Share

Scylaac. Kembalinya Dunia yang Sempurna.
Scylaac. Kembalinya Dunia yang Sempurna.
Penulis: Wilfran Zacharias

1. Mukadimah

Manusia. Makhluk paling rumit, makhluk paling kompleks, makhluk paling sulit dimengerti yang pernah ada. Maksudku, sebagian dari mereka bisa menjadi sosok yang sangat naif; terpampang isi pikiran maupun hatinya hanya dengan membaca air mukanya. Sebagian lainnya tidak. Sebagian dapat dikenali sifat dan karakternya melalui frekuensi pertemuan yang intens. Sebagian lainnya butuh waktu seumur hidup, bahkan mungkin lebih, hanya untuk sekadar mengetahui maksud sebenarnya dari setiap ucapannya.

Aku tidak begitu; dan aku tidak akan pernah - dan memang tidak pernah juga - bisa mengerti yang seperti itu.

Tapi tidak semuanya sesederhana itu. Tidak semuanya sesederhana psikopat paling sadis yang dapat kau temui dalam buku sejarah. Tidak semuanya sesederhana pedofil paling menjijikkan yang dapat kau baca dalam surat kabar online. Tidak semuanya sesederhana koruptor bermuka dua yang dapat dengan santainya menyuarakan pesan-pesan moral penggugah hati di saat anak buahnya mengerjakan pekerjaan kotornya di tempat terpisah. Tidak semuanya sesederhana itu.

Sebab apa yang ada di sini, di tempat ini, merupakan contoh paling nyata dari opini panjang lebar telah kukemukakan ini. Mereka yang ada di sini adalah sebagian kecil dari eksistensi kolektif yang jauh lebih besar. Mereka yang ada di sini ... yah, tidak sama dengan contoh-contoh manusia di dalam penjabaran panjang lebar yang telah kukemukakan di atas.

"Hahaha … bener banget! Gua setuju ama lu!" kata salah satu di antara mereka.

"Iya, kan? Gua bilang juga apa. Hidup itu nggak ada gunanya. Ngapain capek-capek ngenjalanin hidup, kalo ujung-ujungnya bakalan mati juga," tanggap lawan bicaranya.

"Bener! Bener banget! Makanya gua suka banget ngebunuh orang. Soalnya nggak ada gunanya mereka hidup," kata salah satu di antara mereka itu lagi.

"Lah? Tapi lu sendiri ngenjalanin hidup. Seharusnya lu juga mati aja, dong," tanggap lawan bicaranya itu lagi.

Begitu seterusnya.

"Wah, sori, deh. Kalo soal itu, gua nggak setuju ama lu. Yang hidupnya nggak berguna itu orang lain. Bukan gua."

"Ooh. Berarti kita sedikit beda pendapat soal ini. Kalo menurut gua, semua kehidupan itu nggak ada gunanya."

"Berarti hidup lu juga nggak ada gunanya, dong."

"Ya iya, lah."

"Kalo gitu, ngapain lu hidup? Kenapa nggak mati aja?"

"Ya nggak kenapa-napa. Emang belum mau mati aja. Tapi kalo lagi kepengen, gua bakalan bunuh diri, kok."

"Wah, kalo gitu, gua bunuh aja, ya?"

"Hmm. Gimana, ya?"

"Ayo, dong. Gua udah gatel banget nih pengen ngebunuh lu. Jujur aja, ya. Hari ini gua belum ngebunuh orang satu pun!"

"Hmm. Oke, deh. Berhubung gua juga udah bosen hidup."

"Hah? Beneran, nih? Gua boleh bunuh lu?"

"Boleh. Silakan aja. Lagian lu kan juga penghuni Scylaac. Kayaknya asik juga kalo dibunuh sama sesama penghuni."

"Waaahh ... nggak salah gua pulang hari ini. Ternyata! Akhirnya bisa juga gua ngebunuh penghuni Scylaac."

"Loh? Emangnya selama ini lu nggak pernah ngebunuh penghuni Scylaac?"

"Nggak pernah. Soalnya gua suka banget sama semua penghuni Scylaac. Jadi gua nggak mau ngebunuh mereka."

"Hahaha. Ababil lu! Masa pembunuh pilih-pilih korban."

"Hahaha. Iya, nih. Gua juga nggak nyangka. Ternyata gua ababil juga, ya. Hahaha."

"Hahaha."

"Eh, ngomong-ngomong, gua udah boleh ngebunuh lu belum, nih? Gua udah nggak sabar, nih."

"Hmm. Oke, silakan. Tapi jangan kasar-kasar, ya."

"Hah? Kok gitu, sih? Gua lagi pengen banget nih ngeremas-remas leher orang."

"Hah? Apa-apaan, tuh? Nggak mau, ah. Kalo cara lu kayak gitu, gua nggak mau."

"Yaah. Kok gitu, sih? Ayo, dong. Tadi kan lu udah oke. Gua pengen banget nih ngehancurin leher sama muka lu. Ayo, dong. Pliiiss ...."

"Iya, boleh-boleh aja kalo lu mau ngebunuh gua. Tapi jangan nyiksa gua, dong. Kalo lu mau bunuh gua, pastiin supaya gua langsung mati seketika."

"Aduuh. Gua paling nggak suka ngebunuh orang kayak gitu. Nggak ada gregetnya. Nggak ada gunanya ngebunuh orang kalo gua sendiri nggak bisa menikmati pembunuhannya."

“Yaah … jadi gimana, dong?"

“Hadehh ... aarghh ... ya udah, lah. Kalo gitu, gua patahin aja deh leher lu."

“Hah? Seriusan? Lu mau ngebunuh gua kayak gitu?”

“Sebenarnya nggak mau, sih. Tapi ya mau gimana lagi. Yah, hitung-hitung lu kan juga penghuni Scylaac. Jadi gua rela deh ngorbanin hasrat gua."

"Wah, kalo gitu makasih, ya. Oke, deh. Gua siap. Lu bisa bunuh gua kapan aja."

“Sip. Kalo gitu, gua bunuh lu sekarang," tutup Ruka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status