Home / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Bab 223. Kolaborasi Sisca dan Sarah

Share

Bab 223. Kolaborasi Sisca dan Sarah

Author: Silvania
last update Last Updated: 2025-05-18 14:34:45

"Sukses?" tanya Sarah tanpa basa-basi.

"Sepertinya begitu. Semua yang kau katakan tentang Arnold benar adanya. Dia gampang sekali dibodohi."

"Aku bersamanya cukup lama sebelum wanita licik itu merebutnya dariku. Jadi, sudah pasti aku tahu semua tentang dirinya. Hal sekecil apa pun aku tahu, Sisca. Jadi, kau hanya perlu mengikuti arahanku!" jawabnya sambil tertawa puas.

"Tapi awalnya aku sungguh kesal. Dia membentakku, Sarah. Dia sangat menyebalkan, padahal ayahnya tidak pernah bersikap kasar padaku."

"Dia memang arogan, tapi hanya di awal. Dengan mempertahankan sikap polosmu itu, aku yakin dia akan tunduk padamu. Dan pastikan kau tidak gagal. Dengan bersikap polos seperti itulah Emily merebut Arnold dariku, dan sekarang dia harus merasakan bagaimana rasanya suami yang dicintainya direbut oleh orang lain—dengan cara licik seperti yang dia lakukan dulu!"

"Tenang saja, Sarah. Kau cukup duduk manis dan mempercayakan semuanya kepadaku. Ngomong-ngomong, Arnold sangat tampan. Kau y
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 225. Menenangkan Diri

    Emily duduk bersimpuh di antara dua nisan orang tuanya setelah menaburkan bunga. “Papa, Mama, Emily rindu…” Tanpa bisa ditahan, butiran air mata mengalir deras di kedua pipinya. Pandangannya mulai kabur. “Sebentar lagi Emily akan menjadi seorang ibu. Ternyata tidak mudah mengandung seorang bayi, Ma. Sekarang Emily bisa merasakan betapa beratnya Mama dulu saat mengandung Emily.” Emily mencurahkan isi hatinya. Tak ada teman yang bisa diajak bicara seperti kedua orang tuanya—yang mencintainya tanpa syarat. “Mama, terima kasih untuk cinta dan kasih sayangnya. Papa, terima kasih telah menjadi ayah yang berjuang tanpa lelah membesarkan Emily.” Ia bangkit perlahan dari duduknya. Kepalanya sedikit pusing karena terlalu lama menangis. “Papa, Mama… Emily pamit dulu. Mungkin Emily akan sering ke sini. Dan… maafkan Emily karena telah mencintai laki-laki yang salah.” Dengan berat hati, Emily melangkah meninggalkan makam orang tuanya. Perasaannya sedikit lega setelah mencurahkan isi hatinya

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 224. Firasat Seorang Istri

    Arnold menghela napas pelan. Dia sebenarnya paling tidak suka ditekan. "Bukan tidak mau, tapi aku hanya menjaga apa yang sudah Papa William atur di Maurer. Mungkin aku bisa saja mengganti semua karyawannya, tapi harus dengan alasan yang jelas. Tidak mungkin, kan, aku memecat Sisca hanya karena istriku cemburu." Arnold mencubit pelan pipi Emily yang tampak chubby. Sejak hamil, Emily memang menjadi lebih sensitif. Emily mengangguk. Ia kecewa, namun cukup tahu diri untuk tidak ikut campur lebih dalam ke dunia kerja Arnold. "Nanti aku akan mengenalkan Sisca, biar kamu tidak berpikiran kalau aku bermain di belakangmu." Diusapnya pipi Emily. Arnold bahkan tidak pernah terpikir untuk menduakan istrinya, saking cintanya pada Emily. Emily melanjutkan makannya dengan perasaan dongkol. Yang membuat Emily semakin kesal, Arnold mulai meninggalkan kebiasaan saat makan bersama. Biasanya, Arnold tidak akan pergi sebelum makanan di piring Emily habis. Namun kali ini, dia pergi tanpa menunggu Emi

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 223. Kolaborasi Sisca dan Sarah

    "Sukses?" tanya Sarah tanpa basa-basi. "Sepertinya begitu. Semua yang kau katakan tentang Arnold benar adanya. Dia gampang sekali dibodohi." "Aku bersamanya cukup lama sebelum wanita licik itu merebutnya dariku. Jadi, sudah pasti aku tahu semua tentang dirinya. Hal sekecil apa pun aku tahu, Sisca. Jadi, kau hanya perlu mengikuti arahanku!" jawabnya sambil tertawa puas. "Tapi awalnya aku sungguh kesal. Dia membentakku, Sarah. Dia sangat menyebalkan, padahal ayahnya tidak pernah bersikap kasar padaku." "Dia memang arogan, tapi hanya di awal. Dengan mempertahankan sikap polosmu itu, aku yakin dia akan tunduk padamu. Dan pastikan kau tidak gagal. Dengan bersikap polos seperti itulah Emily merebut Arnold dariku, dan sekarang dia harus merasakan bagaimana rasanya suami yang dicintainya direbut oleh orang lain—dengan cara licik seperti yang dia lakukan dulu!" "Tenang saja, Sarah. Kau cukup duduk manis dan mempercayakan semuanya kepadaku. Ngomong-ngomong, Arnold sangat tampan. Kau y

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 222. Tendangan Pertama

    "Kapan suamiku pulang?" tanya Emily kepada sopirnya. "Saya kurang tahu, Nyonya. Tapi saat saya berangkat menjemput Nyonya tadi, Tuan belum datang." Emily mengangguk. Ia pun turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. "Sayang, maafkan aku!" Kedatangan Emily langsung disambut oleh Arnold di depan pintu. Ia masih mengenakan jasnya; rupanya, ia juga baru saja pulang. Emily tidak menjawab. Ia berlalu meninggalkan Arnold karena terlalu kesal. Namun, baru beberapa langkah menjauh, Arnold memeluknya dari belakang. "Tunggu sebentar, aku bisa menjelaskannya," bisiknya lirih. Emily masih diam. Ia terlanjur kecewa dan enggan menjawab. "Saat aku hendak menyusulmu ke klinik, Sisca pingsan. Hanya ada aku dan dia di dalam lift. Kami pulang agak telat karena menyelesaikan beberapa laporan proyek. Aku terpaksa membawanya ke rumah sakit, dan sialnya, baterai ponselku habis. Aku lupa mengecasnya." 'Sisca? Aku tidak mengenalnya,' batin Emily. Ingin sekali bertanya, namun ia menahannya.

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 221. Kemana Dia?

    Emily mengurungkan niat untuk meletakkan jas Arnold ke dalam keranjang pakaian kotor. Ia menaruhnya di atas buffet, lalu menghampiri Arnold yang tengah terlelap hanya mengenakan boxer. Ditelitinya wajah dan tubuh suaminya, namun tidak ada yang mencurigakan. ‘Ah, mungkin hanya perasaanku saja. Arnold tidak mungkin macam-macam, apalagi ada Robert. Robert tidak akan membiarkannya berbuat yang tidak-tidak di belakangku,’ batinnya, mencoba menenangkan diri. Tidak baik berprasangka buruk, apalagi suaminya selalu memberinya kabar ke mana pun dia pergi. Emily merebahkan tubuh di samping Arnold dan ikut tertidur. --- Pagi menyapa. Emily mengerjapkan mata perlahan saat merasakan sesuatu menggelitik perutnya. Karena matanya masih berat, ia hanya menyentuh perutnya yang ternyata sudah terbuka. "Tidurmu nyenyak, Sayang?" suara serak Arnold langsung membuat mata Emily terbuka sempurna. "Kau sudah lama bangun?" "Lumayan. Aku menunggumu bangun, tapi kau tampak sangat lelap, jadi aku tidak teg

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 220. Kelebihan Sisca

    Terdengar helaan napas pelan. Belum satu jam Arnold berada di Maurer, Sisca sudah berkali-kali mendapat teguran dari atasan barunya itu. "Apa kau tuli?" tanya Arnold yang sejak tadi menunggu jawaban dari Sisca, namun belum juga mendapat respons. Sisca segera mengangguk. "Baik, Tuan. Saya akan memakai pakaian yang lebih tertutup mulai besok," janjinya. Padahal, hampir semua pakaiannya mini. Mau tak mau, Sisca harus berbelanja pakaian baru. "Ya sudah, kau boleh keluar." Sisca mundur perlahan sebelum akhirnya keluar dari ruangan Presdir. Sesampainya di meja kerjanya, Sisca menghempaskan tubuh ke kursi dan memejamkan mata. Dia menghela napas berat. "Dimarahi Tuan Arnold?" tanya Gwen, yang sudah sangat mengenal watak Arnold. Pengalaman bekerja bersamanya beberapa tahun lalu membuat Gwen tahu betul apa yang disukai dan tidak disukai Arnold. "Hmm." "Makanya, jangan kecentilan!" kelakar Gwen sambil meletakkan tumpukan file di atas meja. "Aku nggak centil. Aku bahkan datang pagi-pagi

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 219. Sekretaris Baru Meresahkan

    Emily menyipitkan matanya, menatap sang suami yang mendongakkan kepala, menunggu jawabannya. "Aku tanya kamu karena kamulah yang akan tersiksa menahan rindu saat aku tidak ada di rumah!" ucapnya dengan penuh percaya diri, padahal jelas-jelas dia yang selalu resah ketika tidak ada kabar dari istrinya. "Apa tidak sebaliknya? Kau yang tidak bisa jauh dariku, hm?" Arnold bangkit dari posisi tidurnya dan langsung menarik tengkuk Emily, lalu menciumnya dengan lembut. "Karena aku mencintaimu, juga calon buah hati kita," gumamnya lirih setelah melepaskan bibirnya. "Jadi, apa kau mengizinkanku untuk kembali memegang Maurer?" "Aku bingung. Aku ingin kau selalu bersamaku, tapi aku juga tahu bahwa kau bukan sepenuhnya milikku. Kau milik orang tuamu, Arnold. Jadi sudah selayaknya kau membantu mereka, terlebih kondisi Papa seperti sekarang ini." "Jadi aku harus menerimanya, walaupun waktuku akan semakin sedikit untukmu?" tanyanya sambil menarik tubuh Emily dan memeluknya erat. Emily hanya di

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 218. Maurer Untuk Arnold

    Mandy dan Yolanda terlihat salah tingkah. Yolanda bahkan tampak sangat pucat. "Tante, kenapa tidak dijawab?" Sorot mata tajam Arnold membuat keduanya kesulitan bernapas. "Yolanda, jawab!" seru Arnold semakin menuntut. "Itu—" "Memangnya kenapa kalau kami pulang lebih dulu? Kalian kan sudah ada di sini!" potong Mandy, mencoba membela diri. Perkataan itu justru membuat Arnold semakin geram. "Kalian—" "Sayang, sudahlah. Jangan berdebat di depan Papa," ujar Emily sambil merengkuh tubuh Arnold dari belakang. Suaminya memang mudah tersulut emosi jika sudah menyangkut orang-orang yang dicintainya. Arnold mengusap wajahnya kasar, lalu berbalik dan memeluk Emily. "Apa kau mau kembali ke rumah? Aku akan meminta Robert mengantarkanmu pulang. Kau pasti lelah." Ia mengecup kening Emily dan mendekapnya erat. Di saat-saat seperti ini, Arnold sangat membutuhkan Emily, namun ia juga mengerti kondisi istrinya. "Aku di sini saja menemuimu. Biarkan Mama yang pulang," ujar Emily s

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 217. Hari Bahagia

    "Lepaskan!" Wanita itu berteriak, membuat orang-orang di sekitar mereka menatap heran. Arnold seketika melepaskan cengkeramannya. Tanpa perlu melihat wajahnya, ia tahu bahwa wanita ini bukanlah Sarah. "Apa yang Tuan lakukan? Kenapa menarik tangan saya?" cecarnya, melontarkan berbagai pertanyaan. "Maafkan aku, aku salah orang," ucap Arnold sembari membungkuk, lalu segera berlalu kembali ke kedai kopi dengan ribuan pertanyaan memenuhi kepalanya. "Kenapa wajahnya berbeda sekali? Tapi aku yakin Sarah ada di sini," gumamnya sambil menoleh ke kanan dan kiri. Arnold tidak bisa mengabaikan pikiran tentang Sarah, terlebih saat ini Emily sedang mengandung. "Kenapa lama sekali, Sayang?" tanya Emily ketika Arnold duduk kembali di kursinya. Minuman dan camilan mereka sudah tersaji di atas meja sejak beberapa waktu lalu. "Antre. Banyak orang, Sayang," jawabnya berbohong. Emily mengangguk pelan, lalu menyesap jus jeruk yang Arnold pesan untuknya. Mereka bertiga berbincang ringan, namun Arno

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status