Share

Bab 27 Keinginan

Author: Vargsagen
last update Huling Na-update: 2025-07-01 13:13:03

Udara pagi masih sejuk saat Janu menginjakkan kaki keluar rumah. Langit cerah, burung mulai ramai di kabel listrik, dan tetangga sebelah sudah sibuk menyapu halaman. Dia melambaikan tangan pada salah satu ibu-ibu yang lewat sambil membawa kantong belanja. Senyum ramah, anggukan kecil, seperti biasa.

Mobilnya meluncur mulus keluar dari kompleks perumahan. Pemutar musik menyala, tapi volumenya kecil. Janu menyetir dengan tenang. Wajahnya rileks, bahkan sempat bersenandung kecil mengikuti lagu lama yang diputar.

Tapi pikirannya jauh dari musik.

Dia tahu sekarang. Nora mungkin sudah tahu. Mungkin juga sudah mencurigainya. Botol kapsul itu bersih. Terlalu rapi. Terlalu disengaja.

Dan perempuan yang terlalu tenang saat tahu dirinya hampir mati, biasanya bukan tidak tahu.

Nora mungkin sedang bermain. Dan sekarang, giliran dia membalas.

Setelah beberapa kilometer, Janu berbelok ke arah supermarket 24 jam yang biasa dikunjungi. Parkir masih lengang. Dia masuk, menyapa penjaga kasir seperti pel
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 57 Penyelidikan Buntu

    Pintu tertutup pelan saat Janu pergi meninggalkan ruang istirahat. Meninggalkan keheningan yang menyesakkan. Chalia masih duduk di kursinya. Tubuhnya tak bergerak, tapi pikirannya berputar cepat. Kata-kata manis Janu masih bergema, menjanjikan kebebasan, cinta, bahkan pernikahan.Tapi bukan itu yang terus terulang di benaknya.Nora.Wajah pucat perempuan itu. Tatapannya yang sulit dibaca. Keteguhan sikapnya bahkan dalam kondisi ‘kritis’.Kritis...? Chalia mendengus pelan. Tangannya refleks meraih ponselnya, membuka kembali rekaman laporan medis terakhir yang diakses secara tidak resmi beberapa hari lalu.Tanda-tanda vital stabil. Tidak ada penurunan signifikan. Tidak ada keluhan khas pasien di ICU."Kalau dia benar-benar kritis, kenapa tidak ada penanganan intensif lanjutan? Kenapa hanya satu dokter yang boleh menangani? Kenapa ruangannya begitu tertutup?" gumamnya.Dia berdiri, melangkah mondar-mandir di dalam ruang istirahat sempit itu."Mungkinkah dia hanya berpura-pura?"Satu te

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 56 Yang Lebih Beracun

    Janu baru saja keluar dari ruang rapat. Langkahnya cepat menyusul Rindu yang lebih dulu pergi. Tapi sebelum sempat menemukan Rindu, dia dihadang oleh Chalia.Wajah Chalia merah. Matanya menyala, bukan hanya karena amarah, tapi juga karena luka yang membakar di dalam dirinya."Janu!" serunya, lantang, memaksa beberapa kepala menoleh. "Kamu pikir aku bodoh?"Janu tertegun. “Chalia—”“Jangan panggil aku seperti itu. Aku lihat rekamannya. Kamu dan dia … di ruangan itu.”Janu menarik napas dalam, mencoba bersikap tenang. “Dengar, aku bisa jelaskan—”“Jelaskan? Apa yang mau kamu jelaskan dari tubuhmu yang telanjang dan nafsu yang tidak bisa kamu kontrol?” bentaknya. Suaranya nyaris pecah, tapi tidak bergetar. Dia marah, bukan lemah.Janu mendekat, mencoba menurunkan suaranya. “Chalia, tenang dulu. Ini bukan tempatnya.”“Tenang?” Chalia tertawa getir. “Aku membantumu. Aku bantu menyimpan semua rahasiamu. Termasuk... racun itu. Tapi ternyata aku cuma satu dari sekian banyak perempuan yang kam

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 55 Menuju Vonis

    Ruangan itu sunyi untuk beberapa saat. Satu per satu anggota komite membuka dokumen di hadapan mereka. Wajah-wajah para senior menunjukkan kombinasi antara kekecewaan, kelelahan, dan keraguan. Tak ada yang berani bicara lebih dulu. Sampai akhirnya, ketua komite etik, Dokter Ratna, membuka suaranya.“Saya tidak akan memutar terlalu lama,” ujarnya tegas, menyapu pandangannya ke arah Janu dan Rindu. “Apa yang terekam di video itu sudah cukup menjelaskan bahwa pelanggaran terjadi. Pelanggaran yang sangat serius.”“Dokter Rindu. Anda adalah dokter muda dengan masa depan cerah. Tapi posisi Anda saat ini tidak memungkinkan kami untuk menutup mata. Hubungan tidak pantas di lingkungan rumah sakit, terlebih di ruang rawat, adalah pelanggaran etika dan disiplin berat.”Rindu tidak mengangkat kepala. Matanya sembab, mulutnya terbuka, tapi tak ada suara keluar.Lalu, giliran mata Ratna menatap Janu. Lebih tajam.“Dan Dokter Janu. Anda adalah tenaga medis senior. Sudah belasan tahun praktik. Kami k

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 54 Penghakiman

    “Dokter Rindu?” tanyanya dengan nada tenang tapi tak bisa disangkal tegas.Rindu yang sedang duduk di ujung ruangan, menengadah. “Saya.”“Mohon ikut saya ke ruang komite etik. Ada hal yang perlu diklarifikasi.”Seluruh ruangan hening. Semua yang mendengar itu menunduk atau pura-pura sibuk. Tak ada yang bertanya, tak ada yang menyela. Tak ada yang membelanya.Rindu berdiri pelan. “Maaf, ini soal apa ya?”Pria itu tidak menjawab langsung. Dia hanya memberi isyarat dengan tangan. “Nanti akan dijelaskan. Saya hanya menjalankan instruksi pimpinan.”Instruksi pimpinan. Berarti masalah ini serius. Lebih dari sekadar kesalahan prosedur.Langkah-langkah Rindu terasa lebih berat dari biasanya. Sepanjang lorong menuju ruang rapat lantai dua, dia bisa merasakan tatapan yang mengikuti dari balik kaca-kaca ruangan.Tatapan kasihan. Atau penghukuman. Atau keduanya.Sesampainya di depan pintu bercat putih dengan label Komite Etik & Profesionalisme, jantungnya seperti tak lagi berdetak biasa. Dia meno

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 53 Sebelum Badai

    Pukul delapan lewat lima belas. Kepala ruangan, Ibu Endah, sedang menandatangani laporan rutin ketika pintu ruangannya diketuk cepat.“Masuk,” sahutnya, tak mengalihkan pandangan dari map di hadapan.Pintu terbuka. Ira serta Dita masuk. Wajah mereka pucat dan tegang. Endah langsung mendongak.“Ada apa pagi-pagi begini? Kalian kelihatan seperti habis melihat setan.”Ira menelan ludah. Tangannya menggenggam sebuah flashdisk kecil yang tadi dia cabut dari komputer nurse station. “Maaf, Bu. Kami menemukan ini di atas meja perawat pagi ini. Ada nama dokter Rindu tertulis di stiker kecilnya.”Endah mengangkat alis. “Flashdisk? Isinya?”Dita buru-buru menimpali. Suaranya pelan, nyaris berbisik. “Kami buka sebentar. Cuma satu file video… dan itu bukan… bukan laporan medis, Bu.”Endah menyipit. “Lalu apa?”Mereka saling pandang sebelum akhirnya Ira berkata, “Video pribadi. Sangat pribadi. Melibatkan dokter Janu dan dokter Rindu.”Rahang Endah mengeras.“Apa kalian yakin?” Nadanya berubah tajam

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 52 Pagi Yang Membakar

    Malam turun dengan sunyi yang ganjil. Lorong menuju ruang ICU hanya diterangi lampu-lampu lembut yang memantul di lantai keramik. Di salah satu kamar privat yang dijaga ketat, Nora duduk tegak di ranjangnya. Selimut tertata rapi. Tubuhnya tampak lemah seperti pasien kritis, tapi matanya menyala.Layar kecil laptop di pangkuannya memantulkan cahaya redup ke wajahnya. Dia memutar ulang rekaman yang telah diedit dengan teliti. Tidak ada suara, hanya potongan gambar. Tubuh yang saling melekat, ciuman yang tak bisa disalahartikan, dan wajah Janu serta Rindu yang tampak jelas dalam keremangan ruangan itu. Kamera tersembunyi berhasil menangkap segalanya.Nora menatap layar itu lama, ekspresinya datar. Tapi tangan yang mengepal menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi di dalam dirinya.“Sudah cukup.”Dia menutup laptop, lalu mencabut flashdisk berisi rekaman tersebut. Pergerakannya pelan dan hati-hati saat mengenakan jaket tipis serta masker medis. Meski masih dalam perawatan, tak seorang pun

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status