Share

Membujuk

Author: Ammi Poe YP
last update Last Updated: 2023-10-02 23:20:08

Re ... Reza ...?" Aku terbata-bata karena panik saat melihat wajah itu.

Entah mengapa, setiap melihat wajah tampannya, justru aku malah kalang kabut. Apalagi saat bayangan peristiwa ciuman itu melintas, auto membuat tangan langsung menutup mulut dan mengusapnya berkali-kali.

"Kalian sudah kenal?" tanya Raka membuyarkan semua kericuhan otak.

"A ... aku ...." Tenggorokan seketika tercekat, tidak mungkin aku cerita jika Reza adalah pria yang mencuri ciuman pertamaku.

"Dia gadis yang bikin saya terlambat, Pak Rak. Melajukan motor sambil tidur mungkin, mobil lain sudah jalan tapi dia malah nggak gerak sama sekali." Reza mengarang cerita.

Enak saja aku tidur, dia tidak tahu kalau aku juga sedang buru-buru tapi harus ubah penampilan juga.

Deg!

Aku baru ingat dan menyadari, bahwa Reza tidak tahu siapa aku. Tentu saja dia tidak ingat, karena saat adegan berciuman itu terjadi, aku masih dengan dandanan sebagai Tante Merry.

Parahnya, baru saja aku keceplosan menyebut nama dia. Huh! Bodoh sekali aku ini!

"Reza, jaga sikap kamu! Nona Riana adalah pemilik perusahaan ini!" bentak Raka dengan tegas.

Kedua bola mata Reza seketika membulat, sikapnya langsung salah tingkah.

"Ma ... maaf, Nona Riana." Reza beberapa kali membungkuk minta maaf.

Aku yang tersadar dengan posisiku, seketika langsung mengubah sikap. Badan kutegakkan, pandangan tajam ke arah Reza dan menandakan wibawa seorang CEO.

Tiba-tiba aku punya ide, untuk mempermudah kerja Dion, kupikir bisa membantu dia dengan cara membuat Reza kehilangan pekerjaan. Dengan demikian, Reza tak ada pilihan selain menuruti permintaan istrinya untuk ikut sayembara.

"Pak Raka, bagaimana bisa Anda mempekerjakan manager seperti dia? Tidak ada sopan santunnya, bahkan dia tadi bersikap kurang ajar saat bertemu saya di parkiran!" tuturku dengan nada mencibir sekaligus mengadu.

"Maafkan pegawai saya, Nona Riana. Mungkin karena dia belum tahu siapa Nona ini." Raka masih berusaha melindungi bawahannya.

Mungkin saja karena kinerja Reza memang bagus, makanya Raka sampai mempercayakan project penting pada lelaki itu, bahkan sekarang pun dibela.

"Attitude itu tidak melihat dengan siapa dia bicara, Pak Raka. Yang namanya attitude baik ya harus kepada semua orang, meskipun pada pengemis sekalipun. Mana ada bersikap sopan hanya dengan orang yang punya jabatan. Itu namanya penjilat! Seharusnya Anda paham dan lebih selektif saat memilih karyawan, bukan asal-asalan seperti itu!"

Aku masih terus berusaha memojokkan Reza. Tampak lelaki itu hanya diam menunduk, membiarkan atasannya berdebat denganku hanya karena ulahnya.

Sejenak aku berpikir dan mempertimbangkan, jika mengancam membatalkan project jelas kerugian tetap aku tanggung. Apalagi Raka memberikan harga yang cukup miring dibanding perusahaan lain. Ada banyak benefit yang dia tawarkan.

Aku mencoba menekan ego, jangan sampai karena ego ingin menjalankan rencana sayembara berhasil, justru aku harus kehilangan keuntungan yang jumlahnya tak sedikit.

"Baiklah, Nona Riana. Mungkin Anda kurang berkenan dengan sikap manager saya, kalau begitu project ini akan langsung saya handle tanpa melibatkan dia." Raka masih bersikap begitu sopan dan mengulas senyum.

"Reza, taruh saja file dan dokumennya. Biar aku yang handle. Sebaiknya kamu kembali ke kantor dan selesaikan pekerjaan lainnya."

"Baik, Pak Raka." Reza pun membungkuk memberi hormat, kemudian keluar.

Tanpa kusadari, rasa kesal pada sikap Raka pun muncul sehingga aku mendengkus. Tujuanku untuk membuat Reza kehilangan pekerjaan, justru digagalkan oleh partner kerjasama yang ternyata bos-nya Reza.

"Nona Riana, saya mohon maaf jika tidak memecat dia. Bagaimana pun, dia sudah lama ikut aku dan kinerja Reza memang patut diacungi jempol. Dia punya loyalitas, dan dedikasi pada perusahaan sudah cukup tinggi."

Dalam hati aku menggerutu, kesal terhadap Raka yang malah memuji bawahannya itu.

"Sudahlah. Kita lanjutkan pembahasan kerja sama ini nanti, sudah jam makan siang dan saya butuh mood booster agar bisa berpikir lebih jernih lagi. Manager Anda benar-benar merusak mood saya," ucapku beralasan.

Jujur saja, semenjak kehadiran Reza tadi, otak ini sudah tak mampu lagi fokus pada apa yang dibahas.

"Bagaimana kalau saya traktir saja?" Raka menawarkan, tetapi kulihat sorot matanya ada yang berbeda.

Ah, mungkin saja aku yang Ge-Er. Hanya saja, tidak dapat aku pungkiri tatapan Raka padaku sama seperti para pengusaha muda yang tertarik dengan kecantikanku. Hanya saja, Raka masih terlihat jaim. Namun, kode alias sinyal yang diberikan dapat tertangkap oleh radar feeling-ku yang kuat.

Kali ini aku tidak ingin menolak, jadi kuanggukan kepala. "Boleh, mari kita cari makanan terlezat di Jakarta!" ujarku diiringi senyum penuh semangat.

Raka pun menyambut dengan senyuman suka cita.

***

Makan siang di sebuah tradisional resto menjadi pilihan. Aku sendiri baru tahu jika Raka satu selera denganku, dia menyukai kuliner tradisional. Siapa sangka, aku bisa menemukan partner yang mau diajak makan di sebuah resto yang menyajikan menu tradisional.

Iga bakar, sate lilit, ayam taliwang, dan masih banyak menu lezat lainnya. Aku sengaja memesan beberapa menu, semua itu hanya demi mengembalikan mood yang sempat porak poranda karena kehadiran Reza.

Aku abaikan tatapan Raka yang melihatku makan tanpa jaga image sebagai seorang CEO. Mau illfeel atau tidak, terserah saja.

"Nona Riana, Anda sangat menikmati makanan ini ya, hahaha ...."

Pertanyaan Raka hanya aku respon dengan tawa kecil. Setelah itu lanjut menikmati lezatnya iga bakar, bumbu yang meresap hingga ke daging membuat lidah ini tak berhenti menari.

Di tengah asyiknya menikmati makanan, tetiba Raka memberi kode. Dia menunjuk samping bibirnya, mungkin saja ingin memberitahu kalau makanan yang kumakan belepotan di dekat bibir.

Namun sayang, kedua tanganku kotor semua karena aku makan tanpa sendok dan garpu.

Akhirnya Raka berinisiatif mengambil tisu dan membersihkan apa yang menempel di dekat bibir.

"Maaf, Nona Riana. Ini bumbunya sampai ke sini." Dia mengelap dengan begitu lembut.

Untuk sesaat pandangan kami bertemu dan saling menatap secara intens. Aku merasa sedikit aneh dengan tatapan itu.

Menyadari apa yang baru saja terjadi, Raka segera menarik tangannya. Dia salah tingkah, kemudian pura-pura minum.

"Anda baik-baik saja, Pak Raka?" tanyaku dengan santai.

"I ... iya. Duh, kenapa tiba-tiba gerah begini ya?" ujarnya seraya mengibaskan tangan ke dekat leher dan juga dahinya.

Aku tersenyum melihat tingkah lucu Raka. Dia seolah baru pertama jatuh cinta, macam anak remaja yang masih malu-malu kucing.

Jujur, aku mengenal dia baru dua bulan ini. Pertemuanku dengannya bukan suatu hal yang disengaja, melainkan karena kesalahan yang tidak disengaja.

Waktu itu aku dan dia sama-sama sedang dalam perjalanan Singapura ke Jakarta, bukan janjian. Hanya saja, kursi kami memang bersebelahan.

Obrolan ringan sempat terjadi, tetapi belum sampai ke tahap perkenalan. Saat turun dari pesawat dan tiba di bandara, aku jalan terburu-buru dan akhirnya menabrak Raka. Ponsel yang aku pegang terjatuh, begitu juga dengan milik Raka.

Entah bagaimana cerita, ternyata kami salah ambil ponsel. Aku sendiri menyadari kalau ponsel tertukar setelah tiba di rumah. Ponsel Raka memang persis dengan ponsel milikku, makanya saat terjatuh aku pun mengira yang jatuh dekat denganku adalah ponselku.

Ketika di rumah, aku hendak menelepon Rosa untuk mengabarkan jika besok aku sudah bisa ke kantor. Namun, ponsel tidak bisa aku buka dengan autentifikasi jari.

Saking penasarannya, pakai PIN pun tidak bisa. Akhirnya aku perhatikan kembali ponsel tersebut dengan baik-baik. Ya, ada yang beda pada bagian belakang. Ponsel Raka terdapat stiker logo sebuah perusahaan, dan ternyata itu logo perusahaan penyedia bahan kosmetik yang sangat terkenal.

Akhirnya aku coba telepon ponselku menggunakan ponsel lain. Benar saja, terdengar suara lelaki di pesawat tadi. Dia juga baru tahu jika ponselnya tertukar setelah aku telepon.

Hal itulah yang akhirnya menyebabkan kami bertemu kembali dan menjalin kerja sama untuk pertama kalinya.

"Nona Riana, apa ada yang Anda pikirkan?" Pertanyaan Raka membuyarkan lamunanku.

"Tidak, saya hanya ingat manager Anda tadi. Saya tidak menyukainya, dan feeling saya, dia akan melakukan kecurangan pada Anda." Aku berusaha menghindari pertanyaan tadi dan mengalihkan pada rencana yang sempat tebersit.

"Apa maksud Anda, Nona?" tanya Raka dengan mimik penuh tanda tanya.

"Begini, Pak Raka. Sebagus apapun kinerja anak buah, itu pasti akan menyenangkan hati kita sebagai atasan. Tapi jangan lupa juga, bahwa mereka begitu karena ada yang mereka harapkan. Mereka terkadang memiliki ambisi lebih, misal untuk menambah keuntungan dari setiap tugas yang kita berikan."

Aku berusaha mempengaruhi Raka, berharap kali ini akan berhasil.

Tampak dia manggut-manggut, mungkin berusaha mencerna ucapanku.

"Coba diingat kembali. Posisi dia sekarang, apakah hasil pure usaha dia atau hasil dari memanfaatkan kelemahan rekan kerjanya?"

Sejenak Raka terdiam, ekspresi wajahnya tampak mengingat sesuatu. "Ya, saya tahu jabatan dia sekarang karena memenangkan persaingan ketat. Dia berhasil lolos dan naik jabatan. Sudah pasti akan ada yang tersingkir."

OMG ... masih saja pria di hadapanku ini pandai mencari sanggahan. Jika dia terus saja membela Reza, bagaimana aku bisa membuat Reza dalam kondisi kesulitan uang? Sedangkan waktu pendaftaran peserta sayembara tinggal satu minggu lagi.

Huh! Sungguh menyebalkan!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sayembara Pelakor Milyader   Ancaman

    Sarah muncul dengan sikap begitu santai, bahkan senyum smirk seolah mengejek kehadiranku. Dia melipat dada dan bersandar di bibir pintu.Aku bergegas menerobos masuk, mendorong asisten rumah tangga paruh baya itu, kemudian menghentakkan tangan Sarah. Selanjutnya aku dorong wanita itu ke sofa, dan memulai aksiku.Tanganku mencengkeram kuat leher jenjang milik Sarah. Namun, wanita itu masih saja berusaha bersikap santai, sungguh membuatku semakin muak pada wanita biang onar ini."Jauhi Riana! Jangan pernah kamu berusaha menggagalkan rencanaku!" bentakku seraya mengeratkan cengkeraman di leher, sehingga Sarah nyaris kelojotan akibat kehabisan oksigen.Segera aku kendorkan kembali cengkraman, takut saja jika dia mati. Bagaimana pun, aku tidak mau masuk penjara karena membunuh manusia tak penting ini."Tuan Raka, cukup! Lepaskan Nona Sarah!" teriak asisten rumah tangga itu seraya berusaha menarik tanganku dari leher Sarah.Setelah beberapa menit, wanita itu akhirnya bisa menarik tanganku d

  • Sayembara Pelakor Milyader   Mantan

    POV RakaLangkahku terhenti saat hendak menaiki anak tangga. Sekilas kulihat sosok Rocky sedang duduk di ruang tengah sembari menaikkan satu kaki ke atas paha yang lain. Tatapan mencibir tampak jelas di bibir yang tersenyum miring.Entah apa maksudnya, tetapi bisa kurasakan persaingan di antara kami kian memanas. Persaudaraan antar darah yang mengalir di tubuh kami tak lagi menjadi pengingat. Rocky adalah lelaki yang sangat ambisius. Dia memiliki keinginan untuk menggantikan posisi ayah di perusahaan.Tentu saja aku tidak bisa tinggal diam. Perusahaan keluarga bisa berkembang dan terus bertahan saat pailit pun ada campur tangan diriku. Aku tidak akan rela jika dia menggantikan posisi ayah dengan begitu saja. Apalagi besar saham dan kontribusi dia tak jauh beda dengan apa yang sudah kuberikan pada perusahaan tersebut. Bahkan saat ini, perkembangan perusahaan mulai semakin besar juga atas jasaku.Perusahaan bahan baku merupakan ideku, dan uang hasil rampasan dari keluarga Sarah aku alok

  • Sayembara Pelakor Milyader   Tuntutan

    POV RakaKehadiran Sarah telah mengacau pikiranku. Bukan karena kisah di masa lalu, persetan dengan perasaan saat itu. Satu-satunya alasan aku khawatir hanyalah kegagalan menikahi Mariana Leurissa semata.Tuntutan sekaligus tantangan dari keluargaku, harus memenangkan hati Mariana Leurissa. Perawan tua nan cantik dan menggairahkan, penampilannya tampak 10 tahun lebih muda dari usianya.Selain itu, dia juga wanita karier yang sukses. Ada triliunan harta yang dia miliki. Itu sebabnya Papa memintaku untuk menjerat Mariana Leurissa.Aku keluar dari resto dengan sedikit tergesa. Bahkan hati tidak berhenti menggerutu."Apa dia sengaja ingin mengorek masa laluku? Sebenarnya, apa saja yang sudah dikatakan oleh si Sarah pada Riana? Jangan sampai pernikahan ini batal karena ulah Sarah, aku tidak mau kehilangan tambang harta melimpah," gumamku di dalam hati, seraya aku berjalan ke arah luar. Namun, baru beberapa langkah hendak mencapai area parkir, langkahku terhenti oleh kehadiran wanita dari

  • Sayembara Pelakor Milyader   Terjebak Ucapan Sendiri

    Sejenak aku berpikir, apakah pertanyaanku akan membuat Riana curiga atau tidak. Hanya saja, aku juga perlu memastikan segalanya."Hmm ... kamu ingin tanya apa, Raka?" tanya Riana dengan santai, kemudian menyeruput kembali minumannya."Kamu kenal Sarah dari mana? Dan kenapa kenapa bisa kenal sedekat itu?""Oh itu, lewat sosial media, Raka. Jadi gini ceritanya, kata Sarah ... dia tiba-tiba tertarik dengan usaha produk kecantikan. Kata dia, dia juga ingin memulai bisnis baru dan pakai jasa maklon yang aku tawarkan di iklan. Ya sudah, dia menghubungi bagian marketing dan hari ini dia mengajak ketemuan gitu." Panjang lebar dia menjelaskan untuk meyakinkan aku."Memangnya kenapa?" tanya Riana dengan ekspresi menyelidik."Nggak ... nggak apa-apa. Aku hanya sekedar tanya." Aku mencoba menutupi kegugupanku."Kalau boleh tahu, kamu kenal Sarah dari mana? Sepertinya kalian sudah kenal lama juga ya?"Seketika pertanyaan Riana membuat dada ini semakin berdebar kencang, untung saja dia tidak tahu k

  • Sayembara Pelakor Milyader   Terkejut

    POV RakaSebuah kejutan dihadiahkan oleh seorang Mariana Leurissa. CEO cantik tapi perawan tua itu memang tak bisa dikasih hati. Sepertinya dia sedang menguji kesabaranku.Jujur, tidak pernah kusangka jika suatu hari dia akan datang bersama wanita dari masa laluku. Ya, Sarah memang mantan istriku. Perasaan cinta dulu memang pernah ada, tapi karena tuntutan dari Papa, maka aku harus mengesampingkan perasaan yang pernah ada.Hari itu, aku berniat mengajak makan siang Riana. Niatnya jelas untuk kembali membujuk agar pernikahan cepat diajukan. Namun, di luar dugaan ... Riana justru mengundang Sarah dan Dion. Alasan Riana, Sarah hanyalah calon klien. Namun, aku tak bisa percaya begitu saja.Kehadiran Sarah membuat aku harus mati-matian berusaha bersikap sewajar mungkin, agar tidak mengundang kecurigaan Riana."Kenapa harus ada Sarah segala sih? Bagaimana kalau Sarah menceritakan siapa aku ke Riana? Bisa-bisa rencanaku gagal untuk mendapatkan Riana, apa yang harus aku katakan?" gerutuku dal

  • Sayembara Pelakor Milyader   Pertimbangan Matang

    Untuk beberapa saat aku terdiam dan berpikir. Banyak hal yang harus aku pertimbangkan dengan matang. Namun, kesempatanku untuk bisa membuat Raka berhenti dengan niatannya juga penting. Aku harus bisa membuat Papa dan Mama percaya denganku, bukan calon menantu licik itu."Ide yang bagus kalau menurutku, Nona Riana." Dion mencoba meyakinkan aku."Baiklah," ujarku akhirnya seraya tersenyum dan menyetujui usulannya Sarah.Sudah kupikirkan dengan matang, mungkin dengan adanya bukti nyata pernikahan Sarah dengan Raka, maka tak akan ada lagi kesempatan mengelak bagi Raka. Bahkan yang ada malah Raka akan panas dingin tatkala aku menunjukkan rekaman video itu."Aku akan mengirimkan video rekaman pernikahan aku dengannya ke kamu, Riana," ujar Sarah kembali. "Sebentar, Nona Riana dan Bu Sarah. Bagaimana kalau rekaman video itu, kita putar di restoran tempat Raka mengajak Nona Riana candle dinner nanti malam?" Dion memberi usulan lain."Jadi gini maksudku ... uhm ... nanti setelah Raka mengeluar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status