Share

5 : Kenapa di Saat Seperti ini?

Sepasang pelanggan yang menguras fokus Irene tersebut duduk tepat dibelakangnya. Diantara ketiga kawan makan Irene, hanya Rey yang sadar perubahan tingkah laku Irene. Rey mengamatinya sedari tadi. Mata Rey mengikuti arah matanya. Dan yang ia temukan adalah sesosok lelaki jangkung yang terlihat seperti pegawai kantoran dengan perempuan berambut sependek bahu. Rey kembali menatap Irene. Ia bertanya-tanya. Apa hubungan Irene dengan lelaki itu? Mengapa mata Irene sampai bergetar?

Di keramaian cafe itu, fokus Irene ke arah laki-laki tadi yang mana merupakan mantan kekasihnya, David. Mantan kekasihnya itu rupanya juga memperhatikan Irene. Dia duduk di seberang kiri tempat duduk Irene cs. Irene berusaha memalingkan pandangan ke arah ketiga teman makannya. Rey yang memperhatikan gerak gerik Irene, merasakan kegelisahannya. Dalam hati, Irene meracau, "kenapa harus sekarang?!". Situasi ini membuat semua mood Irene kacau balau. Irene menggigiti bibirnya. Ia merasa tidak nyaman. Ia rasanya ingin keluar dari situasi menjengkelkan ini. 

"Guys, a-aku ke toilet bentar ya" tanpa perlu mendengar jawaban lawannya, sejurus kemudian Irene sudah meninggalkan tempat duduknya. Rey yang sadar dengan kondisi Irene, terlihat khawatir. Sedangkan teman-temannya terus melanjutkan perbincangan. 

Irene menatap ke arah cermin besar yang terdapat di dalam toilet. Kedua tangan Irene menyanggah pada wastafel. Ia menghirup nafas panjang sembari menutup mata dengan lelah. Tangannya meraih penutup keran agar air dapat mengucur. Ia mengambil air dengan telapak tangannya, lalu membasuhkan pada wajahnya. Kepalanya mendongak ke atas. Matanya tertutup rapat. Bulir-bulir air menetes dari kedua kelopak matanya. Irene merasa kasihan pada dirinya sendiri. Ia juga malu. Padahal untuk apa Irene merasa malu? Dia kan tidak salah sama sekali. Irene lagi-lagi menghela nafas panjang yang berat. Ia setidaknya harus menguatkan hati hanya untuk hari ini. Setelah semua 'hutangnya' lunas, ia bisa menjerit lagi sepuasnya. Irene akhirnya membulatkan tekadnya untuk keluar dari toilet.

Ketika Irene keluar dari toilet dan mendongakkan kepalanya, betapa terkejutnya ia mendapati sang mantan kekasih berdiri tepat di depannya. David menatap Irene khawatir. Irene merasa jijik, lalu mengubah ekspresi kagetnya menjadi jutek. 

"Minggir" ucap Irene datar

"Kamu gak papa?" Tanya David membuat Irene muak

"Aku gak punya urusan lagi sama kamu. Pergi dari sini atau aku yang pergi dari cafe ini" Ancam Irene

"Jangan begitu Rene... Aku ingin kita pisah dengan baik-baik.. supaya-" 

"Baik-baik?" Irene terkekeh miris. "Simpan semua kata manismu itu untuk calon istrimu, karena aku sudah tak peduli" Irene menekan kata per kata dengan nada yang dingin.

David terdiam. Irene membuang wajahnya kesamping. "Oke, kalau kamu masih betah disini, aku yang pergi" Irene berjalan melewati David. Namun, lengan Irene dicegah oleh tangan David. "Tidak. Aku yang pergi. Dari cafe ini" ucap David pelan. Irene menghentakkan tangan David agar menyingkir dari lengannya. "Oke. Pergilah sekarang juga. Dan.. jangan menyentuhku lagi" Lalu Irene melenggang pergi.

Tangan Irene menarik kursi yang tadi ia duduki. Rey dari sudut matanya melihat Irene yang sedikit pucat. Ana dan Alex tidak menyadari apapun. Mereka berdua sibuk berbincang-berbincang sambil sesekali memakan dessert coklat dihadapan mereka. Irene samar-samar menghela nafas lalu berusaha tersenyum. 

Mata Irene menyelidik ke arah tempat duduk mantan kekasihnya. Benar saja, David sudah hilang dari peredaran. Irene sangat lega.

Rey memperhatikan Irene yang terlihat berkeringat, padahal cuacanya dingin. Rey kemudian berinisiatif memberikan minumannya yang belum ia sentuh sama sekali pada Irene. Agak terkejut, Irene berusaha menolak.

"Kakak kelihatan haus. Aku gak terlalu suka minuman ini"

"Makasih" Irene tersenyum tipis.

Ditengah perbincangan, Irene menanyakan dimana kampus mereka bertiga.

"Universitas Exford kak" jawab Ana. "Mereka berdua fakultas teknik elektro dan aku fakultas bahasa" imbuh Ana.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9.45 malam. Mereka berempat sudah puas berbincang-bincang dan tertawa. Sudah waktunya untuk mereka pulang kerumah masing-masing. Irene menaiki taxi yang sudah berhenti di depan cafe. Tiga sekawan Universitas Exford melambaikan tangan pada Irene.

Ana dan Rey sedang menunggu Alex yang sedang ke toilet. Ana memandangi Rey sekilas.

"Kamu suka kak Irene ya?" Tanya Ana tiba-tiba pada Rey

Rey terkejut, "maksudmu?"

"Tadi kamu ngeliatin kak Irene mulu" ucap Ana dengan mata selidik

Rey lagi-lagi terkejut. Apa Ana memperhatikannya dari tadi? Padahal wanita yang Rey sukai itu Ana. 

"Bukan gitu, aku cuma khawatir soalnya-" Rey menjeda ucapan karena sadar ia hampir membocorkan sesuatu, yaitu fakta bahwa tadi ia melihat Irene dan seorang lelaki bertengkar di toilet.

Ana menunggu Rey melanjutkan cerita. Untungnya Rey terselamatkan dengan kedatangan Alex. Rey pun mengalihkan pembicaraan untuk mengajak pulang mereka bertiga. Ketiganya pun berjalan beriringan menuju halte bus terdekat.

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status