kalau, dirinya yang dulu, pasti ia yakin dengan adanya sebuah ketulusan. Tetapi, dirinya yang sekarang tidak. 

Perempuan yang berada di belakangnya sekarang berbeda dengannya. Perempuan yang selalu mendapatkan sebuah perhatian, kasih sayang, cinta. Ia yakin, kalau perempuan itu pasti akan merasakan ketulusan yang sesungguhnya. Tetapi, sebelum merasakan sebuah ketulusan. Perempuan itu, pasti akan merasakan pahitnya sebuah kehilangan, pengkhianatan, dan kegagalan. Dan, Ardiansyah sudah siap, untuk selalu berada di sisi perempuan itu, saat perempuan itu sedang merasakan kepahitan tersebut.

"Ans, apa kamu bakalan ninggalin aku, kalau aku sudah suka sama orang lain?" tanya Laura. 

"Enggak," jawab Ardiansyah. 

"Kenapa?"

"Tugas gua cuma bantu lo bebas dari semua laki-laki yang selama ini ngejar lo. Dan, soal lo yang suka sama lain, itu bukan urusan gua."

Laura tersenyum kecil. Laki-laki yang sangat dingin. Padahal, status mereka sudah menjadi sepasang kekasih. Tetapi, laki-laki itu masih saja cuek. Ini lah yang selama ini Laura inginkan. Sebuah kebebasan yang tiada batas. Ia bisa dekat dengan siapa saja, tanpa harus memikirkan hati Ardiansyah. Dan, pergi ke mana saja, tanpa memberitahu laki-laki itu.

"Apa kamu bener-bener nggak tertarik sama aku?" tanya Laura. 

"Enggak," jawab Ardiansyah. 

"Kenapa?"

Tidak ada jawaban dari Ardiansyah. Sepertinya, laki-laki itu masih belum mau terbuka kepadanya. Laura pun sekarang hanya bisa mencoba memahami posisi laki-laki itu. Mereka baru saja kenal, jadi wajar saja kalau ada beberapa kisah yang harus dirahasiakan. 

"Besok kamu mau makan apa?" tanya Laura. 

"Emang kenapa?" tanya Ardiansyah. 

"Rencananya, besok aku mau buatin kamu bekal."

"Terserah."

Terserah. Berarti laki-laki itu tidak menolak tawaran Laura. Tetapi, kata itu juga membuat Laura bertanya-tanya, apa yang akan ia masak besok. Ini pertama kalinya, ia memasak, jadi ia akan minta bantuan asisten rumah tangganya. 

"Jangan dikasih yang aneh-aneh," ucap Ardiansyah. 

"Tenang aja. Kan aku masih butuh kamu. Jadi, aku nggak bakal biarin kamu mati begitu aja," ucap Laura.

Ardiansyah tersenyum kecil. Benar kata perempuan itu, selama ia masih berguna, pasti tidak akan ada orang yang mau membuangnya. Ia sudah terbiasa dengan situasi seperti itu. Tidak ada satu pun orang, yang menginginkan kehadirannya. Dan, tidak ada satu pun orang, yang mengerti perasaannya saat diperlakukan seperti boneka.

"Jangan buat gua bosan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status