Share

Neraka untuk Reza

Tiga hari berlalu ....

Usahaku mempengaruhi Raka agar memecat Reza terus saja gagal. Hari ini fokusku sedikit kacau, bahkan saat Rosa menjelaskan laporan pun aku tak bisa memahami.

"Rosa, tolong laporanmu ditunda dulu. Aku masih ada pekerjaan lain," perintahku pada sahabat yang menjawab sebagai sekretarisku.

"Baik, Bu Riana."

Rosa segera keluar. Dia memang profesional, saat di kantor dia tetap menjaga sikap layaknya bawahan ke atasan.

Dengan cepat kusambar ponsel yang ada di tumpukan berkas, kemudian menelepon Dion. Sengaja aku gunakan nomor lain, khusus untuk masa sayembara saja.

"Dion, apa kamu sudah ada hasil?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Maaf, Nyonya Merry. Saya belum berhasil membujuk istrinya Reza, tapi saya janji akan terus berusaha."

Mendengar itu, aku pun mendengkus kesal.

"Kita ketemu siang ini! Temui aku di Cafe Tulip, tiga puluh menit dari sekarang!" perintahku, lalu menutup panggilan.

Aku tidak bisa membiarkan rencana sayembara itu gagal. Targetku hanya Reza, dia harus memakan ucapannya yang sudah mengatakan aku sebagai wanita expired!

Enak saja, sudah mencuri ciuman pertamaku, masih menghancurkan psikisku dengan perundungan secara verbal. Seorang Mariana Leurissa pantang dihina.

***

Sebuah cafe dengan nuansa estetik, dihias dengan rumpun bunga tulip berbagai warna. Kesan menenangkan dan memanjakan mata begitu terasa.

Aku sengaja datang lebih awal dari Dion, agar punya waktu untuk mengubah penampilan. Dengan skill dewa, aku mampu menyulap penampilan dari Mariana Leurisaa menjadi Merry Usbad.

Sebelum turun dari mobil, aku sudah memastikan penampilan Merry Usbad sudah sempurna, sehingga saat ini aku bisa duduk dengan begitu percaya diri. Pasalnya, ketika menjadi Merry Usbad, aku tak perlu khawatir akan diketahui oleh orang lain.

Kulirik penunjuk waktu di ponsel, lima menit menuju waktu yang telah aku tentukan. Dion belum juga muncul.

Tiba-tiba sebuah pesan masuk. Segera aku membuka, dan tersenyum saat membacanya.

[Nyonya Merry, baru saja saya deal dengan istrinya Reza.]

Kemudian sebuah foto Dion yang sedang bersama dengan seorang wanita muda. Dia adalah istrinya Reza, dan mereka saling bersalaman.

Ada kelegaan tersendiri. Entah usaha apa yang telah dilakukan Dion, tapi dia pantas mendapatkan reward dariku.

Aku hanya membalas pesannya dengan emoticon ibu jari. Lalu, mengambil tempat duduk di sudut ruang dekat dengan jendela. Datang seorang waitres menawarkan daftar menu, dan aku memesan secangkir cofee latte ditemani sepiring kentang goreng.

Aku rasa tak masalah menunggu Dion yang pasti akan datang terlambat, sembari menikmati secangkir kopi diiringi alunan musik romantis. Berasa tidak nyambung sih, siang hari mereka memutar musik romantis, berasa ngantuk.

Aku pun abaikan musik yang bagiku liriknya cukup lebay itu. Memilih asyik dengan macbook, memantau data peserta sayembara yang telah masuk.

Senyumku semakin mengembang, bukan karena melihat antusiasme peserta yang membludak. Melainkan ada nama Reza Mahardika di barisan paling bawah. Terdapat foto lelaki itu, kemudian semua data tentang Reza pun dapat kubaca.

Dari data tersebut, dapat aku ketahui dia berusia 28 tahun. Tinggi 179 cm, berat badan 73 kg. Berat badan yang proporsional, apalagi saat aku teringat lengan itu begitu kekar dan perut yang sixpack. Sungguh dia pria sempurna bagiku.

Entahlah, setiap mengingat Reza, duniaku seketika teralihkan. Senyum akan mengembang tanpa aku sadari. Apakah ini yang dinamakan kasmaran?

Huff ... sayangnya dia milik wanita lain, dan sekarang aku harus berjuang untuk mendapatkannya. Parahnya, aku menggelontorkan banyak dana hanya untuk membuat skenario penyerahan suami.

"Selamat siang, Nyonya Merry." Dion menyapa dan membuatku kaget, sehingga kembali ke alam sadar, meninggalkan lamunan gila.

"Duduk dan pesanlah makanan!" perintahku.

"Maaf, Nyonya ... sudah membuat Anda menunggu. Jadi, saya tidak ingin Anda menunggu lagi."

Aku pun paham, dia tidak ingin pesan makanan ataupun minuman. Dia lebih suka to the point dengan setiap urusan. Kinerja yang aku suka.

"Begini, Nyonya. Istri Reza sudah menyetujui, tapi dia mendaftarkan tanpa persetujuan suaminya." Dion mulai menjelaskan.

Aku pun tercengang. Apakah semua yang mendaftar juga sama seperti istrinya Reza? Ah, ternyata ... uang memang bisa mengalahkan kesetiaan.

Dari hasil pengecekan tadi, sudah masuk 213 peserta yang tersaring untuk mengikuti seleksi tahap awal setelah seleksi administrasi dan cek foto. Meta benar-benar paham dengan kriteria yang aku inginkan, sehingga dari seribu lebih pendaftar, tinggal 213 peserta saja.

Bisa dibayangkan, berapa banyak suami tergadai akibat tawaran 10 milyar itu? Mengerikan, kesetiaan yang rapuh sehingga mudah ditukar dengan harta.

"Jadi, akan ada kemungkinan Reza tetap menolak atau menuruti kemauan istrinya, Nyonya. Hanya saja, tadi saya sudah mengikat dengan perjanjian bahwa jika dia ingkar, maka akan dikenakan denda dua milyar."

Mendengar penjelasan Dion, kedua bola mata ini membeliak. Tak kusangka lelaki di hadapanku ini punya akal selicik itu. Namun, aku suka cara kerjanya.

Aku pun tersenyum. "Kerja bagus, Dion. Dengan begitu, Reza tidak akan bisa menolak."

Dion mengangguk dan turut tersenyum.

Jika seperti ini, aku tak perlu lagi membujuk Raka untuk memecat Reza. Karena empat hari lagi, Reza akan keluar dari pekerjaannya untuk mengikuti sayembara tersebut.

Segera aku menelepon Meta untuk menutup link pendaftaran.

"Hallo, selamat siang, Nyonya Merry." Terdengar suara sapaan gadis muda itu.

"Meta, tutup pendaftaran Sayembara Miss Merry Usbad Mencari Jodoh sekarang juga! Kemudian lakukan penyeleksian tahap berikutnya, dan sisakan hanya 100 peserta saja!"

"Baik, Nyonya. Itu artinya tahap seleksi berikutnya diajukan. Apakah Nyonya Merry akan datang kemari?"

"Tidak usah. Semua aku percayakan padamu. Cek semua kesehatan peserta, kondisi badannya, dan pastikan tidak ada cacat!"

"Baik, Nyonya."

"Satu lagi, khusus peserta bernama Reza Mahardika tetap lakukan test. Hanya saja, apapun hasilnya, tetap loloskan dia."

"Baik, akan saya catat dan ingat, Nyonya. Ada yang lain lagi, Nyonya Merry?"

"Tidak ada. Kerjakan sebaik mungkin!"

"Baik, Nyonya. Siap melaksanakan tugas!"

Setelah itu aku akhiri panggilan. Senyum puas pun kembali menyembul, hingga lupa saat ini tengah jadi Nyonya Merry Usbad yang begitu anggun.

"Kerja bagus, Dion. Dan aku akan berikan reward untukmu, karena kamu berhasil membujuk istri Reza sekaligus menjebak Reza." Kembali aku memuji Dion, dia pun membalas dengan senyum penuh kebanggaan.

"Saya turut senang jika Nyonya puas dengan kinerja saya. Dan ... jika diijinkan, setelah selesai sayembara ini, saya ingin tetap bekerja dengan Nyonya Merry."

Aku tertegun mendengar permintaan Dion. Pasalnya, jika selesai sayembara maka mereka akan aku bubarkan. Jelas tak ada lagi pekerjaan untuk mereka.

"Ma ... maaf, Nyonya. Maaf jika saya lancang. Hanya saja, mencari pekerjaan sangatlah sulit bagi saya saat ini. Sedangkan saya butuh uang untuk pengobatan ibu saya. Beliau terkena kanker servik dan harus menjalani pengobatan," tutur Dion dengan wajah tertunduk.

Ada kesedihan di raut wajah itu. Hatiku tersentuh. Miris sekali, di saat dia berjuang malah harus tersingkir oleh Reza. Aku sendiri tidak menyangka jika seorang Reza mampu berbuat zalim pada rekan kerjanya sendiri.

Di sisi lain ingin menolong Dion, tetapi jika dia terus bekerja denganku, itu artinya dia akan tahu siapa sejatinya diriku. Sedangkan sosok Nyonya Merry Usbad akan berakhir setelah selesainya sayembara.

"Baiklah, Dion. Nanti akan aku pertimbangkan."

"Terima kasih, Nyonya. Besar harapan saya, dan saya berjanji akan jadi pegawai yang paling loyal dan berdedikasi pada Nyonya Merry."

Lelaki itu tersenyum, ada secercah harapan yang dia tampilkan. Aku pun membalas dengan senyum tipis.

Kembali aku menyeruput coffe latte yang hampir dingin, berniat menghabiskan kemudian kembali ke kantor. Namun, baru saja satu seruputan, ada sosok yang membuatku hampir saja tersedak. Siapa lagi kalau bukan si pengambil alih duniaku.

Reza tampak masuk berbarengan dengan Raka. Pandangan mereka mengedar untuk mencari tempat duduk, sontak tatapan Reza bertemu dengan bola manik yang masih mendelik ini.

Reza pun terhenyak dan langsung berjalan ke arahku. Aku yang menyadari itu, langsung menutupi wajah dengan daftar menu.

"Nyonya Merry, Anda kenapa?" tanya Dion, dan aku respon dengan kode menyuruh dia diam.

Tak aku pedulikan wajah Dion yang bingung. Saat ini, aku hanya ingin menghindari dari Reza karena tampilanku saat ini sebagai Merry Usbad.

"Kamu! Kenapa kamu ada di mana-mana? Jangan-jangan, kamu juga akan bikin malu lagi di sini! Mempermalukan aku terus!" umpat Reza seraya menarik kasar daftar menu yang aku gunakan untuk menutup wajah.

Aku pun semakin merasa malu, karena sikap Reza yang akhirnya menarik perhatian banyak orang.

Dion yang melihat adegan tersebut, dia pun terhenyak. Menyadari siapa orang yang sedang menghardik bos-nya, Dion pun berdiri dan mendorong Reza hingga mundur beberapa langkah.

"Gila ya kamu! Tidak ada sopan santun dengan orang tua!" bentak Dion.

Wajah Reza seketika kaget saat melihat siapa yang mendorongnya.

"Dion! Kamu ... hahaha ... ternyata sekarang kamu jadi peliharaan tante girang ya?" ejek Reza tanpa perasaan.

Hal itu membuat Dion naik pitam dan segera melayangkan bogem mentah ke arah wajah Reza. Lelaki itu tak sempat menghindar, tepat bagian pelipis dan bibir Reza terkena pukulan yang dilayangkan Dion beberapa kali.

Reza meringis kesakitan, apalagi ketika menyadari bibirnya yang keluar darah.

"Cukup! Ini tempat usaha orang! Jangan merusak di tempat ini!" teriak Raka, kemudian menarik Reza.

Akibat kericuhan itu, sekuriti pun datang dengan beberapa pelayan cafe.

"Ada apa ini? Tolong jika ingin ribut, silahkan keluar saja!" perintah sekuriti itu dengan tegas.

Aku yang tidak ingin berlama-lama di tengah keributan, akhirnya menarik lengan Dion untuk meninggalkan tempat kejadian.

Dion menurut saat aku mengajaknya keluar. Namun, langkahku terhenti saat mendengar teriakan Reza yang pastinya membuat malu diriku.

"Dasar, wanita expired! Sudah tua, bukannya bertaubat malah demen mempermainkan berondong! Tante girang yang nggak ada akhlak!"

Sontak telingaku panas, hati mendidih. Langkah ini berhenti, kemudian berbalik dan berjalan mendekati lelaki berwajah songong itu.

Tanpa basa-basi, sebuah tendangan siku aku layangkan. Tepat di tengah pangkal paha, membuat sang pemilik mendelik seraya meringis kesakitan.

"Kamu akan menelan semua ucapanmu! Sebentar lagi!" ancamku penuh dendam yang telah memenuhi ruang batin.

Aku pun pergi, meninggalkan Reza yang kesakitan dan Raka yang hanya menganga saat melihat peristiwa yang pastinya tak dia sangka.

Para pengunjung pun menatap kepergianku dengan tatapan penuh keheranan.

Reza ... hari ini dia telah mengikis rasa kagumku padanya. Dia telah mengganti perasaan suka dengan sebongkah bara dendam, keinginan untuk memiliki perlahan mulai berubah menjadi rasa ingin menghancurkan.

Aku, Mariana Leurissa ... tidak akan membiarkan lelaki songong macam dia hidup dengan tenang. Lihat saja nanti, akan aku ciptakan neraka baginya!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status