Share

Sebatas Istri Palsu
Sebatas Istri Palsu
Penulis: Myafa

Bab 1 Perintah

“Sha, tolong kamu datang ke restoran star besok. Temui pria bernama Finn Kalandra. Bilang padanya jika aku tidak bisa datang dan tidak akan menemuinya.”

Myesha yang mendapatkan perintah dari anak dari pemilik wedding organizer tempatnya bekerja hanya bisa mengangguk. Gadis bernama Myesha Adia itu hanya bisa pasrah, mengingat dia tinggal di rumah pemilik wedding organizer tempatnya bekerja. Jadi tentu saja dia harus melakukan perintah yang diberikan padanya.

“Baik, Nona.” Myesha mengangguk. Tangannya masih bergerak mengelap meja yang tak jauh dari meja makan.

“Nanti malam kamu akan ada acara wedding ‘kan?” Zelda menatap Myesha yang sedang sibuk mengelap meja. Dia tahu jika selain bekerja di rumah, Myesha juga bekerja di tempat sang mama.

“Iya, nanti malam saya akan ke wedding.” Myesha menjawab sambil terus mengelap meja.

Selama ini memang selain bekerja di bagian wedding organizer, dia bekerja di rumah pemilik wedding organizer tersebut sebagai asisten rumah tangga. Hal itu dilakukan agar dapat menghemat uang gajinya. Hitung-hitung untuk membayar uang sewa kamar yang selama ini dia tempati.

“Tapi, ingat jangan bilang mama. Aku tidak mau sampai mama tahu.” Zelda memberikan peringatan pada Myesha. Kemarin sang mama memberitahu jika dia harus kencan buta dengan pria bernama Finn Kalandra. Seorang pemilik perusahaan konstruksi. Sang mama mengatakan jika pria itu sangat tampan dan sangat sukses. Namun, tetap saja tidak membuat Zelda tergoda. Zelda sudah memiliki kekasih. Jadi setampan apa pria itu, tidak akan menggoyahkan keinginannya. Padahal Zelda pulang hanya untuk berlibur, tetapi sang mama justru memintanya untuk berkencan. Sungguh hal yang sangat menyebalkan sekali.

“Baik, Nona.” Myesha mengangguk pasti. Mana berani dia melawan perintah. Dia masih ingin tinggal di rumah ini dan bekerja untuk mengumpulkan pundi-pundi uang.

“Ini alamat restoran. Datang jam sepuluh.” Zelda memberikan secarik kertas pada Myesha.

Myesha segera mengambil kertas yang diberikan oleh Zelda. Dia membaca alamat yang diberikan Zelda. Restoran berada di daerah barat. Artinya dia harus naik angkutan cukup jauh jika dari selatan. Myesha merasa jika begitu berat sekali nasib mereka orang rendahan. Hanya bisa disuruh-suruh saja.

“Pria macam apa yang membuat janji pagi-pagi dengan wanita.” Sambil berjalan meraih tasnya yang berada di sofa samping Zelda bergumam.

Zelda langsung mengambil dompet di dalam tasnya. Dia mengambil satu lembar uang berwarna merah. Dengan segera dia memberikan uang tersebut pada Myesha. “Ini, gunakan untuk besok kamu pergi.”

Myesha menerima uang yang diberikan oleh Zelda. Kemudian melanjutkan mengelap meja.

Zelda berlalu pergi. Myesha yang melihat Zelda pergi hanya bisa melirik saja. Dia melihat Zelda yang begitu anggun sekali. Entakkan sepatu hak tinggi miliknya terdengar begitu nyaring sekali. Gerakan jalan Zelda yang anggun pun juga membuat Myesha begitu iri. Bagaimana tidak iri.

Myesha hanyalah setitik cahaya yang berada di tengah gemerlapannya ibu kota. Sungguh dia tak akan tampak sama sekali. Mana ada pria yang akan melirik padanya.

Myesha hanya bisa mengembuskan napasnya. Berusaha untuk tetap bersabar. Dia harus banyak-banyak bersyukur karena masih diberikan hidup oleh Tuhan sampai detik ini. Masih syukur dia bisa makan dan menikmati setiap harinya.

***

Myesha sampai di pesta yang diadakan di hotel bintang lima. Dia yang bekerja di wedding organizer di sebuah pesta pernikahan. Membantu memperlancar jalanannya sebuah acara pernikahan. Myesha mendapatkan bagian membantu pihak keluarga pengantin untuk menuju ke tempat acara. Memastikan semua keluarga dan pengantin hadir di tempat acara tepat waktu.

Saat menunggu pengganti yang tegah bersiap, Myesha melihat pengantin wanita yang begitu cantik. Hal itu tentu saja membuatnya mengagumi. Sudah sering dia melihat pengantin. Namun, kali ini pengantin memang lebih cantik dibanding yang lain.

Suara HT yang dipegang Myesha terdengar memberikan perintah untuk pengantin segera bersiap ke ballroom hotel. Myesha dengan segera menuju ke kamar di mana pengantin tengah bersiap. Namun, tepat di depan kamar, pengantin pria menghentikannya. Meminta agar dia yang memberitahu pengantin wanita. Myesha pun mempersilakan pengantin pria.

Myesha memilih mengatur keluarga untuk bersiap ke ballroom hotel, karena acara akan segera dimulai.

Acara pesta dimulai. Myesha terus berkoordinasi dengan team untuk membuat jalannya pernikahan lancar. Tak mau ada kesalahan sama sekali di dalam pernikahan tersebut.

Satu per satu acara berjalan dengan lancar. Pengantin tampak begitu bahagia sekali.

Ketika pelemparan bunga, tampak pengantin tidak melemparkannya. Namun, langsung memberikan pada seorang pria. Hal itu membuat Myesha begitu tertarik. Jarang-jarang bunga diberikan secara langsung.

Bunga yang didapatkan dari pengantin, konon katanya membuat orang yang mendapatkannya akan segera menikah. Jika boleh meminta, Myesha pun juga ingin sekali mendapatkan bunga itu. Berharap bisa segera menikah dan bisa melepas kesengsaraan yang dihadapinya.

Myesha melanjutkan kembali pekerjaannya. Memastikan acara berjalan sesuai urutan acara yang ada.

Saat sedang melakukan pekerjaannya, Myesha melihat pria yang mendapatkan bunga dari pengantin wanita. Entah keberanian apa yang membuat Myesha mendekat. Dia ingin sekali memiliki bunga itu. Siapa tahu dia bisa segera menikah.

“Apa boleh bunga itu untukku?” tanya Myesha dengan polos.

Pria itu menatap Myesha, dan kemudian menatap bunga yang dibawanya. Karena merasa tidak membutuhkan bunga itu, dia pun memberikannya. “Ini untukmu.” Dia memberikan pada Myesha.

“Terima kasih.” Myesha tersenyum seraya menerima bunga itu. Dia segera membawa bunga itu pergi. Myesha menyimpan bunga di sudut ruangan. Nanti dia akan membawanya ketika pulang.

***

Acara pesta baru saja usai. Para tamu undangan mulai pergi satu per satu meninggalkan ballroom hotel. Di saat orang-orang meninggalkan ballroom hotel, para pekerja mulai merapikan dekorasi yang ada. Semua mulai melakukan pekerjaannya masing-masing.

Myesha memastikan tamu undangan untuk pulang. Sehingga bisa meminta staf lain membersihkan ballroom hotel. Agar tidak ada barang-barang yang tersisa di ballroom hotel.

Peluh sudah menetes di dahi Myesha. Pekerjaan ini cukup melelahkan untuknya. Namun, dia melakukannya dengan segenap hati. Tinggal di ibu kota bukan perkara mudah. Jadi tentu saja dia harus bekerja keras.

Sebagai lulusan sekolah atas kejuruan, pekerjaan ini yang bisa dilakukan. Dulu Myesha mengambil jurusan perhotelan. Dia tak mau membebani orang tuanya. Karena setelah lulus, dia bisa langsung bekerja. Alih-alih bekerja di hotel, dia bekerja di wedding organizer. Wanita dua puluh dua tahun itu sudah menekuni pekerjaannya itu selama tiga tahun. Bersyukur bagi Myesha. Karena dari awalnya hanya membantu saja, kini dia bisa dapat kesempatan untuk menghandle jalannya acara. Jadi paling tidak, ini jauh lebih baik dibanding tiga tahun yang lalu.

Pekerjaan berat kali ini dilakukannya hingga jam dua belas malam. Saat memastikan semua aman, barulah dia bisa pulang.

Sebelum pulang, Myesha mengingat jika tadi dia menyimpan bunga di sudut ruangan. Jadi dengan segera dia kembali masuk untuk mengambil bunga tersebut. Beruntung sekali, bunga masih ada. Jadi dia bisa membawanya pulang.

Di jam seperti ini, sudah tidak ada lagi angkutan untuk mencapai rumah, hingga jalan satu-satunya adalah menumpang di mobil catering. Kebetulan mobil menuju tempat yang sama. Jadi tentu saja Myesha bisa menumpang.

Myesha masuk ke mobil catering. Duduk di sebelah sopir yang memang sudah dikenalnya sudah lama. Dia menikmati perjalanan malam yang begitu sunyi. Maklum. Sudah hampir dini hari, jadi orang-orang pastinya sudah terlelap di rumah.

Mobil sampai di rumah. Myesha segera turun dari mobil dan berpamitan dengan sopir yang mengantarkannya. Dia masuk ke kamarnya melewati pintu belakang. Jalanan menuju ke kamarnya tampak sepi. Maklum, itu karena orang-orang sudah tidur.

Kamar Myesha berada bersebelahan dengan kamar pembantu. Di rumah yang ditempatinya memang hanya ada dua kamar pembantu. Salah satunya dipakai olehnya.

Myesha sampai di kamar. Tubuhnya begitu lelah sekali. Bekerja seharian membuatnya kehilangan hanya energi. Segera dia meletakkan tas dan bunga yang dibawanya. Tempat yang harus ditujunya segera adalah kamar mandi. Dia harus segera membersihkan tubuhnya.

Seusai membersihkan diri, Myesha segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Myesha melihat langit-langit kamarnya. Pikirannya melayang memikirkan rutinitasnya setiap hari.

Saat memikirkan itu, tiba-tiba Myesha teringat dengan bunga yang dibawanya tadi. Dengan segera dia bangun. Mengambil bunga tersebut. Kebetulan di kamarnya ada vas bunga, jadi dia pun segera memindahkan bunga itu ke vas bunga tersebut. Myesha tersenyum ketika melihat bunga yang tersusun rapi.

“Aku harus segera tidur. Besok aku harus bertemu pria yang diminta Nona Zelda.” Myesha segera merebahkan tubuhnya lagi. Besok dia harus bangun pagi untuk bertemu dengan pria yang diminta Zelda. Jadi dia harus segera tidur.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sylvia Rachman
belum jelas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status