Share

4. Mentari, Ruka, dan Penderitaan. Iblis. (2)

"Nama kamu siapa?" ucapnya dalam senyuman yang hina dan menjijikkan.

"Mentari, Mas."

"Bukan itu. Aku tanya nama asli kamu," sambungnya sambil tetap meremas buah dada Mentari.

"Mentari itu nama asli, Mas."

"Loh? Kamu nggak pake nama samaran?" Perhatiannya mulai sedikit teralihkan ke wajah Mentari.

"Nggak. Nggak ada gunanya pake nama samaran. Nama samaran hanya dipakai oleh mereka yang menyembunyikan identitasnya dari kehidupan mereka yang sesungguhnya di luar sana. Aku nggak punya kehidupan lain selain di sini, Mas."

"Kok bisa gitu? Kampung halamanmu gimana? Kamu punya kampung halaman, kan?" Kali ini perhatiannya telah sepenuhnya teralihkan kepada pembicaraan yang ia angkat.

"Aku udah nggak punya lagi yang namanya kampung halaman, Mas. Nggak pernah dan nggak akan pernah terhubung lagi dengan kampung halaman, sama aja artinya dengan nggak punya, kan?"

"Berarti kamu benar-benar sebatang kara?" Ekspresi hina dan menjijikkan mulai pergi meninggalkan wajahnya.

"Namaku Mentari. Pekerjaanku pelacur. Ibuku Mami. Rumahku Pondok Kupu-kupu. Hanya itu identitasku, Mas. Nggak ada yang lain. Nggak ada yang lain."

Kali ini ia membisu total.

"Aku ini korban perdagangan manusia."

Dan ia pun tertegun.

Dasar laki-laki brengsek. Setelah semua yang telah kau lakukan selama ini, sekarang kau mau berlagak sok suci? Mati aja lu sana.

Maaf.

***

"Aku bawa kamu pergi dari sini. Ayo, ikut aku," kata lelaki itu kepada Mentari dalam sorot mata terbaik yang pernah ia perlihatkan seumur hidupnya.

"Jangan, Mas. Aku ini cuma seorang pelacur. Mas nggak usah mengambil risiko hanya untuk orang seperti aku."

"Kamu nggak usah khawatir. Semua ini udah aku rencanakan dengan sempurna. Nggak akan ada yang bisa menghentikan kita. Kita pasti bisa keluar dari sini. Kamu pasti bisa keluar dari sini."

Mentari tertegun.

"Kenapa Mas sampai mau melakukan semua ini?"

"Karena aku cinta sama kamu."

***

Mentari hanyalah korban. Orang boleh menghujatnya sesuka hati. Namun ia tahu bahwa ia tidak salah. Sejak dari awal ia tak pernah salah. Dan Mentari tahu bahwa Tuhan tahu itu.

Mentari adalah seorang pelacur. Mentari adalah seorang pelacur yang diselamatkan oleh pelanggannya sendiri.

"Gimana, Mentari? Ini aku buat khusus buat kamu," ujar lelaki itu.

"Waah, indah sekali, Mas. Apa aku pantas mendapatkannya?"

"Kamu pantas mendapatkannya. Sangat pantas."

Mentari tersenyum hangat.

"Satu lagi, Mentari. Mulai sekarang, aku mau kamu berhenti memanggilku Mas. Kamu harus panggil aku Ruka."

"Baik, Mas. Ah, maksudku, Ruka."

Mentari tersenyum malu.

***

"RUKAAA ...."

Dan Mentari pun menangis pilu.

"Kejar dia! Kejar anak dan istrinya sampai dapat! Kejar dan bunuh mereka, apa pun yang terjadi!"

Namun Mentari dan anaknya berhasil melarikan diri.

Namun tidak dengan Ruka. Ia mati.

"Aku bersumpah, demi segalanya yang ada di dunia ini, kamu akan hidup bahagia. Kamu nggak akan pernah menderita. Kamu akan hidup bahagia. Kamu akan hidup bahagia, sampai selama-lamanya," ujar Mentari kepada anaknya, berkali-kali, sepanjang perjalanan, sampai ucapan itu terukir sempurna dalam benak dan ingatan sang anak.

Ruka harus bahagia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status