Share

Bab 2 Pertemuan

Myesha segera bangun dari tidurnya. Sekalipun Myesha baru tidur dini hari, tetapi pagi-pagi dia harus tetap bangun. Dia tidak enak dengan pemilik rumah karena seenaknya saja bangun siang. Begitulah nasib Myesha. Melakukan dua pekerjaan sekaligus memang memiliki tanggung jawab yang begitu besar.

Bukan tanpa alasan dia melakukan dua pekerjaan sekaligus. Dia harus mendapatkan uang yang cukup. Uang yang didapatkan Myesha dikirimkan untuk sang ibu di kampungnya. Uang tersebut dipakai menghidupi adiknya yang masih sekolah.

Setelah bangun, Myesha segera membersihkan rumah. Melakukan rutinitasnya seperti biasanya. Mulai dari menyapu, mengepel, dan mengelap meja-meja. Di rumah Zelda memang ada dua asisten rumah tangga yang ada. Salah satunya adalah dirinya.

Sekitar jam delapan akhirnya Myesha selesai juga. Saat pekerjaannya sudah selesai, akhirnya dia memilih untuk segera bersiap. Tak mau sampai datang dan membuat orang yang akan bertemu Zelda menunggu.

Myesha yang usai mandi, mengambil pakaian terbaiknya. Yang akan didatangi adalah restoran mahal, jadi tentu saja dia akan memakai pakaian terbaiknya. Tak mau membuat orang yang akan bertemu dengannya menjadi malu.

Sesuai dengan alamat yang didapatkan dari Zelda, Myesha mencari bus untuk menuju ke restoran tersebut. Dia harus transit beberapa halte untuk mencapai restoran. Beruntung Zelda memberikannya uang, karena jika tidak, dia harus merogoh uang dari kantungnya sendiri.

Myesha sampai di restoran. Dia mengedarkan pandangannya mencari di mana tempat pria yang harus ditemuinya itu.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya Pramusaji pada Myesha.

“Saya mencari meja nomor tujuh.” Myesha menjelaskan apa yang dicarinya.

“Mari saya tunjukan.” Pramusaji mempersilakan Myesha untuk ke meja yang dituju.

Myesha menuju ke meja nomor tujuh, diantar oleh pramusaji. Sambil berjalan, dia mengedarkan pandangan. Restoran tampak sepi. Mungkin karena memang masih pagi. Jadi belum banyak orang yang berkunjung.

“Sebelah sana.” Pramusaji memberitahu arah di mana meja nomor tujuh itu. Tidak mengantar sampai di meja nomor tujuh tersebut.

Myesha melihat angka tujuh yang berada di atas meja. Artinya memang meja itulah tempat yang tujunya. “Terima kasih.” Myesha tersenyum pada pramusaji ketika dia sudah diantarkan. Tinggal beberapa langkah saja dia sampai ke meja tersebut.

“Sama-sama.” Pramusaji segera berlalu meninggalkan Myesha.

Myesha segera mengayunkan langkahnya menuju ke meja tersebut. Dari kejauhan dia melihat pria yang duduk membelakanginya. Dari belakang, pria itu tampak rapi sekali dengan kemejanya. Punggungnya yang lebar seolah benar-benar membuat tubuhnya terlihat proporsional.

“Permisi dengan Finn Kalandra.” Myesha menyapa pria yang sedang duduk tersebut.

Pria itu menoleh. Mengalihkan pandangan pada wanita yang baru saja datang dan menyapanya.

Myesha yang melihat pria itu merasa tidak asing sama sekali. Rasanya dia pernah melihat pria itu, tetapi tidak tahu di mana. Dia berusaha keras mencari kepingan ingatannya tentang di mana dia bertemu pria di depannya itu.

“Kamu wanita yang semalam meminta bunga.” Finn yang mengenali wanita di depannya langsung menyebutnya. Dia masih ingat dengan wajah wanita di depannya itu.

Myesha yang mendengar hal itu akhirnya menemukan siapa gerangan pria di depannya. Pria itu adalah pria yang mendapatkan bunga di pernikahannya semalam. Semalam, dia hanya fokus pada bunga yang didapatkan pria itu, jadi tidak memerhatikan dengan jelas wajah pria itu.

“Iya, saya yang meminta bunga semalam.” Myesha menganggukkan kepalanya. Membenarkan apa yang dikatakan oleh Finn.

Finn benar-benar tidak menyangka jika dunia seluas daun kelor saja. Ternyata wanita yang didapatkan sang mama dari situs pencarian jodoh adalah wanita semalam yang ditemuinya. Rasanya Finn menyesal jika dia sampai tidak datang. Karena ternyata wanita tersebut cukup cantik.

“Aku tidak menyangka jika ternyata dunia benar-benar sempit. Setelah semalam aku bertemu denganmu, sekarang aku bertemu denganmu lagi.” Finn tersenyum. Dia berpikir ini takdir atau hanya kebetulan semata.

Myesha yang melihat Finn tersenyum langsung terpesona. Senyum Finn begitu menawan, hingga membuat siapa saja yang melihatnya akan tertarik. Termasuk dengan Myesha sendiri.

“Ayo, silakan duduk.” Finn mempersilakan Myesha untuk duduk. Karena tidak mau mengobrol sambil berdiri.

Myesha yang dipersilakan duduk pun segera duduk. Dia justru salah tingkah ketika pria di depannya itu dengan sopannya memintanya duduk.

“Mau minum apa?” Finn menatap Myesha lekat.

Pandangan Finn yang segaris lurus dengan Myesha membuat gadis itu terpesona. Hingga butuh beberapa detik sampai Myesha tersadar dengan pertanyaan Finn.

“Apa saja,” jawab Myesha.

“Baiklah.” Finn pun segera memanggil pramusaji. Kemudian memesankan minuman untuk Myesha.

Myesha memerhatikan setiap gerak-gerik dari Finn. Sejenak dia mengingat pertemuannya semalam. Ke mana saja dirinya semalam hingga baru menyadari jika pria di depannya adalah pria yang begitu tampan. Mungkin karena semalam dia buru-buru bekerja. Jadi bisa berlama-lama memandangi pria tampan.

Finn mengalihkan pandangan pada Myesha. Dilihatnya gadis di depannya itu begitu cantik. Tentu saja hal ini membuatnya begitu jatuh hati pada pandangan pertama.

“Apa yang kamu lakukan dengan bungamu semalam?” Finn begitu penasaran sekali dengan bunga yang diberikannya semalam.

“Aku menaruhnya di vas bunga di kamar.” Myesha tersenyum. “Dan terlihat begitu cantik.” Bayangan bunga itu pun melintas di kepalanya.

“Memang sangat cantik.” Fin menatap Myesha penuh damba. Kata ‘cantik’ yang dimaksud bukan merujuk pada bunga yang diberikan, melainkan wajah Myesha.

Myesha terkesiap ketika mendengar ucapan Finn. Apalagi cara Finn memandangnya, terlihat begitu berbeda. Jadi dia sedikit bingung dengan ucapan Finn tersebut.

“Maksudnya bunga semalam memang sangat cantik.” Finn yang merasa kebingungan Myesha pun segera membenarkan ucapannya.

Myesha pun hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Mengerti yang dijelaskan Finn.

Minuman yang dipesan Finn datang bersama makanan. Hal itu membuat Myesha belum mengatakan apa-apa tentang perintah Zelda tersebut. Perutnya yang lapar minta diselamatkan lebih dulu. Jika sampai Finn kesal karena Zelda yang tidak bisa datang, yang ada nanti Myesha tidak jadi makan.

“Kenapa meminta bunga itu?” Sambil makan Finn melemparkan pertanyaan itu.

Myesha memutar bola matanya. Seolah sedang berpikir alasan apa yang tepat. Hal itu membuat Finn tampak begitu gemas sekali. Karena wanita di depannya tampak lucu saat sedang memikirkan jawaban.

“Konon katanya siapa yang mendapatkan bunga itu, akan segera menikah seperti pengantin yang melemparkannya.” Myesha pun menjawab hal itu. Memang kabar yang beredar seperti itu.

“Kamu masih percaya dengan itu?” Finn tertawa. Dia merasa lucu dengan jawaban Myesha tersebut.

Myesha menekuk bibirnya ketika Finn meledek. “Usaha tidak ada salahnya bukan?” ucapnya kesal.

Finn benar-benar gemas dengan wanita di depannya itu. “Benar, tidak ada yang salah dengan usaha, tetapi bukan dengan mendapatkan bunga, tetapi mendapatkan jodoh.” Dia meledek Myesha.

“Siapa tahu aku mendapatkan bunga itu jadi sinyal agar dia bisa menemukanku.” Myesha masih membela dirinya.

Finn hanya mengangguk sambil tersenyum. Dia cukup terkesan dengan pembelaan Myesha dengan yang dilakukannya. Kesan pertama bertemu Myesha cukup baik sekali bagi Finn. Jika begini, dia tidak akan marah dengan sang mama karena bermain situs perjodohan.

Finn dan Myesha bercerita banyak hal. Terutama pesta semalam yang didatangi oleh Finn. Dari yang didengar Myesha, pesta yang didatangi adalah pesta wanita yang disukai Finn. Finn harus merelakan wanita itu, karena dia kembali pada suaminya. Myesha yang mendengar cerita itu merasa terkesan. Finn pria yang baik karena mau merelakan perasaannya.

“Zelda, aku ingin sekali berlama-lama denganmu, tetapi sayangnya aku tidak bisa karena aku harus kembali ke kantor.” Finn merapikan jasnya. Mulai mengancingkan jas yang sempat dibuka tadi.

Sejenak Myesha terkesiap. Ternyata Finn menganggapnya adalah Zelda. Hal itu tentu saja membuat Myesha bingung.

‘Jika aku mengatakan jika aku bukan Zelda pasti dia akan merasa sangat kecewa sekali.’

Myesha memikirkan Finn yang sedari tampak senang mengobrol dengannya. Dia memikirkan, apalah dia harus mengatakan kejujuran ini, dan membuat Finn kecewa?

‘Lagi pula aku tidak akan bertemu dengannya lagi, dan Nona Zelda juga akan segera berangkat ke Amerika, jadi tentu saja, dia tidak akan bertemu. Sudahlah, tidak perlu aku mengatakan jika aku bukan Zelda, yang ada dia pasti sangat kecewa.’

Setelah menimbang, Myesha memutuskan untuk tidak mengatakan hal itu pada Finn. Menyimpannya pesan yang diberikan Zelda untuknya.

“Tidak apa Finn.” Myesha tersenyum pada Finn.

“Baiklah, senang bertemu denganmu.” Finn mengulurkan tangan pada Myesha.

“Sama-sama.” Myesha tersenyum.

Finn pergi lebih dulu, karena harus segera kantor. Dia terpaksa meninggalkan Myesha yang masih di restoran. Karena Myesha bilang akan ke toilet lebih dulu sebelum pergi.

Finn melajukan mobilnya ke kantornya. Pertemuannya dengan Myesha membuatnya merasa bahagia. Karena Myesha begitu cantik dan sangat seru saat diajak mengobrol.

“Astaga, kenapa aku lupa meminta nomor teleponnya.” Finn merutuki kesalahannya yang melupakan hal penting itu. “Aku akan meminta mama saja.” Dia berharap jika sang mama akan mempunyai nomor telpon Zelda. Jadi dengan begitu dia bisa bertemu kembali.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status