Irene Sasmita adalah wanita muda berumur 25 tahun dan seorang sekretaris perusahaan swasta. Suatu hari, tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh pesan Whatsapp dari sang pacar mengatakan bahwa ia akan menikah dengan wanita lain pilihan orang tuanya. Seketika saja dunia Irene hancur lebur. Irene tak lagi percaya dengan adanya cinta sejati dan laki-laki yang setia. Namun, takdir mempertemukannya dengan Rey, yaitu lelaki muda pelayan cafe "Love Latte" yang bekerja paruh waktu untuk membayar kuliahnya. Irene dan Rey bertemu secara tidak sengaja di cafe tersebut hingga membawa mereka ke hubungan yang lebih dalam. Akankah Rey dapat mengubah pandangan Irene tentang cinta dan kesetiaan? Bagaimana cara Rey meyakinkan Irene bahwa masih ada seseorang yang tulus mencintainya apa adanya?
View More14 Februari 2021. Sabtu, pukul 17.00 WIB. Waktu yang terpampang di layar HP Irene. Irene tersenyum tipis dan mulai membereskan meja kerjanya. Hari ini valentine, Irene berbunga-bunga memikirkan alur cerita indah bersama David, sang pacar. Sudah 5 tahun mereka berdua menjalin asmara. Selama itu pula, rasa cinta Irene pada David tak pernah pudar.
Kaki yang dibalut highells hitam itu berjalan dengan gembira. Irene segera menghentikan taxi, lalu duduk di dalam taxi dengan mata berbinar. Hari ini ia dan David berencana menghabiskan waktu makan malam berdua di sebuah cafe bernama "Love Latte". Kopi disana sangat enak menurut David. 10 menit kemudian, taxi yang membawa Irene telah sampai didepan cafe tersebut. Mata Irene celingak celinguk mencari keberadaan kekasih hatinya. Tapi Nihil. Tak ada David disana. Mungkin kekasihnya itu sedang dalam perjalanan atau terkendala macet. Irene memilih tempat duduk di baris sebelah kanan, didekat jendela yang mengarah ke jalanan.
Kembali Irene melihat layar handphonenya. Menunjukkan pukul 17.15 WIB. Irene menghela nafas sambil berusaha tersenyum.
"Mau pesan apa kak?" Seorang pelayan laki-laki menghampiri Irene. Membuat fokus Irene terpecah. "O..oh.. saya pesan..." Irene membuka buku menu dan melihat-lihat sebentar menunya untuk memutuskan akan memesan apa. "Dua love coffe latte" dan dua red velvet cake ya mas", Irene meneruskan pesanannya sambil menyerahkan buku menunya pada pelayan laki-laki tersebut. Pelayan tersebut mengangguk dan meminta Irene untuk menunggu. Lalu pelayan itu pergi dari hadapan Irene.
Pelayan laki-laki tadi menyerahkan pesanan Irene pada Barista. Barista itu membaca pesanan Irene. Kemudian ia mulai membuatnya.
"Bro, yang pesen ini cantik banget" ucap pelayan laki-laki tadi yang mempunyai nama Alex pada Rey, si barista cafe. Rey hanya memutar bola mata jengah.
Sudah kesekian kali Irene menghela nafas panjang sambil melihat ke arah layar handphone. Sudah lebih 35 menit Irene duduk sendiri di cafe tersebut. Tidak ada tanda-tanda datangnya David. Pesan Whyappsnya pun belum dibalas oleh David. Irene mulai gelisah dan khawatir. Pelayan yang tadi melayani Irene, yaitu Alex telah datang membawakan pesanannya. Tiba-tiba "ting!"
Bunyi whyapps dari HP Irene berbunyi. Dengan cekatan Irene mengambil HPnya. Dilihat ternyata dari David. Tanpa basa basi Irene membuka pesan dari David. Irene membaca dengan cepat dan seketika mengucap pelan "Hah!". Alex yang masih disitu sedikit menoleh kaget. Bibir Irene terbuka sambil tangannya menghalangi bibirnya. Mata Irene membelalak kosong. Dengan ragu dan sedikit gelisah, mata Irene membaca satu persatu kata yang terpampang di layar HPnya.
"Maaf Rene baru balas"
"Kita tidak bisa lagi bertemu"
"Aku sudah dijodohkan."
Dengan wajah spechless, Irene tidak langsung mempercayai pesan dari David. Pasti David sedang melakukan prank pada Irene. Tidak mungkin ini serius karena Irene dan David sudah berpacaran selama 5 tahun. Tidak pernah ada kata putus sedikitpun dari mulut David sebelumnya. Dengan tangan yang sedikit bergetar, Irene mengetik balasan di Whyapps,
"Haha"
"Kamu bercanda kan?"
"Gak lucu ah😂"
Irene menggigiti kukunya gelisah. Alex yang masih betah berdiri didekatnya sangat kepo dengan apa yang terjadi pada Irene.
'Ting!!' Irene langsung membuka whyapps dan jleb!
"Aku serius Irene."
"Mulai sekarang kita tidak perlu bertemu"
"Makasih ya udah mengisi hari-hariku."
"Maaf"
Dada Irene tiba-tiba saja menjadi sesak dan penglihatannya seketika buram. Irene memejamkan matanya sejenak. Sayup-sayup terdengar suara pelayan tadi yang bertanya-tanya apa yang sedang terjadi dan menanyakan keadaan Irene
Irene tidak menghiraukannya dan berusaha berdiri. Dia berjalan terhuyung, keluar cafe dan segera menghentikan taxi. Panggilan pelayan laki-laki itu tidak Irene hiraukan. Ia masuk kedalam taxi. Sopir melajukan mobilnya menelusuri jalanan kota yang padat. Sedang Irene menatap jalanan dengan mata kosong dan bingung.
Irene tidak langsung pulang ke apartemennya. Melainkan ke apartemen milik David. Ternyata David tidak disana. Hanya ada satu pilihan, yaitu rumah orangtua David. Dengan bergegas Irene pergi kesana.
'Tok tok tok'Irene mengetuk pintu rumah itu. 'Tok tok tok'Sekali lagi Irene mengetuknya sambil berteriak memanggil nama David. Sesaat kemudian, sudah muncul sosok ibu dari kekasihnya. "Kenapa kau kesini?" Dengan ketus Ibu David bertanya"Ibu, apa David ada disini? Aku ingin berbicara dengannya" Irene berbicara dengan memohon. "Tidak usah bertemu atau berbicara lagi dengan anakku, karna minggu depan ia akan menikah" jawab ibunya sembari bersendekap dada.Irene yang mendengar perkataan dari Ibu kekasihnya langsung membelalak tak percaya. Dari balik pintu, mata Irene menangkap sesosok wanita berambut sebahu yang sedang duduk manis di ruang tamu. Irene tidak mengenal wanita itu sama sekali. Siapakah dia? Apakah wanita yang akan dijodohkan dengan kekasihnya itu?
BERSAMBUNG
Mereka berdua duduk sofa. Rey melihat ke jam dinding yang menunjukkan pukul 7 malam. "Apa hari ini kamu gak kuliah?" Tanya Irene memulai pembicaraan setelah keadaan chaos tadi."Sudah tadi pagi kak" Jawab Rey seadanya. Lalu suasana menjadi sedikit canggung karena mereka berdua sama-sama diam. Tak lama terdengar suara asing yang berasal dari perut Rey. Mereka berdua saling bertatapan."Kamu lapar?" Tanya IreneRey hanya bisa tersenyum malu."Karna aku lapar juga, aku mau delivery. Gimana kalau pizza?" Cetus IreneMata Rey membulat bahagia. Tangan Rey menarik lapisan pizza perlahan dan melahapnya. Sore menjelang malam memang enak untuk memakan junkfood. Irene juga tak kalah lahap dengan Rey. Ia menyukai sensasi keju mozarela yang elastis. "Apa kuliah di teknik elektro sulit?" Irene bertanya sambil mengunyah.Rey tampak berfikir sejenak. "Setengah-setengah? Ada saatnya materinya sangat sulit tapi ada juga yang mudah" Rey berbicara sembari menelan potongan pizza. "Tapi sepertinya kam
Semenjak obrolan via Whyapps kemarin, Rey dan Irene semakin sering melakukan percakapan online. Setelah kuliah pagi hari ini, Rey bergegas pergi ke cafe untuk bekerja shift siang. Rey berjalan di lorong gedung kampusnya saat Ana memanggil lantang namanya. Ana terburu-buru menuju ke arah Rey untuk menanyakan kemanakah ia akan pergi. Rey menjawab bahwa ia akan pergi bekerja. Ana tersenyum dan tiba-tiba saja menanyakan sesuatu."Kak Irene gimana kondisinya sekarang?"Rey terkejut sebentar lalu menjawab, "belum pulih banget. Cuma udah mendingan"Ana mengangguk-anggukkan kepala. Ia ingin melanjutkan obrolan, namun terdengar bunyi notifikasi handphone dari balik saku celana Rey. Tangan Rey merogoh sakunya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan. Ternyata Irene. Setelah membaca pesannya, Rey berpamitan pada Ana untuk pergi duluan. Ana melambaikan tangan pada Rey yang juga melambai-lambaikan tangannya. Di dalam lift apartemen Merlin, Rey menekan tombol 5, dimana merupakan lantai tempat tin
Kuliah siang hari adalah dambaan setiap mahasiswa. Begitupun dengan Rey, ia dapat tidur lebih lama daripada biasanya. Badan Rey rasa-rasanya akan remuk, sebab kemarin dari pagi hingga malam ia sangat sibuk di luar rumah. Suara alarm dari handphone membangunkan Rey. Ia membuka matanya perlahan. Tangannya meraih handphone dan mematikan alarmnya. Ia berdiri untuk pergi mandi dan ganti pakaian. Profesor sudah memasuki ruangan. Ana memandangi jam tangannya lalu celingak celinguk mencari keberadaan Rey. Syukurlah sedetik kemudian Rey muncul dari balik pintu sebelum profesor memulai pembelajaran. Tampilannya terlihat segar dengan setelan celana dan jaket jeans. Ana menunjukkan ekspresi lega, karena ia khawatir terjadi sesuatu pada Rey. Pasalnya semalam Rey tampak lelah sebelum akhirnya pergi ke apartemen Irene. Rey dan Ana fokus mencatat poin-poin penting yang disampaikan oleh Profesor. Saat sedang fokus menulis, seketika ingatan Rey melambung ke kejadian tadi malam di
Irene menggigil kedinginan. Sepertinya ia sedang demam. Sedari pagi hingga sore, Irene mengunci diri di kamar dengan menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia tak kuat untuk bangun dan badannya terasa sangat lemah. Seusai kehujanan semalaman, Irene terus bersin-bersin. Ia tidak langsung membilas badannya dengan air hangat ataupun minum air rebusan. Namun, ia langsung ganti pakaian dan tidur. Akibatnya ia jadi jatuh sakit. Irene berusaha mengambil handphone di meja dekat kasurnya. Setelah bersusah payah meraihnya, ia menekan layar dan mencari nomor kontak yang bisa ia telpon. Jarinya berhenti di kontak "Ibu". Ia berdiam lama. Ibunya pasti sedang sibuk dengan tokonya. Ia tidak mau membuat sang ibu khawatir, karena kediaman ibunya sangat jauh. Ayahnya pun sekarang sedang bekerja di luar kota. Irene menscroll lagi kebawah. Nafasnya semakin memburu. Ia sudah ditingkat terlemahnya. Dengan terpaksa, ia langsung menelpon seseorang. Orang ini adalah satu-satunya harapan Irene.
Sabtu sore, setelah kuliah pagi selesai, Rey sudah bersiap-siap di depan halte bus untuk menunggu Ana. Sesuai janji yang telah dibuat, mereka berdua berencana pergi ke museum lukisan.Dengan nafas yang memburu, Ana berlari kecil ke arah Rey. Ia menemui senyum manis milik Rey. Akhirnya bus yang ditunggu telah tiba. Mereka masuk ke dalam dan sopir segera melajukan bus dengan kecepatan sedang.Di museum itu, terpampang berbagai lukisan milik pelukis terkenal dari seluruh dunia. Mata Ana berbinar-binar memandangi setiap lukisan sampai ke detail terkecil. Ada lukisan Vincent Van Gogh, Pablo Picasso, Leonardo Da Vinci dan masih banyak lagi. Rey juga melihat lukisan-lukisan itu dengan khusyuk. Entah mengapa hati Rey menjadi tenang.Ditempat lain, Irene sedang mengerjakan tugas kantornya dengan cekatan. Ia tak sabar untuk cepat menyelesaikannya, karena ia akan berjalan-jalan ke Mall untuk membeli pakaian baru setelah bekerja.Irene menaiki bus untuk sampai
Pagi itu, dari celah gorden, cahaya menelusuk masuk ke kamar Irene. Dia merasakan panasnya cahaya matahari dan mulai membuka kelopak matanya. Irene menguap. Hari ini dia sudah harus masuk ke kantor. Dia bangun dari atas kasur dan masuk ke kamar mandi.Irene sudah mengenakan pakaian dengan rapi. Tubuhnya dibaluti dengan blouse putih beaksen pita putih di dada dan rok hitam pendek selutut. Dia pergi ke kantor menaiki bus.Sesampainya di kantor, Irene mulai bekerja dengan menghidupkan laptopnya. 40 menit sudah terlewati, namun entah mengapa Irene merasakan kepalanya sedikit pusing. Ia lantas berhenti mengetik dan mematikan laptopnya. Ia menuju ke dapur untuk membuat kopi. Biasanya rasa pusingnya akan hilang setelah meminum kopi. Dia menunggu hingga setengah jam, tapi denyutan dikepalanya belum menghilang. Akhirnya ia memutuskan keluar dari gedung kantor untuk mencari angin segar.Irene berjalan-jalan di sekitaran kantornya. Dia duduk di kursi taman dekat deng
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments