Home / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Bab 26. Emosi Yang Meledak

Share

Bab 26. Emosi Yang Meledak

Author: Silvania
last update Huling Na-update: 2025-03-04 00:24:33
Arnold menatapnya tajam, tetapi dalam sekejap, sesuatu dalam dirinya seperti tersadar.

Ia bisa merasakan tubuh Emily yang sedikit gemetar, wajahnya yang pucat, dan sorot matanya yang tidak lagi menunjukkan perlawanan—hanya ketakutan.

Arnold mengembuskan napas kasar, lalu perlahan melepaskan genggamannya.

Emily segera mendorong tubuh Arnold dengan sekuat tenaga hingga pria itu terdorong ke belakang. Dengan cepat, ia merapatkan jubah tidurnya, lalu bangkit dan mundur menjauh.

"Keluar!" suara Emily bergetar, tapi tatapannya penuh dengan kebencian.

Arnold masih duduk di tepi kasur, menatap Emily dengan mata yang sulit diartikan. Ada sesuatu dalam hatinya yang berkecamuk, tapi ia tidak tahu bagaimana mengendalikannya.

Emily mengatupkan bibirnya erat. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh membasahi pipinya.

"Aku bilang keluar, Arnold!" kali ini suaranya lebih keras, nyaris berteriak. Tak pernah sebelumnya Emily bersikap seperti ini.

Arnold mengepalkan tangannya, l
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 232. Menjebak Sisca

    "Maafkan saya, Tuan. Seharusnya Emily mendapat keringanan karena kondisinya yang sedang hamil. Namun petugas penyidik tampaknya tidak mengetahui, sehingga mereka memperlakukannya selayaknya terlapor biasa," ucap Andreas, nada suaranya tulus menyesal.Arnold menghela napas keras, hampir seperti desahan amarah yang ditahan. Rahangnya mengencang, dan matanya menatap lurus ke arah Andreas dengan sorot tajam. Ingin rasanya ia kembali meluapkan kemarahan, tapi ia tahu ini bukan sepenuhnya salah Andreas. Bahkan pria itu justru menunjukkan itikad baik."Tolong pastikan tidak ada lagi penyidikan kepada Emily setelah ini. Semua yang dikatakannya benar dan aku menjaminnya," ujar Arnold dengan nada tegas. "Kami juga sedang mengumpulkan bukti untuk menjerat pelapor.""Tentu saja, aku yang akan memantau langsung kasusnya," sahut Andreas. Tatapannya serius, penuh tanggung jawab. "Aku sangat percaya kepada Emily.""Baiklah. Aku pegang kata-katamu. Semoga keadilan berpihak pada yang benar."Arnold men

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   231. Jangan Ditekan

    Andres menyerahkan Emily kepada Arnold. Dia pun berjalan di depan, langkahnya mantap namun dibayangi kegelisahan, lalu menunjukkan ruangan klinik yang ada di kantor kepolisian yang berada di bawah pimpinannya.Samar terdengar suara isak tangis dari belakang. Nyonya Ruby yang menemani Emily sejak awal ke kantor polisi sudah merasa khawatir. Sejak menantunya masuk ke dalam ruangan satu jam lalu dan belum juga keluar, hatinya diliputi kecemasan. Jemarinya meremas-remas tas tangan yang ada di pangkuan, bibirnya komat-kamit melantunkan doa.Sesampainya di klinik, Arnold membaringkan Emily di atas tempat tidur perlahan, penuh kehati-hatian, seolah takut menyakiti. Ia menatap wajah pucat istrinya dengan rasa bersalah. Tangan Emily terasa dingin saat digenggamnya. Sementara itu, Andreas dan Nyonya Ruby menunggu di luar. Andreas mondar-mandir dengan resah di depan pintu, tak kalah gelisahnya.Tak lama kemudian, seorang dokter paruh baya masuk ke ruang periksa. Langkahnya tenang, pengalamannya

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   230. Pemeriksaan Emily

    “Tidak bisa, Tuan. Bukti yang kita punya tidak kuat dan kami hanya bisa menyelidiki sampai di sana. Selebihnya, untuk mengungkap kasus ini, kita harus menunggu Tuan William sadarkan diri atau mendapat pengakuan langsung dari tersangkanya.” “Dia tidak akan mengaku, Robert!” Suara Arnold merendah namun penuh tekanan. Matanya berkilat, bibirnya mengatup. Sebuah ide melintas cepat di benaknya—cara untuk mengungkap kebenaran yang selama ini mengambang. “Nanti malam datanglah ke rumahku. Ada yang ingin aku sampaikan.” “Baik, Tuan.” Arnold menutup teleponnya. Nafasnya ditarik panjang sebelum kembali masuk ke ruang perawatan. Saat itu, ia bersisian dengan Sisca yang baru saja keluar. Tatapan mereka bertemu sesaat. “Sampai berjumpa di pengadilan, Tuan,” bisik Sisca lirih. Senyum khas devil terukir di wajahnya—sombong, penuh kemenangan. “Tentu, aku tidak sabar,” balas Arnold datar, menutup pintu di belakangnya tanpa menoleh lagi. “Sombong sekali,” dengus Sisca, melirik tajam ke arah pint

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 229. Kerabat Sarah

    Nyonya Ruby melepaskan pelukannya. Wajahnya berubah tegang, rahangnya mengeras. Dia kaget bukan main mendengar perkataan Siska yang datang begitu tiba-tiba, menusuk harga dirinya sebagai seorang mertua."Kau menuntut menantuku?" tanyanya geram, sorot matanya tajam menelusuk wajah Siska.Siska tak bergeming. Suaranya dingin namun terdengar penuh kepastian. "Saya hanya ingin memberi pelajaran kepada orang yang semena-menanya. Maafkan saya, tapi saya sudah memberi kesempatan. Menantu Anda saja yang terlalu sombong."Di sudut ruangan, Emily meremas ujung risnya erat-erat. Nafasnya ditahan, dadanya sesak. Dia tidak akan terjebak lagi oleh lidah licin Siska. Tidak untuk kedua kalinya. Matanya lurus menatap lantai, mencoba menenangkan emosi yang mendidih dalam dadanya."Kenapa kau diam, Emily? Yang aku katakan tadi pagi bener, kan?" Siska tersenyum lebar, seolah baru saja memenangkan sebuah pertandingan. Kini, wajah aslinya mulai terlihat. Topeng ramah yang biasa dipakainya sudah mengelupas.

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 228. You're Mine

    Emily mendengus pelan. Tiketnya sudah melayang karena dirobek Arnold. Ia lalu berjalan keluar dari antrean. Melihat Emily pergi dengan wajah masam, Arnold tersenyum samar. Ia segera bangkit dan mengejarnya. "Kau mau meninggalkanku, hah? Bukankah kau sudah berjanji akan berada di sisiku sampai mati? Mana janjimu, Cantik?" ucap Arnold sembari merengkuh pinggang Emily dan mengecup pipinya. Emily yang masih kesal berusaha melepaskan pelukan Arnold, namun pria itu justru semakin mengeratkannya. "Tampaknya aku harus memasungmu di rumah agar kau tidak kabur-kaburan lagi!" tambahnya sarkastik. Emily tidak menjawab. Ia terus melangkah menuju pintu keluar. Langkahnya semakin cepat karena merasa risih ditatap banyak pasang mata. "Arnold, berhenti menciumku di tempat umum seperti ini. Aku malu!" ucapnya sembari mendorong wajah Arnold menjauh. "Ini sebagai hukuman karena kau berani meninggalkanku!" "Aku tidak meninggalkanmu. Kaulah yang membuatku pergi!" Langkahnya terhenti. Matanya berk

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 227. Ikut Pulang Denganku

    Arnold kembali ke ruangannya setelah gagal membujuk Sisca. Sisca bersikeras ingin membawa kasus ini ke pihak berwajib, dan Arnold pun tidak tinggal diam. Ia percaya sepenuhnya pada istrinya, hanya saja sejak awal Arnold berharap semuanya bisa diselesaikan secara baik-baik tanpa keributan. "Aku memohon demi istriku. Apa dia pikir aku lebih percaya orang yang baru kukenal daripada istriku sendiri yang telah menemaniku bertahun-tahun?" gumam Arnold sepanjang lorong menuju ruangannya. Saat memasuki ruang kantor, mata Arnold terpaku pada kunci mobil dan black card yang tergeletak di atas meja. Ia langsung berlari untuk memastikan bahwa yang dilihatnya benar-benar milik Emily. "Jangan bilang kau mau pergi meninggalkanku!" Arnold meremas black card itu hingga patah menjadi dua. Tanpa pikir panjang, ia bergegas keluar sambil menghubungi Robert. “Iya, Tuan!” “Cari keberadaan Emily. Dia kabur. Cek namanya di semua maskapai, pastikan tidak ada yang terlewat!” Arnold langsung memutus pa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status