Share

Flashback

"Mister..." Perawat menepuk pundak Steven.

Sedangkan pikiran Steven pada dua tahun silam.

“Lyn, aku berjanji apa pun yang terjadi kelak, aku tak akan meninggalkanmu,” janji Steven sambil merengkuh wanita yang baru dinikahi.

Sedangkan Lyn, dengan mesra melabuhkan satu ciuman di pipi Steven. Lyn sangat paham, lelaki yang dinikahinya ini bukan hanya untuk dirinya saja. Akan tetapi ia menerima itu karena sudah terlanjur mencintai dan terlebih lagi sudah ternodai. Sementara Steven menikahi Lyn karena besarnya nafsu yang tak bisa dikendalikan. Walaupun pada awalnya hanya ingin hubungan one night stand. Namun, setelahnya, Lyn terus mengejar ke mana pun Steven berada. Juga besarnya pengorbanan Lyn yang membuat lelaki ini menikahinya.

Posisi Lyn sebagai anak yatim piatu membuatnya tak banyak tuntutan dari keluarga. Sehingga Lyn tak dapat nasehat atau pun dukungan. Namun, setelah sebulan menikah Lyn baru merasakan rasa bersalah pada dirinya. Ia pun mulai meratapi kalau dirinya adalah wanita yang kurang beruntung dengan memutuskan memilih Steven. Padahal selain cantik, Lyn adalah seorang pet breeder terkenal di kotanya.

Pertemuannya di sebuah exhibition pencinta puppy membuat Lyn tak pernah melupakan senyuman dan tatapan mata biru Steven. “Hi,” ucap Steven pada Lyn yang sedang terpaku berdiri tepat di depannya. Agak kelagapan dan malu-malu Lyn menjawabnya, “He-hey!”

“Namumu Lyn Lyana ‘kan?” tanya Steven sambil menunjuk pada name tag yang terpasang pada bajunya sebalah kanannya. Lyn tersenyum, lalu mengulurkan tangannya & disambut sumringah oleh Steven, “Aku, Steven Alessio!”

Steven mulai melancarkan aksinya. “Puppy milikmu begitu energetic dan lucu, sudah lama kamu memeliharanya?” tutur Steven pura-pura mengerti tentang binatang. Padahal dia hanya sedang iseng mengitari lokasi. Sesungguhnya dialah kontraktor seluruh tempat dan menyangka bahwa Lyn adalah staff ‘Pet Shop’ yang sedang menjajakan hewan andalannya.

”Aku bukan hanya memelihara ini saja,” jelas  Lyn sambil mengusap Border Collie. Dia pun menunjuk pada semua hewan peliharaannya, “ Ini, itu dan semua!”

Steven melongo sambil mengerutkan keningnya. “Semua ini milikmu?”

Lyn tersenyum sambil mengangguk. Sedangkan Steven tak beraksi apa pun.

***

Sore harinya, setelah pameran berakhir. Steven kembali menghampiri Lyn yang sedang beres-beres. “Perlu bantuan?” tawar Steven sambil mengangkat kandang-kandang besi yang berisi puppies. Tangannya pun meraih keranjang-keranjang berisi binatang dan memasukan ke dalam minicab.

Setelah semuanya beres, sopir pribadi Lyn mengajak pulang, “Nona, ayo pulang!” sambil bergegas masuk mobil dan menstarternya. Baru saja mulut Lyn mau membuka, Steven menyela, “Pak, biarkan Nona ini saya yang antar…”

Seketika Lyn menoleh pada Steven dan mengerutkan keningnya.

Sementara Steven segera membuka mobilnya, lalu berkata, “Ayo Lyn, aku mau kamu menunjukan kota Fenghuang!”

Mendengar itu Lyn seperti tak ada pilihan, ia  pun segera menyuruh sopirnya untuk pergi, “Pak, pergilah ke workshop, nanti aku menyusul!”

Setelah itu, Lyn segera masuk ke dalam mobil Steven. Kemudian ia pun melajukan mobil BMW i8 dengan penuh percaya diri. Menjadi seorang pembisnis papan atas Steven cukup punya kendali dalam memilih life style agar tetap up to date.

Begitu pula dengan Lyn walapun dirinya hidup sebatangkara, akan tetapi cukup pintar memilih dengan siapa bergaul atau menerima kenalan baru. Lyn memang hanya memilih kalangan atas, karena menurutnya mereka adalah orang yang terdidik juga tidak akan bersikap norak apalagi bergossip. Sedangkan Steven menganggap Lyn hanya sebagai teman sesaat saja dan sepertinya mereka dua sudah salah berpersepsi.

Begitu mereka sampai pedesaan di kota kecil nan indah ini. Steven membuka pembicaraan, “Lyn, kamu tinggal di sini?” tanya Steven sambil menatap muka Lyn yang mulus.

Sebelum menjawab Lyn tersenyum, “Aku dibesarkan di Beijing. Di sini adalah tempat pengembangbiakan hewan peliharaanku!”

Steven memang tidak terlalu menyimak, ia pun memarkirkan mobilnya di sebuah tempat bersejarah ternama di kota ini. Ialah peninggalan dinasti Ming & Qing.

Lyn & Steven berjalan-jalan santai sambil menikmati pemandangan. Diselangi penjelasan dari Lyn akan beberapa tempat kuno. Dalam hitungan jam mereka sudah akrab seperti layaknya sepasang kekasih. Kini, tangan Steven pun sudah menggandeng jemari wanita Pet Breeder ini.

Beberapa saat mereka hening, karena disibukan pengambilan gambar oleh kamera handphone milik masing-masing.

Kemudian Lyn pun kembali berbicara, “Aku di sini tinggal bersama karyawanku, juga aku adalah orang tunggal yang tak memiliki saudara atau orang tua.”

Mendengar pernyataan itu Steven seperti mendapat lottery, inilah yang ia cari-cari. Wanita yang tak memiliki keluarga atau pun saudara. Merupakan akal licik dalam mengelabui wanita dengan kata-kata manis juga memberikan hadiah. Tentunya, setelah menikmati semua miliknya dengan cara yang tak manusiawi.

Steven kembali mengeluarkan jurusnya, “Lyn, kamu bisa temani aku hingga besok pagi? Aku ada meeting dan tidak memiliki teman.” Perkataan Steven yang spontan dan tanpa basa-basi adalah jurus jitu untuk mendapatkan simpati dari seorang gadis polos atau wanita mana pun. Dengan tegas Lyn menjawab, “Okey! Tapi, aku harus pulang dulu untuk mengganti pakaian.”

Seketika hati Steven bersorak. Namun bibirnya menyiratkan senyuman menawan yang membuat Lyn berbunga-bunga.

“Nanti, kita beli di boutique dekat tempat aku menginap, agar tidak terlalu menyita waktu." Ajak Steven dengan lembut.

Lyn menatap kedua pupil biru Steven, “Baiklah!” menandakan persetujuan.

Setelah makan dan berkeliling ke beberapa tempat. Mereka pun akhirnya kembali ke dalam mobil. Mobil pun Steven lajukan dengan cepat, kurang dari satu jam mereka pun sudah sampai di penginapan.

-Yi Hotel-

Lyn berdiri tegap di depan hotel mewah berbintang empat ini sambil tersenyum, 'Mimpi apa aku ini bisa menginap di hotel yang diminati banyak turis lokal dan international? Juga bersama seseorang pria gentlemen ini!' Lyn berbicara dalam senyap.

“Hey, kenapa terpaku di sana Lyn?” ujar Steven sambil menarik lembut lengannya.

Lyn agak terkejut, kemudian dengan segera mengikuti langkah Steven. Sambil meremas halus lengan Lyn, Steven menekan tombol 5 pada lift, adalah tujuan kamarnya. Di dalam lift, kedua mata birunya sudah begitu jeli memperhatikan per senti tubuh mungil Lyn, yang sesekali menelan ludah.

Tring!

Pintu lift pun terbuka, Steven belok kiri dan diikuti oleh Lyn dari belakang. Begitu sampai di kamar nomor 552, Steven mengeluarkan acces card, lalu menempelkannya pada compressor digital pintu.

Pintu terbuka. Namun Lyn masih terpaku di depan pintu. Sadar akan wanita yang baru dikenalnya tadi siang masih berdiri tegak di luar kamar. Steven menoleh, lalu tersenyum, “Hey, what happened ? Don’t you like the room?”

Lyn menjawab, “But…”

Steven mengerutkan kening dan alisnya. Cepat sekali menarik tangan Lyn sambil berucap pelan, “Please come in, kamar ini luas dan lihatlah view dari jendela….”

Dengan sedikit ragu bercampur bahagia Lyn pun masuk kamar. Lalu berjalan ke arah jendela. Tatapannyan ke arah pemandangan yang begitu sempurna. Sedangkan Steven berdiri di belakangnya, “Lyn, kamu suka?” bisiknya tepat di dekat telinga Lyn. Itu, membuat wanita cantik bertubuh mungil ini bergetar. Lalu, tangan Steven sudah melingkar di pinggangnya.

Lyn mulai mengelak serta dengan gesit menepis tangan Steven. Ternyata reaksi Lyn malah menggugah nafsu bejat Steven juga semakin beringas mencengkram Lyn.

Dari sini Lyn baru tersadar bahwa dirinya sedang masuk perangkap lelaki asing dan sudah siap menerkamnya. Dengan cepat Lyn lari menuju ke arah pintu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status