Hatiku serasa mendidih mendengar ucapan Raka. Tidak aku sangka, lelaki yang sempat berpartner menjadi pemasok bahan baku skincare untuk perusahaan kosmetik milikku, justru berniat memanfaatkan situasi."Pak Raka, Bapak ini orang terhormat. Tapi kenapa memilih menggunakan cara kotor seperti itu! Apalagi saat ini Pak Raka sedang mengancam seorang wanita, itu tidak gentle, Pak. Itu hanya sikap pecundang!" teriak Dion yang turut kesal karena melihat bos-nya diperlakukan seperti itu."Hei ... jaga ucapanmu, Anak muda! Kamu tidak tahu sekotor apa bos wanita-mu ini? Dia lebih menjijikkan cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan! Kamu pikir, itu dandanan asli dia? Bahkan penampilan saja, dia tutupi dengan penyamaran!""Tapi Anda tidak berhak bersikap semena-mena pada Nyonya Merry!""Hahaha ... kamu masih memanggilnya dengan sebutan Nyonya Merry?!"Raka berjalan ke arahku, tanpa kuduga dia menarik rambut palsu yang aku kenakan. Seketika rambut panjangku pun terurai."Kamu lihat itu? Rambutny
Tiga hari kemudian ....Kejadian hari itu benar-benar membuatku syok. Semua rencana berantakan. Apa yang aku inginkan seratus persen gagal total. Aku tak menyangka jika istri Reza adalah adiknya Raka.Jujur, aku penasaran bagaimana Raka bisa tahu semua ini. Tak seorang pun tahu tentang rencana ini, kecuali Rosa. Apa mungkin Rosa yang mengkhianati aku?Arrgh!!! Kesal sekali rasanya! Tapi tidak mungkin dia yang membocorkan semua ini! Aku terus bermonolog.Gara-gara masalah itu, aku kepikiran setiap waktu. Bahkan lelap tidurku pun tersita karena memikirkan masalah konyol yang berakar dari kegilaanku sendiri.Sudah tiga hari ini, sayembara pun belum dilanjutkan ke tahap berikutnya. Ada kemungkinan akan aku bubarkan saja, walaupun aku yakin mereka pasti banyak yang kecewa. Namun, kurasa jika mereka diberi masing-masing 10 juta, pasti semua akan mau menerima keputusan ini.Huff ....Kepalaku terasa berat ketika bangun tidur tadi, hingga kini aku masih bersandar di tumpukan bantal. Dion sud
Aku menggeliat saat sinar mentari menerobos kaca jendela kamar. Dering telepon sejak tadi juga sangat mengganggu tidurku. Dengan malas aku meraih ponsel di atas nakas, kemudian menerima panggilan seraya memejamkan mata kembali."Halo!""Riana, kamu di mana?!" tanya Rosa dengan suara kencang, membuat aku kaget dan menjauhkan ponsel yang tadi aku tekan tombol loud speaker."Bisa nggak ngomong biasa aja? Kebiasaan, hobi kok teriak teriak," gerutuku kesal."Tidak ada waktu. Kamu cepat ke kantor, sebelum heboh seluruh orang menghujatmu!"Hah?! Sontak aku membuka mata dan berjingkat bangun. "Sebenarnya ada kejadian apa, Ros?""Udah, buruan kamu ke sini!""Arrgh!!! Bikin penasaran dan waswas aja!" gerutuku mulai panik. "Iya, iya ... aku ke sana!"Bergegas aku matikan panggilan, kemudian melempar ponsel ke atas bantal. Dengan gerak cepat aku mandi, ganti pakaian, memoles wajah layaknya sebagai Mariana Leurissa. Setelah itu aku kenakan jaket bertudung dan masker.Setelah siap, aku sambar tas
Kedua bola manik ini mendelik saat mendengar saran dari Rosa. Aku pikir, dia bisa memberikan saran terbaik, nyatanya ....Huff!Aku mendengkus kesal, penuh kekecewaan terhadap Rosa yang kali ini tak dapat diandalkan."Dion, kita nggak jadi makan! Lebih baik kita balik ke lokasi sayembara, bikin kelar masalah dengan si Raka sialan itu!" ucapku dengan emosi yang meledak-ledak.Dion menepikan mobil, entah apa maunya. Dia memiringkan badan untuk menghadap ke arahku."Nona Riana, ada benarnya saran dari Nona ini. Pak Raka posisinya sudah jelas menang. Tindakan tadi pagi, menandakan bahwa dia pegang kunci untuk membuktikan Nyonya Merry Usbad itu adalah orang yang sama dengan Nona Mariana Leurissa," ujar Dion menyampaikan analisa."Kamu terlalu menganggap enteng Raka, Ri. Sebaiknya kamu pikirkan matang dulu, barulah bertindak.""Terus, aku harus bagaimana?""Ada baiknya kamu redam masalah dengan mengiyakan permintakan Raka. Hanya saja, kamu coba ajukan syarat.""Betul kata Nona ini, saya jug
Mendengar ucapan Raka yang rela melakukan apa saja, aku pun tersenyum. Lelaki jika sudah bucin, biasanya akan kehilangan akal sehat. Dia lebih cenderung memilih membahagiakan sang wanita, meskipun harus mengorbankan banyak hal."Aku ingin mengakhiri sayembara pencarian jodoh itu, tapi ... ehm ... nggak mungkin kalau aku membatalkan begitu saja. Jadi, aku rasa ...." Sejenak aku terdiam, sengaja menggantung kalimat dan berpura-pura berpikir keras."Jangan khawatir, Nona Riana. Asalkan Nona Riana menikah denganku, semua kerugian atas sayembara itu akan aku tanggung." Raka berkata dengan begitu yakin."No, no, no ... bukan itu. Bisakah kamu carikan satu wanita untuk menggantikan peranku sebagai Nyonya Merry Usbad?""Maksudnya?" tanya Raka dengan mengernyitkan dahi."Begini, Pak Raka. Aku tidak mungkin membuat para peserta kecewa, bukan? Mereka sudah rela membuang waktu, meninggalkan pekerjaan dan anak istri demi ikut sayembara itu. Anda pasti tahu, tidak mungkin mereka kecewa begitu saja
Sungguh, hari yang tak pernah muncul dalam perkiraanku. Bahkan datang dalam mimpi pun tidak pernah.Malam ini, di ruang tamu telah berkumpul banyak orang. Aku sendiri tak menyangka jika malam ini adalah sessi lamaran. Keluarga Raka datang dengan membawa beberapa hantaran, mereka bukan hanya kedua orang tua Raka, melainkan masih ada beberapa orang lagi yang turut datang.Lebih heran lagi, kedua orang tuaku menyambut mereka dengan begitu baik. Bahkan dapat kulihat semua telah tertata rapi, seakan sudah siap menerima mereka. Ya, semua persiapan untuk menyambut tamu benar-benar sudah dipersiapkan.Aneh saja bagiku, Papa dan Mama tak banyak bertanya. Mereka langsung setuju dan menggelar acara lamaran. Apa karena mereka melihat sosok Raka yang berperangai sopan?Aku benar-benar tak mengerti. Semua tampak bahagia, baik dari keluarga Raka maupun kedua orang tuaku. Walaupun banyak pertanyaan berjubel di kepala, aku tak bisa banyak bertanya. Aku hanya memilih diam.Ini sungguh kegilaan macam ap
Malam telah larut, bahkan nyanyian binatang malam pun mulai meredup. Mata ini masih enggan untuk memejam, pikiran terus terganggu dengan perjodohan yang tiba-tiba.Aku masih di atas tempat tidur, memeluk lutut seraya melempar pandangan ke luar jendela kaca. Entah apa yang aku lihat, hanya pikiran yang melayang entah ke mana.Jika saja perjodohan tidak dengan jalan seperti itu, mungkin aku bisa terima. Namun ini, mereka seakan menjebak dan mempermalukan aku. Kedua orang tuaku berkomplot dengan Raka, mereka merencanakan semua ini untuk membatalkan sayembara itu.Ingatanku kembali pada kejadian sore tadi. Raka akhirnya menolak persyaratan dariku untuk menyelesaikan acara sayembara Nyonya Merry Usbad mencari jodoh. Semua atas anjuran Papa yang juga kompak menolak ide gilaku itu. Semua akan dibubarkan begitu saja, hanya sebagai uang tutup mulut maka setiap peserta akan diberi kompensasi. Selain itu, mereka akan menandatangani surat pernyataan bahwa mereka tidak akan menuntut ataupun memub
Otakku mulai berpikir. Aku rasa, membuat Dion jatuh cinta denganku maka akan lebih memudahkan aku dalam menggali informasi darinya."Dion, apa kamu benar sudah punya pacar?" tanyaku sembari bergelayut manja di lehernya, aku yakin Dion pasti akan mengira aku sudah mabuk."Nona ... to ... tolong jangan seperti ini," ucap Dion seraya berusaha melepas tanganku dari lehernya."Kenapa, Dion? Apa karena aku sudah tua, jadi kamu tidak tertarik denganku?" tanyaku dengan tatapan nakal dan berakting layaknya orang mabuk."Bukan begitu, Nona Riana. Saya ... saya takut khilaf."Aku pun terkekeh. Lucu sekali lelaki muda ini. Dia sangat berbeda dengan Reza. Jika Reza, dia sangat menantang dan justru mengganas saat hendak melahap kenikmatan bersamaku. Beruntung saja waktu itu aku segera tersadar, sehingga selamat kesucianku.Sejenak aku menatap wajah Dion, lelaki yang sebenarnya cukup manis jika dipandang. Yang aku suka darinya adalah sikap lugu, bahkan di hadapanku saja dia sudah gugup."Dion, apa k