Home / Romansa / Secangkir Teh Untuk Suamiku / Bab 10 Tali Pengekang

Share

Bab 10 Tali Pengekang

Author: Vargsagen
last update Last Updated: 2025-06-20 16:30:00

Satu detik. Dua detik. Nafas mereka bertabrakan, cepat dan panas, mengisi ruang sempit itu dengan ketegangan yang tak bisa diurai.

Chalia berdiri begitu dekat hingga dada mereka saling menekan. Jemarinya menyentuh kancing jas dokter Janu, membukanya satu per satu dengan gerakan yang terlalu lambat untuk disebut terburu-buru, tapi terlalu tergesa untuk disebut lembut. Matanya menatap wajah Janu—mata yang penuh ambisi dan kelaparan yang tak pernah benar-benar disembunyikan.

Ketika bibir Chalia mulai menjelajahi lehernya, Janu tidak bergerak. Dia membeku, bukan karena ragu, tapi karena tahu. Perlawanan kini hanya akan memperparah semua yang sudah terlanjur rusak. Ciuman Chalia bukan sekadar pelepas rindu. Itu peringatan. Tuntutan. Kepemilikan. Pengikat yang tidak bisa dipotong tanpa berdarah.

“Aku tidak akan jadi rahasia selamanya,” bisiknya, napasnya menyapu kulit Janu, membuat tubuhnya menegang. “Kamu sudah terlalu jauh buat mundur, Jan. Kita sudah melewati banyak batas.”

Janu mengepal
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siti Fatimah
di tunggu bab selanjutnya Thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 10 Tali Pengekang

    Satu detik. Dua detik. Nafas mereka bertabrakan, cepat dan panas, mengisi ruang sempit itu dengan ketegangan yang tak bisa diurai.Chalia berdiri begitu dekat hingga dada mereka saling menekan. Jemarinya menyentuh kancing jas dokter Janu, membukanya satu per satu dengan gerakan yang terlalu lambat untuk disebut terburu-buru, tapi terlalu tergesa untuk disebut lembut. Matanya menatap wajah Janu—mata yang penuh ambisi dan kelaparan yang tak pernah benar-benar disembunyikan.Ketika bibir Chalia mulai menjelajahi lehernya, Janu tidak bergerak. Dia membeku, bukan karena ragu, tapi karena tahu. Perlawanan kini hanya akan memperparah semua yang sudah terlanjur rusak. Ciuman Chalia bukan sekadar pelepas rindu. Itu peringatan. Tuntutan. Kepemilikan. Pengikat yang tidak bisa dipotong tanpa berdarah.“Aku tidak akan jadi rahasia selamanya,” bisiknya, napasnya menyapu kulit Janu, membuat tubuhnya menegang. “Kamu sudah terlalu jauh buat mundur, Jan. Kita sudah melewati banyak batas.”Janu mengepal

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 9 Racun Yang Lain

    Pagi itu tidak jauh berbeda dari biasanya.Nora bangun lebih dulu, menyiapkan sarapan sambil bersenandung kecil. Janu memperhatikannya dari pintu kamar dengan wajah yang nyaris kosong. Dia memainkan peran suami penuh penyesalan dengan lihai: cium kening, pujian hangat, tawa yang dikendalikan.Saat mereka duduk di meja makan, Nora membuka laci dapur dan mengeluarkan botol kapsul minyak ikan. Tanpa banyak bicara, dia mengambil satu, lalu menelannya bersama segelas air hangat.Janu mengangguk kecil. Dalam hati, dia menghitung: kapsul ketiga.Beberapa jam setelah sarapan, ketika mereka bersiap keluar untuk keperluan masing-masing, Nora memegangi pelipisnya.“Aku sedikit pusing,” katanya ringan.“Kamu tidur cukup tadi malam?” tanya Janu dengan nada tenang.“Iya. Tapi rasanya aneh. Seperti mengambang. Perutku juga tidak enak.”Janu hanya memandang. “Mau aku antar ke dokter?”Nora menggeleng. “Tidak perlu. Mungkin karena asam lambung.”Namun menjelang siang, keluhannya bertambah. Perut teras

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 8 Terhimpit

    Nora masih duduk di meja makan, tangannya menyentuh cangkir teh yang kini tinggal ampasnya. Sarapan di depannya sudah dingin. Pagi ini, Janu bersikap manis. Terlalu manis. Terlalu sempurna. Terlalu mendadak. Tentu, bagian dari dirinya ingin percaya bahwa laki-laki itu memang menyesal dan benar-benar ingin berubah. Tapi Nora sudah terlalu lama hidup dengan Janu untuk tahu, perubahan sebesar itu tak akan datang hanya dari satu malam permintaan maaf. Dia menunduk. Matanya tak sengaja menangkap botol putih kecil di dekat gelas jus. Minyak ikan. Kapsul yang biasa dia konsumsi tiap pagi. Nora meraihnya pelan. Tutupnya terasa masih rapat. Tapi tadi pagi, saat pertama kali dipegang, tutup itu longgar. Bukan terbuka, hanya terasa seperti sudah dibuka, lalu dipasang kembali tanpa benar-benar dikunci. Dia masih ingat jelas. Jemarinya yang pelan-pelan memutar ulang, mencari suara klik yang biasa. Perasaan tak nyaman menjalar perlahan ke kulitnya. Mungkinkah hanya kebetulan? Mungkin

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 7 Yang Penuh Sandiwara

    Janu pulang lebih awal dari biasanya. Jam delapan malam, dia sudah berdiri di depan pintu, membawa tas kerja dan satu botol kecil yang disembunyikan rapi dalam saku jas. Begitu membuka pintu, aroma masakan hangat menyambutnya. Nora sedang di dapur. Dia menoleh. Senyum mengambang lembut di wajahnya. “Kamu pulang cepat,” sapa Nora. Janu tersenyum. “Aku janji, kan? Mau lebih sering di rumah.” Dia bahkan mengecup kening Nora sekilas. “Masih hangat, mau langsung makan?” tawar Nora. “Boleh, tapi aku mau mandi sebentar.” Janu melangkah pelan ke kamar. Tapi bukan ke kamar tujuan sebenarnya. Dia memutar lewat ruang tengah, menyelinap ke dapur sebentar ketika Nora sibuk menata meja. Dengan tenang, Janu membuka laci. Menyelipkan botol kapsul minyak ikan berisi thallium yang telah disiapkan, lalu menutup rak itu kembali. Rapi. Tak ada yang berubah. Seakan tak terjadi apa pun. Malam itu mereka makan bersama. Janu bicara lebih banyak dari biasanya. Menanggapi cerita Nora dengan tawa

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 6 (Bukan) Permainan Kecil

    Chalia menutup pintu rapat-rapat. Wajahnya masih ditekuk dan matanya menyimpan bara. “Apa maksudmu tadi?” bisiknya tajam.“Menyingkirkan Nora? Kamu gila, ya?” Janu menyandarkan punggung ke dinding, menyeka wajah dengan tangannya. “Aku tidak tahan lagi, Chal. Dia berubah. Dia curiga. Dia tahu! Kalau sampai dia bertindak, semua bisa berakhir. Aku bisa kehilangan semuanya.” Chalia melipat tangan di dada. “Ya, lalu solusimu adalah membunuh dia?” “Aku tidak bilang ‘bunuh’,” kata Janu lirih. “Aku cuma ingin dia pergi. Dengan cara yang tidak akan bisa ditelusuri. Pelan-pelan. Seperti sakit biasa. Tidak ada yang kecurigaan.” Chalia tertawa sinis, tapi tanpa humor. “Kamu pikir aku segila itu? Kamu pikir aku mau jadi bagian dari kejahatanmu?” Janu menatapnya, penuh desakan. “Dengarkan dulu. Cuma kamu yang bisa bantu. Kamu bekerja di sini. Kamu tahu caranya. Dan setelah semua ini selesai…” Janu mendekat, suaranya melembut. “Aku akan menikahimu. Kita bisa hidup bebas. Tidak ada lagi perma

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 5 Pertanyaan Beracun

    Makan malam disajikan tanpa kata-kata. Hanya suara sendok bertemu piring dan langkah pelan dari dapur ke meja makan. Janu duduk seperti biasa, tapi pandangannya tak pernah benar-benar bertemu mata Nora. Dia sibuk mengunyah, menatap sup seolah ada jawaban hidup di dalamnya. Nora duduk di seberangnya. Tidak tergesa. Tidak gugup. “Janu, akhir-akhir ini, kamu terlihat seperti orang yang ingin kabur dari rumah ini setiap pagi.” Janu menarik napas. “Nora…” “Aku tidak akan marah,” potong Nora, lembut. “Aku cuma ingin kamu jujur. Apa yang berubah, Jan?” Janu menghindari tatapan itu. “Mungkin aku yang berubah. Aku merasa terkekang. Kita terlalu rapi. Kamu terlalu baik. Kadang, aku merasa seperti hidup dalam rutinitas yang tidak pernah berakhir. Dan aku tipe orang yang butuh … kebebasan.” Nora mengangguk perlahan, menatap suaminya dalam-dalam. “Lalu kamu memilih mencari kebebasan itu di ranjang perempuan lain?” Janu tidak menjawab. “Chalia, ya?” Masih tidak ada jawaban. Tapi s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status