Share

Salah Paham

last update Last Updated: 2023-07-14 17:08:27

Syafira tersenyum menanggapi perkataan sahabatnya. Yusuf tidak menyia-nyiakannya, ia hanya membagi cinta saja dengan wanita lain. Dalam hal ini, ia juga tidak ingin egois. Biarkan saja Yusuf memutuskan semua sendiri, wanita itu tidak ingin menghalangi keinginan lelakinya itu.

"Jika memang suaminya mampu berbuat adil, dan paham ilmu  berpoligami, aku tidak masalah!" ucap Shafira.

"No! Aku, sih, ogah! Lebih tentram tanpa madu."

"Tidak ada satu pun wanita pun di dunia ini yang ingin di madu, Rin. Tentunya semua wanita ingin menjadi satu-satunya ratu yang ada di hati suaminya. Tak ada madu yang manis. Jika pun ada, itu karena suami mampu membimbing keduanya dengan baik," balas Shafira seraya mengaduk-ngaduk jus miliknya.

Shafira masih ingat, saat Yusuf berjanji akan menjadikan satu-satunya ratu dalam rumah tangganya.  Namun, kehadiran wanita masa lalu, membuat Yusuf khilaf dan melupakan semua janji manisnya itu.

Shafira mengembuskan napas perlahan. Begitu berat semua itu untuknya. Semenjak kehadiran Almira dalam rumah tangganya, hati wanita itu jauh dari kata tenang dan damai.

Tak dipungkiri, ia tak lagi bisa  sebebas dulu. Biasanya saat memasak, Yusuf akan memeluknya dari belakang. Tiada hari tanpa bermesraan, jika mereka sedang bersama. Namun, kini semua hilang dan terasa kaku. Tak ada lagi kata-kata mesra yang terucap seperti dulu.

"Sha! Kamu melamun?"

"Ti-tidak! Hanya saja sedikit lelah."

"Biar aku antar pulang, ya! Sekalian sudah lama juga tidak main di rumahmu."

"Ja-jangan!"

"Kenapa? Apa aku mengganggumu?"

"Bukan begitu, Rin. Sebaiknya kita selesaikan pekerjaan kita di sini saja."

Shafira mengeluarkan laptop, ia mencoba menyelesaikan pekerjaannya sekalipun hatinya tengah kalut.

Awalnya dia mengira, bertemu sahabat lamanya akan membuatnya lupa dengan semua masalah yang ada, tetapi justru semakin mengingatkannya pada semua janji-janji manis Yusuf yang pernah terucap dulu.

"Apakah boleh ikut bergabung di sini?" Tiba-tiba seorang lelaki duduk di tengah-tengah antara Shafira dan Rini.

Rini mengangguk. Wanita itu memandang takjub pada lelaki yang duduk di sampingnya. Berbeda dengan Shafira, wanita itu memalingkan wajahnya ke arah luar jendela.

"Perkenalkan saya Aldo," ucap lelaki itu pada Shafira. Namun, Shafira tidak menggubrisnya. Mengetahui hal itu, Rini langsung menarik tangan lelaki itu dan langsung mengajak berkenalan dengannya.

"Aku Rini," ucapnya sembari tersenyum.

Lelaki itu terus memandangi wajah Shafira. Rasa penasaran membuncah hebat dalam diri. Biasanya para wanita akan langsung terhipnotis bila melihat ketampanannya. Namun, berbeda dengan wanita di depannya yang seperti tak tertarik sama sekali dengan kehadirannya.

"Maaf, jangan memandang wanita yang bukan mahram seperti itu. Tidak baik!" ucap Shafira.

"Kalau begitu, ayo kita ke KUA biar aku dan kamu menjadi mahram."

Rini terkekeh. Baru kali ini ada lelaki yang berani berkata seperti itu pada Shafira, selain Yusuf.

"Maaf, saya sudah bersuami! Jadi, jaga becandaan Anda. Saya tidak sama dengan wanita-wanita di luar sana yang dengan mudah bisa Anda godai."

"Kalau begitu izinkan saya untuk sekadar mengagumi."

Shafira langsung memasukkan laptopnya ke dalam tas, lalu berniat untuk pergi  dari kafe itu. Namun, dengan gesit Aldo menarik pergelangan tangannya, dan memintanya untuk duduk kembali.

Shafira melirik pada pergelangan tangannya, lalu menghempaskan tangan lelaki itu dengan kasar. Saat ia akan mengancam lelaki itu, tiba-tiba suara bariton seseorang memanggilnya.

"Aku tidak menyangka, kamu akan bertemu dengan lelaki lain di sini. Kamu sudah menghancurkan kepercayaanku selama ini, Shafira!" ucap Yusuf murka.

Rasanya seperti disambar petir, saat mendengar Yusuf menyebut namanya. Apalagi ini tidak sama dengan apa yang dilihat oleh lelaki itu.

"Ini tidak seperti apa yang Abi pikirkan."

Sayangnya, Yusuf sudah telanjur marah. Lelaki itu langsung ke luar dari kafe. Tanpa menunggu waktu lagi, ia langsung mengejar Yusuf ke parkiran.

"Abi ...." Shafira pasrah, saat mobil Yusuf sudah melaju jauh darinya.

****

Shafira pulang ke rumah dengan hati yang tak tenang. Entah bagaimana cara membuat lelaki itu agar mau mendengarkannya.

Yusuf tengah duduk di ruang tamu bersama Almira. Lelaki itu melirik sekilas pada Shafira, lalu fokus mengobrol kembali dengan Almira.

"Mas!" panggil Shafira.

Yusuf tak menanggapi panggilan Shafira. Lelaki itu tampak asyik mengobrol dengan istri keduanya.

Tak ingin mengganggu suasana keduanya, Shafira memilih masuk ke kamar. Dia sangat mengenal Yusuf. Lelaki itu akan keras kepala, jika masih dalam keadaan marah.

Shafira menjatuhkan tubuhnya di kasur. Gegara lelaki asing itu, kini ia memiliki masalah dengan suaminya.

Malam harinya, Shafira berniat mengambil minum ke dapur. Tepat pada saat itu, Yusuf baru saja ke luar dari kamarnya. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Shafira langsung menghampiri Yusuf.

"Mas! Tadi itu ...."

"Aku sudah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Cukup tahu saja, siapa kamu sebenarnya, Shafira. Aku capek, jangan menggangguku!"

Yusuf kembali masuk ke kamarnya. Sementara Shafira terduduk lemas di lantai. Ia sama sekali tidak mengenal lelaki itu! Mengapa semua menjadi rumit seperti ini.

Air mata mengalir deras membasahi pipi. Rasa sesak membuncah hebat dalam dada. Shafira tidak tahu lagi harus dengan cara apa untuk memberitahu Yusuf akan semua kebenarannya.

Shafira menyadari satu hal, ternyata kebersamaan selama bertahun-tahun tidak menjamin kuatnya kepercayaan Yusuf padanya. Rasa cemburu sudah menguasai diri, menutup mata dan hati untuk sebuah kebenaran.

Shafira kembali ke kamar. Wanita itu tak henti-hentinya menangis. Ia menyesali pertemuannya dengan sahabatnya di kafe, jika pada akhirnya akan menjadi seperti ini.

Sebuah pesan masuk di layar ponselnya.

"Aku tidak tahu ada masalah apa antara kamu dan Mas Yusuf, tetapi aku turut senang. Karena dengan begitu, aku bisa mendapatkan perhatian Mas Yusuf sepenuhnya. Aku bahagia, tanpa harus turun tangan, masalah sudah menghampiri kalian terlebih dulu. Menangislah! Sampai air matamu kering tak bersisa."

Shafira tak henti-hentinya beristigfar. Ternyata wanita seperti ini yang Yusuf bilang salihah. Apakah sudah tidak ada stok wanita yang benar-benar salihah luar dan dalam di dunia ini?

Mungkin Yusuf lupa bagaimana perjuangan Shafira selama ini. Wanita itu yang menemaninya dari titik terendah, juga yang rela dimadu hanya agar dirinya memiliki keturunan. Bila saja lelaki itu mengingatnya, tak akan mungkin lelaki itu menyakitinya seperti sekarang ini.

Shafira menulis pesan singkat pada Yusuf. Dia menjelaskan secara detail apa saja yang terjadi tadi siang di kafe. Namun, lagi-lagi ia kecewa, saat lelaki itu tidak membalasnya.

Tiba-tiba satu pesan masuk dari Rini. Dengan sedikit malas, Shafira membukanya.

"Aku tahu perasaanmu saat ini, Sha. Pastinya kamu tak henti-hentinya menangis karena belum bisa menenangkan hati Yusuf. Aku tahu apa yang kamu butuhkan saat ini. Bentar, aku kirimkan padamu. Aku jamin, Yusuf akan berhenti salah paham padamu."

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Seatap dengan Racun Rumah Tanggaku   Akhir Sebuah Kisah

    Yusuf diselimuti kekhawatiran. Pasalnya, Shafira langsung tak sadarkan diri. Wanita itu juga sempat kejang-kejang, sehingga untuk satu minggu ke depan dokter tidak mengizinkan Shafira pulang."Apa yang menyebabkan istri saya kejang-kejang seperti tadi, Dok?" tanya Yusuf saat dipanggil ke ruangan dokter."Ada banyak kondisi yang bisa berbahaya bagi ibu pasca melahirkan. Salah satunya preeklamsia atau tekanan darah tinggi pasca melahirkan. Hal ini bisa terjadi ketika ibu memiliki kelebihan protein dalam urine!" jawab dokter seraya membenarkan letak kaca mata yang dipakainya!" jawab dokter seraya membetulkan letak kaca mata yang dipakainya. "Preklamsia juga kondisi serupa yang terjadi pada kehamilan dan biasanya sembuh dengan kelahiran bayi. Sebagian besar kasus preeklamsia terjadu dalam waktu 48 jam setelah melahirkan. Saat tekanan darah begitu tinggi, ibu bisa mengalami kejang yang bisa berdampak buruk pada kondisi kesehatan secara keseluruhan. Kejang yang muncul berulang jika tak dita

  • Seatap dengan Racun Rumah Tanggaku   Launchingnya Yusuf Junior

    Galang menarik-narik tangan Bimo. Lelaki itu tak bisa menolak ajakan Galang. Semenjak mengambilnya dari kampung. Galang memang paling akrab dengannya."Om Bimo mau diajak ke mana, Lang? Ajak yang jauh, ya, soalnya kasihan dia sendiri gak punya pasangan!" goda Aldo.Galang tak memedulikan teriakan Aldo. Ia terus menarik tangan Bimo menuju kamarnya."Katanya mau ajak Om ke taman belakang. Kenapa menarik ke kamar?" tanya Bimo."Temeni Galang main mobil-mobilan saja, Om!" balas Galang seraya menurunkan beberapa mobil-mobilan kecil dari lemari mainan.Tanpa sengaja, Bimo melirik ke luar kamar. Pandangannya jatuh tepat pada sosok gadis yang tengah asyik mengobrol dengan Shafira. Beberapa detik, tatapannya tak beralih. Sepertinya lelaki itu tak berniat sedikit pun untuk mengalihkan pandangannya dari sana.Berulang kali, Galang memanggil dan mengajak ngobrol Bimo. Akan tetapi, tak ada tanggapan sama sekali dari sosok lelaki di depannya.Galang menatap mata Bimo. Lalu, mengikuti pandangan lela

  • Seatap dengan Racun Rumah Tanggaku   Sebuah Rasa

    Rini keluar dari kafe dengan perasaan penuh kecewa. Seharusnya kalau memang tidak suka, katakan saja dengan jujur. Jangan malah menganggap perasaannya hanya sebuah lelucon semata.Rini pun mengakui, kalau dirinya memang bodoh dan terkesan mengejar-ngejar. Seharusnya, dia bisa menahan diri untuk tidak terlalu to the point."Dulu, banyak pria yang mengejar-ngejar cintaku! Baru kali ini, aku benar-benar merasa menjadi wanita paling bodoh dan tidak punya harga diri sama sekali. Baru saja kenal, sudah mengatakan cinta terlebih dulu. Aku memang bodoh! Bahkan mungkin, wanita terbodoh di bumi!" gerutu Rini kesal.Sepanjang jalan, Rini tak henti merutuki kebodohannya. Sampai-sampai tak menyadari kalau dirinya hampir saja tertabrak sepeda motor saat akan menyeberang."Aaaaa ... tidak ingin mati! Aku belum nikah!""Makanya kalau jalan jangan melamun. Nanti kalau ditabrak, tetap saja pengendara sepeda motor yang disalahkan."Rini melirik pada sosok lelaki yang hampir saja menabraknya. Wanita itu

  • Seatap dengan Racun Rumah Tanggaku   Bukan Lelucon

    "Umi menyindir Abi?"Shafira menggeleng. "Itu namanya bukan nyindir, Bi.""Terus!""Sesuai fakta!" "Abi kan sudah meminta maaf, Um. Jangan menyimpan dendam seperti itu, tidak baik!"Shafira mengembuskan napas kasar. "Bukan menyimpan rasa dendam! Pada dasarnya wanita itu memang makhluk yang ingatannya paling kuat kalau mengingat tentang kesalahan yang dilakukan lelakinya.""Hmm, iya, deh. Wanita maha benar!""Pokoknya Abi harus bisa menyatukan Bimo sama Rini.""Kok jadi ke Abi? Terserah Bimo dong, dia mau pilih dan nikah dengan siapa!""Iya, setidaknya Abi kasih tahu dululah sama Bimo. Bagaimana karakter dan sikap Rini. Sedikit banyaknya, kan, Abi sudah tahu perempuan seperti apa dia. Umi setuju banget kalau seandainya Bimo berjodoh sama Rini.""Um, jodoh itu ada di tangan Allah, bukan di tangan manusia. Kalau menurut kita mereka cocok, belum tentu menurut Allah itu baik. Sebaiknya kita tidak perlu ikut campur dengan perasaan mereka. Kalau memang Rini serius, sampaikan padanya untuk t

  • Seatap dengan Racun Rumah Tanggaku   Gegara Jus

    "Umi tidak salah? Masa Umi yang ngidam, Abi yang harus minum jusnya.""Ya, gimana lagi, Bi! Itu kan bukan keinginan Umi. Dedek Utun yang minta kok, tetapi itu semua terserah Abi. Kalau ingin anaknya ngileran, ya, tidak usah dituruti."Yusuf menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tidak apa-apa, sih! Hanya saja kalau bisa menawar, boleh tidak kalau pare pahitnya diganti sama buah mangga?""Yee, Abi tawar menawar kayak di pasar. Ngidam itu tidak bisa diganggu gugat Abi. Ya sudah kalau tidak mau, tidur lagi saja!" ucap Shafira seraya membaringkan tubuhnya membelakangi Yusuf."Iya, Abi buat sekarang. Apa, sih, yang enggak untuk anak Abi!" ucap Yusuf seraya mengelus perut buncit Shafira.Yusuf melangkah ke luar dari kamar. Sementara Shafira, tersenyum penuh kemenangan. Pelan-pelan, wanita itu mengikuti langkah sang suami menuju dapur."Jangan pakai gula, Bi! Soalnya kan Umi sudah manis. Nanti minum jusnya sambil ngeliatin Umi saja."Yusuf melirik ke arah Shafira, lalu melempar senyum yang

  • Seatap dengan Racun Rumah Tanggaku   Mengidam

    Shafira mengernyit. Siapa yang di maksud oleh wanita itu? Sementara lelaki yang selalu bersamanya setiap hari itu tak lain suaminya sendiri. Apakah memang Yusuf, lelaki yang di maksud oleh wanita di depannya."Siapa lelaki yang Anda maksud? Apakah beliau?" tanya Shafira seraya menunjuk pada Yusuf yang baru saja keluar dari garasi.Wanita di depannya terkekeh. Lalu, membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya. "Jika lelaki itu yang saya minta, apakah boleh?""Rini!" ucap Shafira terkejut. "Dari kapan kamu memakai hijab?""Alhamdulillah baru sebulan, Sha. Jawab pertanyaanku, Ibu Shafira. Apakah boleh aku taaruf dengan suamimu?""Tentu saja tidak boleh! Sekalipun istriku memintanya, aku tidak akan pernah melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya.""Kamu serius, Rin?" tanya Shafira tanpa menghiraukan ucapan Yusuf. "Kamu serius ingin menjadi maduku?""Kalau iya, apakah kamu mau menerimaku menjadi madumu?" tanya Rini kembali."Kalau yang memintanya kamu, mana bisa aku menolaknya!" jaw

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status